[P2] Episode 23: Sirius Betrayal

23 3 0
                                    

Mereka berempat mulai melawan Drake dengan semua kemampuan yang mereka miliki, dimulai dengan Necro yang menciptakan duri besar dan tajam dari bawah tanah untuk menusuk Drake. Namun, Drake mempunyai refleks yang cukup tinggi, sehingga dia bisa menghindar dari duri-duri itu secepat mungkin dengan terbang.

Karena dia terbang, Yeonjun segera mematahkan kedua tanduknya tanpa merasa kesakitan dan melempar salah satu dari tanduk tersebut ke arah Drake. Dia mulai menghindar lagi, tapi kali ini tanduk tersebut berhasil menggores bagian dada Drake walaupun sedikit. Tanduk itu kembali ke genggaman Yeonjun seperti boomerang.

Saat mereka sedikit lengah, Drake memanfaatkan kesempatan itu dengan menyemburkan api berwarna ungu dari mulutnya ke arah mereka. Soobin yang sadar akan serangan tersebut mulai membuat perisai menggunakan pedang Lightbringer miliknya untuk melindungi diri dan juga teman-temannya.

Saat api mengenai perisai, mereka berempat bisa merasakan panasnya api tersebut walau mereka berada di dalam perisai. Kira-kira suhu api ungu itu dapat mencapai sekitar 1.200 - 1.300°C

"P-Panas sekali ..." keluh Soobin.

"Kita juga merasakannya, Soobin," jawab Kai.

Keringat mulai mengucur deras dari kulit mereka, membasahi pakaian. Soobin masih berusaha sangat keras menahan api ungu yang sangat panas tersebut, tapi Drake tidak berhenti-berhenti menyemburkannya. Perisai perlahan mulai melemah dan kalau terus-menerus diaktifkan maka akan rusak dan tidak bisa melindungi mereka lagi.

"Cepatlah!! Lakukan sesuatu ... aku tidak bisa menahannya lebih lama lagi," ucap Soobin.

Perisai mulai retak perlahan-lahan seperti kaca. Jika dibiarkan beberapa menit lagi, maka akan pecah dan api itu bisa membakar mereka semua dalam sekejap. Mereka pun mulai panik dan berusaha mencari jalan untuk tidak terkena api tersebut. Namun, karena kemampuan mereka terbatas dan belum memahami secara luas tentang sihir, mereka tidak bisa menemukan cara lain untuk bebas dari semburan api tersebut.

Di sisi lain, Sirius berteleportasi ke istana Overdoom untuk melaporkan apa misi yang sudah dia selesaikan. Ia juga menunjukkan buku sihir yang sudah berhasil dia ambil secara diam-diam.

"Bagus, Sirius. Kau sudah menyelesaikan misimu dengan baik. Jadi, bagaimana dengan bocah-bocah lemah itu? Apa kau sudah menangani mereka?" tanya Overdoom.

"Tenang saja, Tuan. Aku sudah menjebak mereka dalam duniaku. Jadi, apa anak perempuan itu masih ada di dalam selnya?"

"Ya, dia masih ada di dalam selnya. Dia benar-benar terlihat lemah dan tidak bisa diandalkan, untuk apa mereka merawat anak yang tidak berdaya itu? Seperti sudah merawat diri dengan benar saja. Oh ya, soal buku sihir di tanganmu itu, berikanlah kepadaku sekarang," perintah Overdoom sambil mengulurkan tangannya ke depan dengan telapak tangan yang terbuka.

"Buku ini? Memangnya mau kau apakan?"

"Tentu saja untuk menghabisi bocah-bocah itu, mereka tidak pantas menjadi penyihir. Lagipula, mereka tidak akan pernah bisa mengalahkanku. Aku benar, bukan?" jawabnya sambil tertawa kecil, "sudah cukup basa-basinya, serahkan buku itu padaku."

Sirius terdiam untuk beberapa saat, seperti sedang memikirkan sesuatu. Namun, itu tidak membutuhkan waktu lama untuk membuatnya berbicara lagi dengan nada serius, "Kurasa ... aku meragukannya."

Overdoom mulai kebingungan dan sedikit terkejut dengan apa yang Sirius katakan barusan, dia pun bertanya, "Apa maksudmu, Sirius? Kau meragukan apa? Berikan saja buku itu padaku sekarang juga."

"Aku ragu ... bahwa mereka sekuat itu dan bisa mengalahkanmu suatu saat nanti..."

Ungkapan Sirius membuat Overdoom mulai marah padanya, "Apa kau bilang?! Mereka bisa mengalahkanku? Tidak mungkin! Maksudmu apa untuk berkata seperti itu di hadapanku?!" Dia mulai berdiri dari singgasananya yang cukup tinggi dari tanah.

Evil Magic || TXTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang