Dalam keadaan panik dan gelisah, Haru bersama dengan Kuro bekerja sama untuk menyelamatkan gadis yang mereka temukan di tepi sungai. Gadis itu terlihat tak sadarkan diri, dan yang menjadi pertanyaan adalah apakah dia masih bernafas atau tidak. Kuro merasakan ketegangan dalam situasi ini, sementara Haru mencoba memeriksa tanda-tanda kehidupan pada gadis itu.
Dengan hati berdebar, Haru mendekatkan jarinya ke hidung wanita itu, mencari tahu apakah gadis itu masih bernafas atau tidak, namun ia terkejut ketika menyadari bahwa wanita itu tampaknya sudah tidak bernafas.
"Bagaimana Haru? apakah dia masih hidup?" tanya Kuro gelisah
Haru menggantung pertanyaan Kuro. Ketika kecemasan semakin melanda, Haru memutuskan untuk mendengarkan denyut jantungnya, dan dengan lega dia mendapati bahwa jantung wanita itu masih berdetak, meskipun dengan lemah.
"Huft, dia masih hidup tapi keadaannya benar-benar kritis."
"Haru sepertinya dia kesulitan bernafas karena tubuhnya dipenuhi oleh air."
Haru setuju dengan ucapan Kuro kemudian ia mencoba mengatasi masalah tersebut dengan menekan-nekan perut gadis itu, mencoba berbagai cara untuk membuatnya bernapas kembali, tetapi upayanya tampak belum berhasil.
Namun, tiba-tiba, sebuah ide muncul di pikiran Haru. Meskipun sangat memalukan dan terasa canggung, Haru menyadari bahwa dia mungkin harus memberikan nafas buatan. Wajahnya memerah akibat isi pikirannya sendiri, tetapi tekadnya untuk menyelamatkan nyawa gadis itu membuatnya bersedia untuk melakukan apa saja. Kuro yang menyadari perubahan pada wajah Haru dan langsung bertanya.
"kenapa mukamu memerah Haru? apakah sekarang tenggelam bisa menyebabkan penyakit menular hii takut."
"ssutt, kamu nih aneh-aneh aja mendingan sekarang kamu balik badan terus tutup mata," titah Haru.
Kuro tidak banyak bertanya ia langsung menuruti permintaan Haru, hanya saja bukan Kuro namanya kalo dia tidak bisa menahan rasa ingin tahunya. Perlahan Kuro mencoba mencuri-curi kesempatan untuk melihat apa yang akan dilakukan oleh Haru.
Dengan perasaan gugup, dia menutup hidung wanita itu dan memberikan nafas buatan dengan tekad yang kuat. Sontak Kuro terkejut dan melongo, ikut merasa malu dan mukanya ikut memerah.
"aih Haru nih yang bener aja, Kuro jadi ikutan kaget liatnya," gumam Kuro pelan.
Setelah memberikan nafas buatan dan melihat tanda-tanda bahwa wanita itu mulai bisa bernafas, Haru merasa lega. Meskipun masih terlihat lemah, setidaknya dia kini bernafas dengan benar. Namun, mereka menyadari bahwa gadis itu harus dirawat dengan baik, jadi Haru dengan cekatan merobek lengan bajunya untuk menutup luka yang ada di kepala gadis itu.
"wih Haru kamu keren banget deh," puji Kuro sedikit mengisengi Haru.
"berisik deh kamu, mending bantuin aku bawa perempuan ini ke tempat yang aman biar dia cepet sadar."
Haru dan Kuro memutuskan untuk membawa wanita itu ke tempat yang aman. Namun, mereka menyadari bahwa malam segera tiba, dan mereka harus cepat mencari tempat perlindungan.
Mereka memilih sebuah tempat secara acak, dan ternyata mereka menemukan sebuah gua yang tampak mencurigakan.
"Haru, ini kok tempatnya serem banget ya banyak tulang-tulang. Kita cari tempat lain aja yuk," ucap Kuro ketakutan.
Namun karena sinar matahari telah redup dan para monster pasti akan banyak yang berkeliaran, Haru memutuskan untuk menjadikan gua itu sebagai tempat peristirahatan mereka. Setelah menemukan tempat yang tepat Haru menempatkan gadis yang semula berada di pundaknya ke permukaan agar bisa beristirahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Second Chance
FantasyHaru Hamada, seorang anak remaja dengan kehidupan sekolah yang berbeda dari anak seusianya karena sering menjadi korban intimidasi oleh teman-temannya dan membuat anak itu mempunyai Harapan yang sederhana yaitu mencari kebebasan dan kedamaian dalam...