37. Kepingan Kunci

956 109 139
                                    

Di sebuah lorong perumahan kecil nan gelap. Ada dua pemuda yang berpakaian serba hitam. Gayanya yang modis menunjukkan orang kaya, satunya lagi gaya nya sederhana.

"Lo gagal, Tama."

Remaja laki-laki yang disebut 'Tama' hanya menghela napas. Ia menatap malas partnernya itu.

"Tapi gak apa-apa, lo masih ada peluang," katanya sedikit menyimpulkan senyuman.

"Intinya saja At, gue masih ada kerjaan di rumah," kata Tama.

At mendengus dingin. Ia mengeluarkan sebuah amplop cokelat dan mengeluarkan sebuah kertas.

"Sesuai ramalan. Ternyata jejak mereka diikuti oleh anak-anaknya." At melihat kertas yang kusut itu dengan serius.

"Jadi?"

"Gue mau mereka mati." At meremas kertas itu. "Bahkan Halilintar juga," ucapnya dengan geram.

Tama mengernyit heran, ia melipat kedua tangannya. "Kenapa lo sebenci itu sih sama dia?"

"Dia berbicara dengan mudahnya, seperti melempar batu ke dalam laut,"

"Tapi dia gak tahu seberapa dalamnya batu itu terjatuh."

"Lo nyuruh gue ke sini cuma buat dengar ocehan lo itu? Gak guna," nyinyir Tama.

At menghela napas. "Ah Tama! Lo selalu saja begini."

"Makanya langsung saja ke inti. Gue sudah ditunggu di rumah."

At merotasikan bola matanya malas.

"Lo gak usah bunuh Ice. Dia juga bakal mati kok."

Tama tampak bingung. At ini labil sekali.

"Dia cuma bisa bertahan sampai akhir tahun, atau mungkin pertengahan bulan Desember. Ramalan bilang, sesuai janji kakek neneknya, tahun ini Ice diambil sama kita."

"Kalau gitu ... Ice seserahan paling unik?"

"Betul, makanya gue mau lo gak usah incar Ice lagi. Agaknya anak itu juga tau kalau usianya tinggal beberapa minggu lagi."

"Dan lo ganggu waktu gue, gue mau balik," ucap Tama memasuki lorong gelap itu. Rumahnya tak jauh dari sana.

"Wait, dua puluh juta, sesuai permintaan," ucap At memberikan amplop tebal pada Tama.

Tama menyeringai dan memasukkannya pada kantung hoodie.

"Lain kali kasih tip, bye At." Tama melambaikan tangannya lalu berjalan meninggalkan At.

"Mata duitan."

***

"Motif dia ngincar gue tuh, gue gak tahu. Orang di sekolah gue diem-diem saja kok," jelas Ice seraya memegang bahunya yang sekarang sudah diperban.

Setelah Blaze menemukan Ice terkapar di tanah, langsung saja dibawa ke rumah sakit dan mendapatkan penanganan cepat. Alhasil Ice mendapatkan jahitan dilukanya.

Sekarang Ice, Blaze, Gempa, Taufan, Kaizo, Fang dan tentunya Halilintar sedang berkumpul di kamar inap Ice.

"Tapi apa ada hubungannya sama sekte yang kalian bicarakan?" tanya Kaizo.

"Emangnya gue ada sangkut pautnya sama itu sekte? Enggak lah," balas Ice.

"Waktu tadi siang gue lagi belajar bareng sama Ying, dengar percakapan dua orang dan itu rencanain buat bunuh lo, Ice," jelas Fang.

"Ying juga duganya lo itu ada sangkut pautnya sama foto yang diambil Beliung," sahut Gempa.

Kaizo mengusap-usap dagunya, ia melirik pada Gempa. "Foto apa?"

TEROR ORGANISASI [Publish Ulang]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang