07. Duri Si Anak Aneh

1.1K 144 21
                                    

Di hari yang sama, tepatnya siang hari itu hujan deras datang bersamaan dengan gemuruh dan angin kencang. Anak-anak organisasi yang pergi untuk takziah pun terpaksa meneduh di rumah Almarhum Nova.

Sekarang di sekolah, kelas 10 IPA 1 sedang jam kosong dikarenakan guru yang mengajar terlalu takut untuk pergi ke gedung, sebenarnya bisa melewati lorong. Tetapi yang namanya hujan deras disertai angin, kan bisa saja membahayakan. Dan itu membuat Duri tidak suka.

Duri jika hujan begini lebih suka mendengar orang-orang berbicara padanya, tetapi sekarang tak ada yang mengajaknya bicara karena semua anak-anak kelasnya rata-rata pergi untuk tidur siang. Duri hanya bisa memeluk kedua lututnya, dan menenggelamkan wajahnya pada kaki.

"Duri?"

Duri mendongak ke atas, melihat Solar duduk dikursinya.

"Takut ya?" Duri menganggukkan kepalanya.

Solar mendapatkan reaksi itu dari Duri tentu langsung bergegas mengambil headset yang biasa Duri pakai jika dalam keadaan seperti ini. Dia memberikannya pada Duri, sekarang Duri sedang mendengarkan lagu dari playlist yang bernama tenang playlist lagu itu dibuat oleh Solar sendiri.

"Dipaksa tidur saja," kata Solar membuka bukut catatnya. Dia dari pada gabut begini, lebih baik mengerjakan tugas.

Dalam keadaan seperti ini, Solar teringat akan masa kecilnya.

Solar kecil menatap hujan dari jendela, kedua matanya yang bulat menatap sedih pada sang hujan.

"Kenapa hujan... Padahal aku mau beli mie ayam sama Bunda," lenguhnya.

Duri memperhatikan Solar sedari tadi, Duri duduk dipojokan dengan memeluk kedua kakinya. Badannya gemetaran ketika suara gemuruh melanda. Dia juga menutup kedua telinganya dikarenakan suara berisik : suara berisik itu bercampur, antara teriakan, tangisan, tertawa. Semuanya campur aduk membuat kepalanya pusing.

"Solar... Solar..." dada Duri naik turun bersamaan dengan air matanya yang jatuh. Anak kecil itu menangis.

Solar menghampiri Duri, ia bertanya dengan panik. "Duri? Duri kenapa?" Duri sesenggukan, dia merentangkan kedua tangannya meminta dipeluk. "Takut..., Mereka gangguin Duri terus..."

Solar tentu bingung, memang siapa yang menggangu Duri? Solar rasa Duri berteman baik dengan semua anak kelas.

"Siapa? Siapa yang ganggu?" tanya Solar.

Duri perlahan menunjuk ke arah lemari. Solar langsung menatap ke arah yang ditunjuk oleh Duri, namun ia tidak menemukan siapapun.

Solar merasa Duri aneh jika hujan. Kejadian seperti ini tak terjadi hari ini saja. Sudah lebih tiga kali seperti ini.

"Siapa, Duri?"

"Di sana, dia ganggu Duri terus," lirih Duri yang memejamkan matanya dengan erat.

Solar memiliki sebuah ide diotaknya. "Duri ..., pegang tangan aku saja ya, jangan dilihat apa yang Duri lihat, oke?" Duri menganggukkan kepalanya, tangannya memegang erat tangan Solar.

"Dipaksa tidur saja ya? Jangan takut, aku di sini."

Solar dan Duri akhirnya memutuskan untuk tidur bersama hingga hujan reda, walau kerapkali Duri menangis dalam tidurnya, tapi Solar dengan sigap menenangkan temannya.

Duri terbangun pada pukul setengah satu siang. Kepalanya sangat pusing, dia membutuhkan koyo atau mungkin minyak angin dan obat-obatan yang lain.

TEROR ORGANISASI [Publish Ulang]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang