4. Aneh

20 6 0
                                    

Happy reading
________________

Pagi ini, Annora bersama Effie berjalan beriringan menuju dapur istana. Sesuai perkataan Annora kemarin, ia akan memasak untuk sarapan.

Saat Annora memasuki dapur istana, para koki istana berbaris rapi menyambut Tuan Puteri mereka.

"Selamat pagi," sapa Annora.

"Pagi, Tuan Puteri," jawab mereka serentak.

Annora tersenyum, "Apakah bahan-bahan yang aku minta sudah ada, Paman?" tanya Annora pada kepala koki.

"Sudah, Puteri. Kami sudah menyiapkan semua bahan yang Anda minta."

"Terima kasih, Paman. Aku akan mulai memasak!" ujar Annora dengan semangat.

Effie menatap Annora penuh kekhawatiran. "Apa tidak sebaiknya koki saja yang memasak, Nona? Tangan Nona bisa terluka karena pisau," kata Effie.

"Benar, Puteri. Biar kami saja yang memasak, Puteri hanya perlu memberikan resepnya kepada kami," ujar kepala koki.

"Tidak, tenang saja aku akan berhati-hati, kalian membantuku menyiapkan bahannya saja," pinta Annora.

Akhirnya mereka hanya bisa pasrah, menuruti perintah Tuan Puteri mereka. Mereka mulai membantu Annora menyiapkan bahan masakan, juga menyalakan api, karena pada jaman ini, belum ditemukan kompor gas.

Kepala koki istana menatap khawatir saat Annora mulai berkutat dengan alat-alat memasak, juga api. Sungguh, mereka sangat khawatir Tuan Puteri akan terluka, jika sampai terluka, maka Raja akan marah besar.

Sedangkan Annora yang ditatap dengan penuh khawatir hanya biasa saja. Memasukkan bahan-bahan yang ada dan mengolahnya dengan santai.

Tidak berselang lama, nasi goreng yang Annora buat sudah jadi. Ia menyajikan kedalam piring, memberikannya kepada kepala koki. "Kalian mau mencobanya?"

Kepala koki itu tampak sedikit ragu menerima piring pemberian Annora. Pasalnya, makanan yang dibuat Annora begitu aneh menurutnya.

"Boleh saya mencobanya, Puteri?" tanya kepala koki.

"Silakan."

Kepala koki itu mengambil satu sendok dan memakannya. Selang beberapa detik, ia memakan kembali dengan lahap. "Ini sangat enak, Puteri!" ujarnya begitu antusias.

"Benarkah?"

"Ya, Puteri. Ini adalah makanan terenak yang pernah saya rasakan. Selama berpuluh-puluh tahun saya menjadi koki, tidak pernah saya melihat bahkan memakan makanan seperti ini," jelasnya dengan sangat antusias.

"Bolehkah saya meminta resep makanan yang Anda buat, Puteri?" pinta kepala koki.

"Tentu saja. Aku masih memiliki banyak resep makanan yang pasti belum pernah kalian coba. Nanti kita masak bersama kembali, Paman."

"Baiklah, Puteri."

"Aku memasak begitu banyak, tolong sajikan di meja makan. Selebihnya untuk kalian," pinta Annora.

"Baiklah, Puteri. Akan segera kami sajikan."

"Kau juga harus memakannya, Effie!" seru Annora.

"Tentu saja, Nona. Saya begitu penasaran dengan masakan Nona," kata Effie.

Annora mengangguk tersenyum, lalu berjalan menuju kamarnya untuk berganti pakaian menggunakan gaun seperti hari-hari biasanya.
.
.
.
.
Setelah sarapan bersama, Annora pergi ke taman istana dengan membawa wadah berisi masakan yang ia siapkan khusus untuk pangeran.

Sambil menunggu pangeran datang, Annora meletakkan tempat makan itu pada bangku taman. Sedangkan dirinya bermain riang di atas rerumputan hijau.

Mengejar kupu-kupu yang terbang bebas, hingga menangkap kelinci putih yang ia temui.

Princess AnnoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang