10 tahun kemudian...
POV Karina.
Riki namanya,dia putraku. Usianya baru sembilan tahun tapi dia sudah sangat tinggi se pundakku. Melihatnya tumbuh membuatku sangat emosional,putraku yang beberapa waktu lalu masih aku timang dan aku susui kini sudah tumbuh sebesar itu. Bagaimana bisa?
Apa aku terlalu sibuk selama ini hingga melewatkan pertumbuhannya.
Sejak dia umur 4 tahun,aku sudah meninggalkannya sendiri di rumah untuk bekerja di kebun Bibi Sunny. Disaat itu aku benar-benar membutuhkan uang untuk membeli kebutuhan kami,aku bekerja sangat keras untuk mendapatkan uang dan tak memperdulikan kondisiku. Aku hanya teringat jika Riki merengek saat lapar,dan tidak ada sesuatu sama sekali yang bisa kita makan. Saat lelah aku akan mengingat itu dan mulai giat bekerja. Di rumah Riki bermain sendiri, terkadang juga dengan teman-temannya dari perkampungan dekat kebun.
Dulu waktu masih bayi,semua orang menatapnya heran, bagaimana bisa seorang bayi begitu panjang dan besar, wajahnya juga berseri-seri. Riki berbeda dengan teman-temannya yang sesama bayi. Akupun merasa begitu. Banyak orang berkata jika Putraku akan tumbuh menjadi anak yang tampan dan tinggi. Hehe...akupun berharap begitu. Dan sekarang,aku sudah merasa jika Riki sudah sangat tampan dan tinggi, padahal dia masih sembilan tahun. Air mataku menetes saat melihatnya.
Jake dan Bibi Sunny lah yang amat berjasa untuk kami. Sembilan tahun lalu,aku benar-benar bak orang linglung yang entah jatuh dari mana,tapi mereka sangat baik mau menerimaku yang dalam kondisi hamil tanpa suami. Bibi Sunny meminjamkan kami tempat tinggal kecil bekas pos penjaga di dekat kebun. Beliau juga mengurusku saat hamil hingga melahirkan,lalu sehabis itu aku juga di berikan pekerjaan untuk menyambung hidup,aku bekerja di kebun bagian pengemasan hasil, terkadang juga menanam di lahan. Apapun aku kerjakan asal bisa mendapatkan uang untuk hidupku dan anakku. Kami bersyukur walaupun hidup pas-pasan. Asal aku dan anakku bisa makan,itu sudah lebih dari cukup.
Jake,dia sangat dekat dengan putraku. Sejak kecil Riki tak punya sosok ayah di sampingnya,dan Jake lah yang selalu bermain dengannya. Jake sangat baik,sejak hamil Jake lah yang selalu mengantarkanku check kandungan sampai melahirkan. Jake juga selalu membelikan Riki mainan. Aku merasa banyak berhutang padanya dan Bibi Sunny.
“Riki,ayo..jangan lari-lari dulu..sini mama suapin”pekik Karina pada sang anak yang terus berlarian di depan rumah memainkan bolanya.
Riki menurut,ia segera berhenti berlatih dan masuk kedalam rumah.
“Aaaa”ucap Karina sambil membuka mulutnya.
Disambut lahap oleh Riki.
“Mama masak kerang bakar kesukaan kamu,gimana? Enak gak?”ucap Karina.
Hari ini hari Minggu, Karina pun libur bekerja.
“Eung”Riki mengangguk. Mulutnya penuh makanan saat ini.
“Hari ini mau tanding lagi ya?”tanya Karina. Pasalnya putranya itu sangat suka dengan sepak bola,bahkan dia adalah anggota termuda dalam tim. Teman-temannya kelas 6 dan 5, sedangkan dia masih kelas 3.
“Eung...”balasnya.
Riki memang irit bicara,ia tak akan bicara jika tak ada yang penting.
“Sepatumu...”Karina sedih saat melihat kondisi sepatu putranya yang sangat kusut, meskipun sudah dicuci sepatu itu memang sudah tidak layak pakai,bahkan ada bagian yang sobek yang dijahit sendiri oleh Riki.
Riki melihat sepatunya.
“Maafin mama ya nak, padahal mama janji hari ini... Tapi mama belum dapat uang... Nanti malam baru bisa beli,..”ucap Karina sedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRIMINAL LOVE
RomanceFollow dan vote dulu sebelum baca Karina mengetahui kehamilannya sehari setelah perceraiannya dengan sang suami. Pernikahan karena perjodohan itu tidak berjalan dengan mulus, Karina sering menerima kdrt dari suaminya karena ia disalahkan atas gagal...