Bab 14A

164 2 0
                                    

Pagi itu seusai sarapan roti dengan selai, Mahendra pun keluar dari unit dengan kaos lengan panjang navy dan jeans yang menempel sempurna di tubuhnya. Kaos lengan panjang itu sengaja digeser sampai di bawah siku, memamerkan otot tangan yang kokoh.

Bersuka cita, hari itu dia akan mendatangi rumah kontrakan Hana. Dia akan berjuang lagi mendapatkan maaf dari wanita yang sudah ia tinggalkan tujuh tahun yang lalu. Bukan tanpa sebab, dia pergi begitu saja kala itu. Ada sesuatu yang lebih mendesak sehingga dia memilih terbang dan lupa memberi kabar untuk Hana.

Sabtu pagi, di jalan yang lumayan padat, Mahendra harus menaikkan level kesabarannya ketika harus mengendarai mobil sendiri. Biasanya ada supir yang selalu standby membawanya pergi dan pulang dari kantor.

Sekilas melirik jam digital di dasboard mobil mahalnya, dia berdecak kesal harus berada di antara mobil yang antri depan lampu merah. Angka sepuluh lebih lima belas menit yang terpampang jelas di sana.

"Sial, hari ini aku telat, kalau saja aku bangun lebih pagian, tak mungkin jam segini aku terjebak macet kayak gini."

Hal itu diakibatkan insomnia yang sudah diderita sepuluh tahun belakang ini. Apalagi insiden kehamilan Hana, itu memperparah syndrom-nya yang baru bisa memejamkan mata di angka dua dini hari. Setiap hari ia akan mengalami seperti itu.

Satu jam berada di perjalanan, akhirnya mobil hitam milik Mahendra melambat dan parkir di tepi jalan, dekat gang rumah kontrakan Hana. Jalan gang menuju rumah tidak bisa dilintasi mobil lantaran jalannya memang sempit, yang hanya muat dua motor yang lalu lalang.

Selalu terbesit dalam hati kecil Mahendra, ingin memboyong Hana maupun ibunya keluar dari perumahan kumuh tersebut. Entah bagaimana kehidupan Hana sekarang, mengapa dia harus bertahan di tempat itu? Apa dia kekurangan finansial? Bagaimana jadwal kuliahnya dulu? Apa sudah selesai dan mulai praktik?

Turun dari mobil, Mahendra pun melangkah masuk ke gang. Namun, langkah kakinya tertahan ketika dari arah berlawanan dia mendapati Hana, bocah kecil dan satu pria yang tidak dikenal berjalan menuju ke luar gang. Saat itu, timbullah keingintahuan tentang sosok pria dewasa yang bersama dengan mereka.

Dia memilih mundur dan masuk kembali lalu bersembunyi di dalam mobil guna memperhatikan gerak-gerik mereka dari kejauhan. Terlihat sangat jelas saat pria berkemeja abu-abu itu membukakan pintu dan mempersilakan Hana masuk sementara wanita tersebut memberi senyuman manis yang seharusnya diberikan untuknya. Ah, kenapa hati Mahendra terasa tercabik-cabik saat menikmati pemandangan yang membuatnya muak.

Belum lagi, setelah Hana dan bocah itu masuk, pria berkacamata itu sempat mengajak anak kecil tersebut menyambut tepukan tangan 'give me five' kepadanya. Hm, seakrab itukah si anak enam tahun itu dengan pria yang belum diketahui namanya?

 Hm, seakrab itukah si anak enam tahun itu dengan pria yang belum diketahui namanya?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
7 Tahun Setelah MenjandaWhere stories live. Discover now