08. Angker

988 140 14
                                    

"weh weh ada yang kerasukan tadi!"

Blaze mengernyit bingung, dia melihat teman-teman kelasnya sedang bergerombol di luar sembari menunjuk ke lapangan. Blaze tentu penasaran dong, langsung saja ia tarik Ice yang sedang memakan camilan yang penuh micin itu.

Mereka berdua melirik ke arah lapangan, Blaze melihat Pak Tarung dan satu kakek tua terlihat buru-buru. Blaze semakin bingung ketika melihat teman satu organisasinya digotong menggunakan tandu. Dan apa itu, dia melihat darah bercucuran dari tangan Solar.

"Kenapa dah?" tanya Blaze pada salah satu teman sekelasnya.

"Katanya kerasukan, terus yang kerasukan nyakarin tangan temennya sampe berdarah."

"Masa? Ya kali anjir sampe berdarah." Blaze tentu gak percaya, orang mana yang cakarin tangan sampai berdarah.

"Ya itu lu gak liat darah di lorong IPA? Yeuu, beunta maung!"

Blaze cengar-cengir seraya mengusap-usap kepala belakangnya. Tiba-tiba Ice menyahuti.

"Buta kali."

Blaze langsung menatap sinis, "Gue ambil ciki lo itu ya!" ancamnya. Ice menyubit lengan Blaze dengan kencang hingga Blaze memekik kecil. "Icy sakit!"

"Gak peduli." Blaze cemberut sembari mengusap-usap lengan yang dicubit oleh temannya itu.

"Lo percaya gak kalau sekolah kita angker?" tanya Blaze yang memasuki kelas berbarengan dengan Ice.

Ice mengangkat bahunya. "Gak peduli angker apa kagak." katanya.

Blaze mendecih melihat reaksi Ice yang tampak biasa saja, bahkan lebih ke arah tidak ingin tahu.

***

Gentar memasuki kelasnya dan buru-buru menghampiri bangkunya. Teman sebangkunya sedang sibuk mencatat sesuatu dibuku, namun dikejutkan oleh Gentar yang menggebrak meja.

"Gua gebuk lu lama-lama, Gen! Ngagetin mulu kerjaan lo!" seru Kagendra Sori Laksana.

Gentar hanya membalas seruan Sori dengan cengirannya. Dia bertepuk tangan sekali, "Lo tahu gak!" pancingnya.

"Apa?"

"Anak IPA satu, katanya ada yang kerasukan." ujar Gentar dengan bersemangat. Gentar dan Sori adalah anak dari kelas 10 IPA 5 yang bersebelahan dengan lorong IPS.

Sori memicingkan matanya. Dia menyenggol lengan Gentar.

"Jangan gede gede, itu sensitif tahu." tegur Sori.

Gentar mendecak sebal, dia menyilangkan kedua tangannya. "Sensitif gimana? Orang biasa saja kok topiknya." katanya.

"Yang lo bilang tuh mistis, Gen..., nanti lo yang kerasukan gimana?" Gentar mengangkat bahunya.

"Gak peduli, gue gak bakal dirasukin, tenang saja!" kata Gentar dengan percaya diri dan rasa berani yang tinggi.

"Heh! Omongannya dijaga!" seru Sori menampar mulut Gentar sedikit keras.

"Sakit anjir Ri! Sensitif amat sih lo sama hal yang beginian." Gentar amat heran kalau Sori itu selalu saja sensitif dengan hal mistis seperti ini.

Sori merupakan orang yang selalu percaya bahwa 'mereka' selalu mengawasi siapapun. Jika kita berbicara tak sopan pada mereka, tentu mereka akan marah. Lagi pula Sori memang lahir di pedalaman Desa yang ada di Jawa Tengah.

TEROR ORGANISASI [Publish Ulang]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang