20. Adanya Percikan Api

909 115 83
                                    

⚠️ PERINGATAN⚠️
CHAPTER INI MENGANDUNG SEXUAL HARASSMENT
KEKERASAN
PENYEKAPAN
PENYANDERAAN

- BAGI YANG TIDAK NYAMAN HARAP UNTUK MELEWATKANNYA -

- TOLONG JANGAN AMBIL RISIKO -

- JIKA TETAP INGIN BACA HARAP TAHU RISIKONYA -

- SEBELUMNYA MOHON MAAF TIDAK MEMBERIKAN TANDA PERINGATAN -

- Salam hangat Hasa/Ra sebagai Author -

"Uhuk! Sa...khit! Gak.... Gak mau!"

Netra cokelat itu memicingkan matanya ke arah depan. Dia melihat semuanya. Melihat adegan yang dia buat sendiri. Tanpa disadari, dirinya meremat ujung bajunya.

"Lo nemu tuh gigolo di mana anjing, haha." Api menyenggol lengan temannya.

"Hah? Oh di bar," Petir nampak tidak fokus. Membuat Api bingung tentunya.

"Gue baru tau ada gigolo doyan cowok. Kok lu bisa nemu sih."

"Nona K yang rekomendasi."

"Gak... Gak bhii...saa napas!"

Petir memejamkan kedua matanya erat-erat. Petir dan Api berada di luar ruangan, dan melihat melalui jendela. Suara-suara yang menderita itu terdengar hingga keluar.

"Angh! AAARGHH!! SAAAKHIIT!"

Teriakan itu terdengar sangat begitu penuh penderitaan.

"Ayo pergi. Dia cuma ada dua jam dalam setengah hari," ajak Petir yang pergi duluan.

Api tentunya mengikuti dari belakang dengan sebuah protesan keluar. "Gak mau sekolah anying."

"Besok lu panitia, Pi."

"Lu juga, Pet!"

***


"Uhuk!"

Sopan terbatuk-batuk kala pagi itu. Ia meringkuk di kasur dengan batuknya yang semakin keras. Sehingga bercak darah keluar, awalnya sedikit tapi beberapa menit kemudian semakin banyak.

Sopan tak bisa menutup mulutnya, sebab kedua tangannya yang diikat ke belakang. Napasnya tersengal, perutnya sakit dan mendapatkan luka dalam akibat dirinya yang diinjak-injak.

Keadaannya pagi ini begitu kacau. Kedua matanya yang sayu tampak seperti orang depresi; baju seragamnya yang compang-camping dikarenakan paksa sobek oleh gigolo sialan tadi tengah malam.

Sopan sekarang merasa mual hebat datang pada dirinya. Ia tak bisa menahannya dan langsung memuntahkannya. Namun yang keluar bukanlah sisa makanan, tetapi darah.

Sopan muntah darah pagi ini. Ia juga merasa organ dalamnya luka parah. Mungkin bisa dibilang sudah rusak.

Pintu geser itu terbuka menampilkan Petir, Api dan Angin. Trio sialan itu kembali datang, padahal Sopan sudah berharap mereka ditabrak truk hingga mati.

"Jahat banget, baru dateng langsung ditatap gitu," ujar Angin yang cemberut. Pasalnya Sopan menatap mereka bertiga penuh kebencian.

"Kasih makan gak itu? Bintang mah emang sudah ditargetin dari awal 'kan. Tapi nih bocah beda lagi," tanya Api pada Petir.

TEROR ORGANISASI [Publish Ulang]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang