4. Idaman

101 49 5
                                    

; Idaman ... yang sudah Rayan temukan ;

—Enjoy the Story

»«

"Kamu jadi MC untuk acara besok," ujar panitia acara pada Haifa.

Gadis itu mengangguk, lalu mendiskusikan susunan acara dengan si panitia. Setelahnya, seseorang masuk ke ruangan dan menyatakan permohonan maafnya karena datang terlambat.

"Nah, Rayan yang jadi partner kamu buat mandu acara." Kakak tingkat itu berdiri dan tersenyum pada Rayan.

"Duduk dulu, Yan, lanjut diskusi sama Haifa. Aku keluar bentar, mau makan."

Haifa menghela napas begitu kakak tingkat cantik itu berlalu pergi. Tersisa lah dirinya dan Rayan dalam suasana canggung.

"Duh, sorry banget saya telat. Gimana susunan acaranya?" Lelaki itu duduk bersebrangan dengan Haifa dan memfokuskan pandangannya pada kertas-kertas di atas meja.

Haifa mulai menjelaskan teknis acara yang akan mereka pandu esok hari. Mereka masih terus berdiskusi sampai beberapa panitia masuk ke ruangan dan mengerjakan hal lain dalam ruangan itu.

Si gadis tentu saja berucap syukur, sebab mereka tak hanya berdua dalam ruangan. Jadi, dia bisa mengontrol laju detak jantungnya.

"Nanti sore mau langsung latihan nggak, Fa? Memperlancar pelafalan juga, nih. Saya 'kan nggak jago bahasa Arab." Haifa terkekeh mendengar tawaran Rayan. Ternyata, seorang Rayan juga punya kelemahan.

"Boleh, deh. Di ruang teater aja gimana? Kita coba di atas panggung." Usulan Haifa diterima.

Haifa dan Rayan berbarengan menuju kelas, setelah mereka memutuskan menjeda diskusi. Beberapa pertanyaan ringan dilemparkan agar canggung tak meliputi keduanya.

Kelas mereka berjalan datar sampai pukul setengah tiga. Haifa menyandang tasnya dan berjalan menuju musholla. Gadis itu memejamkan mata sejenak sembari menunggu masuk waktu ashar.

"Haifa!" Sepuluh detik yang tidak tenang bagi Haifa. Sahabatnya datang dan memaksanya membuka mata.

"Mau tidur, ya? Adzan tuh, nanggung banget mau tidur sekarang." Haifa memamerkan senyum terpaksanya saja pada sang sahabat.

"Kamu nggak ke perpus? Mau langsung pulang abis ini, ya?"

"Aku mau latihan MC di ruang teater."

"Wah, sama siapa?"

"Rayan." Naya memandang Haifa dengan wajah anehnya, membuat sang sahabat bergidik ngeri.

"Jangan ngeliatin aku kaya gitu," protesnya.

"Harus aku temenin, nih. Aku nggak mau ketinggalan momen ratu dan raja kampus." Selepasnya Naya tertawa. Dia puas melihat ekspresi Haifa yang tak terima dijodoh-jodohkan dengan Rayan.

"Alah, Fa, bilang aja kamu demen dijodohin sama Rayan. Kamu nggak jago boong." Haifa mencubit lengan sobatnya, dan mengancam akan menggelitik jika Naya tak berhenti mengejeknya.

"Udah, ah, aku mau shalat dulu." Naya terkekeh melihat kepergian Haifa. Gadis itu tak berbohong soal pendapatnya tentang kecocokan Haifa dan Rayan.

SenandikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang