Kembali ke topik hangat kawan-kawan, menyala🔥🔥🔥
Ibu memukul-mukul tubuh Halilintar menyalurkan rasa marahnya. Ibu juga tampak ingin menangis.
Ibu Halilintar mendapatkan telepon dari pihak polisi bahwa anaknya menjadi tersangka pembunuhan. Ia marah, sangat marah.
"Ibu sekolahkan kamu capek-capek bukan buat jadi kriminal, Alin!"
"Aku bukan pelakunya! Aku waktu itu cuma mau buang sampah!" seru Halilintar. "Ibu gak percaya sama aku?"
Ibu menjewer telinga Halilintar hingga merah, mengabaikan Halilintar yang teriak kesakitan.
"Apa yang kamu jamin kalau kamu bukan pelakunya? Kalau bukan lagi ujian, sudah Ibu pasung kamu!"
Halilintar merinding sebadan. Dirinya tak mau dipasung lagi, cukup waktu SMP saja.
"Aku nemu helai rambut ditangan Daun, itu bukan rambut aku. Ibu tunggu saja hasil DNA nya, aku yakin itu bukan aku."
"Mulai besok kamu Ibu antar jemput kalau mau kemana-mana! Gak ada penolakan!"
Halilintar menghela napas, ia mengangguk lemas.
***
Halilintar duduk, ia menaruh kepalanya di meja. Hari ini benar-benar capek, kenapa tiba-tiba dirinya menjadi tersangka? Padahal dirinya sibuk memikirkan ujian Matematika untuk besok ditambah percakapannya dengan Kristal kala itu.
Halilintar mengambil laptopnya dan mengutak-atik. Muncul sebuah rekaman langsung.
Itu ruang organisasi, Halilintar sempat meminta Gempa untuk menaruh kamera tersembunyi di ruang organisasi untuk memantau siapa saja yang masuk.
Entah mengapa Halilintar merasa bahwa ruang organisasi ada apa-apanya.
Halilintar memerhatikan layar monitornya dengan seksama. Iris mata itu kadang melihat layar satu, dua, tiga dan empat.
Itu berarti ada 4 kamera yang Gempa letak di ruang organisasi. Agar bisa melihat setiap sudutnya.
Keningnya mengerut, matanya menyipit. "Hah? Bukannya RO sudah dikunci ya?" gumam Halilintar melihat ada dua orang yang masuk dengan membawa satu karung besar.
Halilintar memicingkan matanya sedikit zoom in layar monitornya. Iris matanya melebar ketika ia lihat apa yang ada di dalam karung.
Itu mayat Daun.
"Ngapain anjing nyuri mayat?"
Dua orang lainnya keluar dari sebuah meja yang terletak di pojok kanan. Halilintar mengernyit heran, bagaimana bisa?
Lalu empat orang itu tampak berdiskusi. Wajah mereka sama sekali tak dapat terlihat.
"Dibawa ke mana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
TEROR ORGANISASI [Publish Ulang]
Horror¡! BACA DESKRIPSI TERLEBIH DAHULU!¡ Berhati-hatilah kalian. Jika belum pulang ketika jam menunjukkan pukul lima sore. Maka kalian akan hilang. Menceritakan Halilintar Aryatama sebagai ketua OSIS yang baru menjabat. Dia mendapati wejangan dari ketua...