Chapter 1 : Berpindah ke Dunia lain

276 32 22
                                    


Baghdad, Daerah Otonom Baghdad, UNA

terlihat dua orang pria sedang duduk di sofa, memandangi wajah baru kota Baghdad yang megah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


terlihat dua orang pria sedang duduk di sofa, memandangi wajah baru kota Baghdad yang megah.

"tak terasa 5 tahun semenjak negara ini berdiri. siapa sangka negara ini tumbuh dengan sangat cepat. bukankah begitu ?" (Hamza)

"Selamat pak, ini hasil dari kerja keras anda pak presiden" (Hisham)

"Tidak juga, ini hasil kerja keras bangsa ini" (Hamza)

"Ingatkah ketika kita dulu sama-sama berjuang di Perang Koalisi Timur Tengah ? kau mengukir banyak prestasi di Medan perang" (Hamza)

"Oh, masa lalu ya.." (Hisham)

"Jangan-jangan kau melupakannya, aku berhutang besar padamu" (Hamza)

"hmm, biarkan aku mengingat. bukankah hutang saya senilai 100 juta dinar sudah saya lunasi. apakah anda berupaya menagih saya ?" (Hisham)

"Dasar anak bodoh, bukan itu. ingatkah ketika kau pernah menyelamatkanku dulu saat perang koalisi meletus" (Hamza)

"Ohh ahh yaa, kejadian itu." (Hisham)

"hahh, apakah kau mengingatnya ?. Andai kau masih bertugas, mungkin pemerintah akan sangat terbantu"
Jawab Hamza sambil menghisap sebatang cerutu

"Perang telah lama usai. tenagaku sepertinya tidak akan di butuhkan. lebih baik hidup damai tanpa bergantung pada sesuatu dan memperjuangkan sesuatu " (Hisham)

"Dasar pemuja pantat Stoik, aku masih ingat keganasan mu di Medan perang. apakah kau juga ingat ketika kau berbuat jahat dan kotor demi mencapai tujuanmu" (Hamza)

"Hahaha, omong kosong" (Hisham)

"Sepertinya ada kesalahpahaman. Saya tidak melakukan segala cara demi mencapai sesuatu, tetapi menggunakan cara yang paling efektif dan efisien untuk mencapai sesuatu. berbuat jahat terkadang perlu, tetapi dalam batas tertentu" (Hisham)

"Hahaha, benar. memang benar apa yang kau bilang, dalam beberapa hal ada perlunya mengesampingkan moralitas"
Ucap Hamza sambil tertawa, menengguk segelas wine.

"Lagipula itu hanya masa lalu" (Hisham)

"Saat ini memang kau seorang pengangguran tetapi dulu kau adalah pahlawan yang hebat. jikalau tidak ada dirimu, mungkin kita tidak akan pernah bisa menang" (Hamza)

"jangan bercanda pak, ada orang yang mungkin lebih berpotensi. namun, nasib mereka mungkin saja kurang beruntung" (Hisham)

"Hahaha, omong kosong" (Hamza)

Tanpa pertanda apapun. tiba-tiba seluruh ruangan bergetar. ternyata itu adalah gempa bumi frekuensi sedang.

"apa yang terjadi ? Hisham, apakah kau merasakan gempa ?

"tenangkan dirimu pak, gempa nya mulai mereda"

Beberapa menit kemudian tiba-tiba telepon Presiden Hamza berbunyi. ia segera mengangkatnya.

Summoning United Nations of ArabTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang