Chapter 10

232 18 0
                                    

Setelah jam selesai Revan kembali ke kelas dan duduk bersama Farrel yang sepertinya marah sedikit.

"Kemana aja" tanya Farrel yang entah ke siapa.

Revan hanya diam lalu Henzo dan Rey diam lalu Gilang melirik ke arah belakang.

Farrel menyimpan tangannya di kepala Revan tanpa mengusap kepalanya.

"Gw nanya sama lu" ucap Farrel.

Revan melirik ke Farrel lalu fokus ke handphone-nya yang sedang menampilkan permainan.

"Cari seme" ucap Revan dengan nada tidak peduli sebenarnya itu bohong dari tadi Revan sedang di balkon dan anteng main game.

Rey dan Henzo hanya menatap Farrel yang sedang marah.

"Paling main game lu Van" ucap Rey dengan nada malas karena temannya itu memang pengen sekali pacarnya itu marah.

Lalu Rey sudah tahu kebiasaan Revan itulah kenapa dia selalu memperhatikan Revan yang ternyata kebiasaannya selalu ia bawa dan tidak berubah.

"Paling lu main di roftop kan?" Ucap Rey dan didehem oleh Revan.

Mereka menatap Farrel yang sudah kembali ke wajah normalnya.

"Tuh jadi jangan percaya sama Revan yang sang susah dideketin kecuali dengan orang yang sudah mengambil kepercayaannya" ucap Henzo.

Sedangkan Gilang hanya menyimak percakapan itu tanpa ngomong meskipun ia penasaran.

"Reyhan mana" tanya Revan.

"Dah pulang, toh sejak awal seharusnya tuh anak ga ke sekolah" ucap Gilang, Revan hanya ber o aja.

Lalu guru pun tiba, semua murid diam dan duduk di bangku masing-masing.

Kecuali Revan yang menyembunyikan handphonenya karena sedang main game dan sebentar lagi selesai.

Setelah itu guru memberikan pengumuman dan tentu saja Revan masih dapat mendengar hal tersebut.

Bahkan yang berjarak jauh dari kelas tersebut.

"Shit... Van" panggil Farrel dan Revan hanya berdehem saja.

"Maaf untuk yang tadi" ucap Farrel di balas deheman.

Setelah itu game selesai dan di menangkan oleh dirinya.

"Lalu ada tugas, agar kalian dekat dengan kakak kelas kalian" ucap guru tersebut.

"Tugasnya adalah buat kelompok dengan kelas satu, dua dan tiga dari 1dan2 3dan4 5dan6 lalu setiap kelas berjumlah 2. Lalu itu akan dipilih oleh guru, baiklah ibu ingin kalian berkelompok dengan satu bangku kalian" ucap guru tersebut.

Itu artinya
Kelas IPA 1:
Kelas 1
Revan dan Farrel
Rey dan Henzo
Gilang dan David

Kelas 2
Fano dan Fino
Devan dan???
??? dan ???

Kelas 3
Alex dan Axel
Kevin dan Gino
Reza dan???

Kelas IPA 2:
Kelas 1
Rafi dan Nova
Haikal dan Viola
Arno dan Nisa

Kelas 2
???

Kelas 3
???

'Bisa-bisanya sekelompok sama sekeluarga dan orang yang kita kenal' pikir Revan setelah melihat daftar tersebut.

"Apa sekalian minta restu" bisik Farrel yang masih bisa terdengar oleh Revan.

Plak

"Aw... Sakit" ucap Farrel sambil memegang kepalanya dan melihat sang pelaku yang menjitak kepalanya.

Revan hanya diam dan tidak menatap Farrel yang kini sedang marah.

Kedua temannya termasuk Gilang hanya menatap datar keduanya.

"Sebenarnya hubungan kalian apa" ucap Gilang.

"Dia adalah orang yang membuat lu di tolak sama Revan Puff....  Hahahaha" ucap Rey dengan tawa yang menggelegar.

Semua orang yang berada dikelas berusaha menahan tawa tapi setelah mereka melihat muka Gilang yang kaya ga punya nyawa, mereka tidak dapat bertahan dan tertawa keras yang menyebabkan kelas sebelah mereka heran.

"Yang sabar ya bro" ucap satu kelas kepada Gilang (- Revan sedang diam, Farrel memalingkan mukanya sambil berusaha menahan tawa)

"AH!!!! Ternyata curut ini yang membuat gw dan Reyhan di tolak" bisik Gilang dengan nada tak terima tanpa ia tahu sebenarnya semua orang mendengar hal itu dan membuat satu kelas itu tertawa lagi.

Sebenarnya kelas sebelah juga menguping dan mereka juga ketawa, Gilang belum tahu kalau suaranya masih bisa di bilang teriak?.

Transmigrasi Zaidan (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang