1. Jatuh

78 49 11
                                    

; Jatuh ... cinta. ;

— Enjoy the Story

»«

Melihat jam yang melingkar di tangannya menunjukkan pukul satu siang, Haifa mulai mengemas barang-barangnya di atas meja.

Usai memasukkan segalanya kedalam tas, gadis itu bangkit dan berjalan keluar kelas. Jam mata kuliah terakhir kosong, jadi tidak banyak mahasiswa yang tinggal di kelas. Haifa pun memilih untuk melanjutkan tugasnya di perpustakaan.

Ponsel si gadis bergetar, sahabatnya menelpon. Haifa menjawab panggilan itu sembari berjalan menyusuri koridor.

"Aku mau ke perpus, nih. Mau ikut?" Haifa terkekeh ketika Naya menolak ajakannya dengan berbagai alasan. Sahabatnya itu selalu mementingkan makanan daripada tugas.

"Ya udah, duluan aja. Martabaknya dibungkus juga sekalian, buat dibawa pulang." Gurauan Haifa menjadi akhir dari sambungan telpon itu. Lantas, ia masuk lift untuk turun ke lantai dasar.

"Eh, tunggu!" Haifa menekan tombol agar pintu lift kembali terbuka.

"Oh, Rayan." Ia tersenyum pada lelaki yang baru saja masuk kedalam lift.

"Hei, Haifa. Mau ke mana?"

"Ke perpus, mau ngerjain tugas." Rayan mengangguk paham.

"Oh, ya, Fa, tugas kelompok kita dikerjain besok aja kali, ya? Saya nggak bisa hari ini."

Pintu lift terbuka. Mereka keluar dan berjalan berdampingan.

"Oke, Ray. Berkabar di grup aja, ya."

Rayan mengacungkan jempol. Mereka berpisah di depan pintu perpustakaan. Rayan terus berjalan menuju parkiran, sementara Haifa masuk ke gedung penuh buku.

Haifa beberapa kali menghela napas. Si gadis berusaha menetralkan degup jantungnya setelah berjalan bersama Rayan tadi.

'Ya ampun, Haifa! Kamu kok jadi aneh gini, sih!' Gadis itu menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu memaksakan diri untuk segera fokus pada tujuan.

Sebelum mencari buku yang dibutuhkan, Haifa menuju musholla di dalam perpustakaan untuk menunaikan sholat dzuhur. Selepasnya, barulah ia menuju lantai lima dan mencari kebutuhannya.

Haifa berjalan di antara rak-rak buku yang cukup tinggi. Matanya memindai judul-judul buku, dan beberapa buku ditariknya keluar, lalu ia dekap.

Merasa cukup dengan buku bacaannya, gadis itu memilih duduk di dekat jendela. Diletakkannya buku-buku itu dengan rapi, lalu mulai membaca satu per satu.

Ia mencatat beberapa hal penting yang berkaitan dengan tugasnya. Haifa punya kemampuan dalam memindai isi buku dengan cepat, hingga dalam waktu singkat catatannya sudah hampir empat halaman. Gadis itu memilih istirahat sejenak setelah selesai membaca lima buku referensi.

Haifa menoleh ke jendela, memandang gedung-gedung tinggi, lalu berpindah pada jalanan di bawah.

Di antara orang-orang yang berlalu lalang di bawah, Haifa mengenali salah satunya.

Ia kira Rayan langsung pulang setelah berpisah di depan perpustakaan tadi, ternyata lelaki itu masih menghabiskan waktu di depan masjid bersama beberapa rekannya.

SenandikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang