Card 8

421 44 17
                                    

Yoongi-nya...

"Yoongi....."
  
  
.
     
   
"Jimin!!"

"Uh?" Jimin membuka mata karena goncangan pada tubuhnya. Matanya menyipit karena jumlah cahaya yang masuk. Lalu pandangannya fokus pada pria didepannya.

Itu Yoongi.

"Kau semakin panas Jimin. Sudah ku bilang untuk diperiksa saja. Ayo kita kerumah sakit."

Yoongi bangkit mengambil jaket Jimin. Melihat kebingungan diwajah Jimin membuatnya semakin cemas.

"Kau- kau Yoongi?" Kening Yoongi mengerut. Pertanyaan aneh apalagi sekarang.

"Setelah semalaman tidur dalam pelukanku, kau masih perlu bertanya?"

Jimin menatapnya dengan pandangan bertanya-tanya dan otaknya ia paksa bekerja mengingat apa yang terjadi.

"Lalu wanita itu?" Hanya itu yang bisa Jimin pertanyakan. Yang malah membuat kerutan dikening Yoongi semakin dalam. Wanita apa maksud Jimin. Namun ia ingat Jimin yang tadi terus menyebut namanya dengan gelisah.

Yoongi tersenyum lembut, "kau bermimpi?" Jemarinya ia gunakan untuk mengelus pipi Jimin yang memerah karena demam.

"Ya?"

"Tadi kau terus memanggilku makanya aku membangunkanmu. Dan Jimin sekarang kita ke dokter. Demammu semakin parah."

Kebingungan Jimin akhirnya terjawab. Jadi yang tadi hanya mimpi? Tapi rasanya terlalu jelas dan nyata.

Jimin bangun dan membiarkan Yoongi memakaikan jaket padanya. Uh kepalanya semakin berputar. Jimin memejamkan matanya membiarkan Yoongi yang mengurus dirinya. Bahkan Yoongi menggendongnya hingga ke mobil laki-laki itu.

"Harusnya kau turuti aku semalam." Omel Yoongi.

Jimin tersenyum lemah, ia baru tahu kalau Yoongi secerewet ini saat sedang khawatir. Tapi Jimin suka. Entah apa maksud mimpinya tadi yang jelas sekarang Jimin tahu bagaimana perasaannya pada Yoongi.

Yoongi terus memperhatikannya bahkan saat sampai dirumah sakit, lelaki itu meminta agar Jimin dirawat diruang VIP padahal dokter mengatakan dirinya hanya flu biasa dan kelelahan.

Namun disinilah Jimin berakhir. Ruangan luas dengan aroma menenangkan yang membuat matanya memberat. Tangannya yang sudah dipasangi infus terus dielus Yoongi dengan lembut.

"Apa ini sakit?" Tanya Yoongi pada tusukan jarum yang menembus kulitnya.

Hal sekecil itu namun berhasil membuat perasaan Jimin menghangat. "Aku baik Yoongi." Balasnya dengan suara yang nyaris berbisik karena matanya yang semakin memberat. Ia sempat melihat Yoongi yang tersenyum teduh padanya.

"Yoongi aku menyukaimu."

Entah itu benar terucap atau tidak, Jimin tidak peduli lagi karena dirinya sadar bagaimana perasaannya sekarang. Lelaki yang dulu selalu diusirnya kini malah menjadi orang yang paling merangkulnya.

 
  
.
 
  
.
  
 
.
  
  
"Kau berlebihan Yoongi. Sudah ku bilang itu hanya flu biasa. Untuk apa membuang uangmu membayar kamar mahal itu." Jimin terus mengoceh karena ia baru tahu berapa biaya yang Yoongi keluarkan hanya untuk mengurus flunya.

"Itu sudah seminggu lalu Jimin. Tidak masalah mahal yang penting kau sembuh kan." Yoongi memijat keningnya akibat ocehan Jimin yang selama dua hari ini selalu sama.

Ini karena nota pembayaran yang masih tersimpan disaku jaketnya. Dan saat ia menginap ditempat Jimin, lelaki itu menemukannya.

"Kalau tidak ingin uangku keluar banyak lagi maka kau jangan sakit. Atau aku akan menyewa satu rumah sakit hanya untukmu Jiminie."

Cards Of Destiny ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang