4. RS & BALAPAN

83 23 9
                                    

Di ruangan bernuansa putih, dengan aroma rumah sakit yang khas, Althander berdiri di temani oleh para anggota inti Eglio dan tujuh anggota umum Eglio.

"Kenapa bisa anak saya terkena luka tusuk?!" Tanya wanita paruh baya itu. Matanya memerah, pipinya sudah bersimbah air mata melihat kondisi putrinya saat ini.

Wanita itu mengusap rambut hitam panjang putri kesayangannya. "Bagaimana bisa kalian tega membuat putri saya terluka seperti ini?!" sentak wanita itu lagi, karena anggota Eglio tidak ada yang menjawabnya.

"Untung saja Ayahnya sedang ke luar kota, kalau saja Ayahnya Syakilla ada di sini, saya berani jamin kalian semua hanya akan tinggal nama saja," kata wanita itu, tentu saja hal itu tak membuat mereka takut. Ancaman seperti itu sudah biasa di dapatkan anggota Eglio sejak dulu, mereka sudah kebal dengan bacotan, umpatan, dan omongan seperti itu.

"Dari kalian pun tidak ada yang meminta maaf kepada saya," ucap wanita itu lagi.

"Kenapa diam?!" ucapnya agak keras.

"Tidak baik menyela pembicaraan orang tua, silahkan kalau ibu mau melanjutkan omongan ibu, kami akan menunggu dan menjawabnya satu persatu," kata Gamuel panjang lebar membuat Aidan melongo seketika. Gamuel adalah orang yang sangat irit bicara, cowok itu hanya akan mengeluarkan suara untuk hal penting dan genting. Bahkan, ada anggota Eglio yang tak pernah mendengar suara Gamuel saking irit bicaranya.

"El? itu beneran suara lo?" tanya Aidan kagum.

"Diem bego!" bisik Leo di telinga Aidan.

"Bagaimana tanggung jawab kamu sebagai ketua?! Seharusnya kamu tidak membiarkan anak saya terluka seperti ini!" wanita paruh baya itu menggoyangkan bahu Althander.

"Maaf," ucap Althander.

"Nggak usah minta maaf, bukan salah lo," sela Raven.

Pintu ruangan Syakilla terbuka, seseorang ber jas putih keluar dari sana. Ibu Syakilla menoleh ke arah dokter itu. "Bagaimana keadaan putri saya, Dok?"

"Putri anda sudah baik-baik saja, sebentar lagi pasti akan siuman," jawab dokter itu.

"Apa saya boleh masuk?" tanya wanita itu lagi.

"Tentu, saya permisi dulu," ucap dokter itu lalu di angguki Hani—ibu Syakilla dan inti Eglio.

Tanpa menunggu lama, mereka memasuki ruangan bernuansa putih itu.

"Mama.." panggil Syakilla lirih.

"Iya sayang, Mama di sini," jawab Hani sembari mengelus-elus kepala Syakilla dengan sayang.

Syakilla melihat sekelilingnya, ada inti Eglio dan terutama ada Althander di sana. Hal itu membuat senyum manis terbit di bibir pucat Syakilla. "K-kalian dateng?" tanyanya lirih.

Melihat itu membuat mereka merasa iba, terutama Aidan. Cowok itu mengambil tempat di brankar sebelah kiri Syakilla. "Masih sakit banget?" Tanya Aidan dan di balas gelengan pelan oleh Syakilla. "Udah nggak terlalu Kak, masih sakit dikit,"

"Nak, kamu nggak usah ikut geng motor lagi, ya? Mama takut kamu luka lagi, di sana nggak bakal ada yang bisa jagain kamu Killa," kata Hani memberikan nasihat pada putrinya.

"Tapi Ma.. Ikut Eglio udah jadi impian Syakilla dari dulu," kata Syakilla. Dirinya sudah mati-matian mempersiapkan segalanya hanya untuk menjadi salah satu dari gang motor ternama di Jakarta itu, dan sekarang di suruh berhenti? Syakilla menatap tak percaya ke arah sang Mama.

"OH MY GOD KILLA! LO KOK BISA KENA TUSUK PISO?!" Teriak Maitsa dengan heboh, membuat ruangan itu yang tadinya hening menjadi riuh.

Hani ingin mengeluarkan suara, namun teriakan teman-teman Syakilla membuatnya tak jadi berbicara.

DARIKU UNTUK SAMUDRA [ON GOING] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang