05

64 11 0
                                    

Keesokan harinya, Luna terbangun lebih dulu dari Rose. Dirinya langsung terburu buru menuju ke belakang karena ingin merebuskan air hangat untuknya dan juga untuk Rose mandi pagi nanti.

Saat Luna sedang menunggu air itu mendidih, tiba tiba dari arah belakang Rose berjalan dan menghampirinya, dengan menatapnya sedikit keheranan “Kau- apa yang kau lakukan disini?” tanya Rose masih setengah mengantuk

Luna tersenyum, lalu dirinya pun melirik ke arah dimana ada dua buah panci yang sedang merebus air “Lihatlah, aku sedang merebus air hangat agar nanti saat kau dan aku mandi, kita tidak akan merasakan hawa dingin" jelas nya sembari tersenyum

Rose mengangguk kecil, lalu jalannya sedikit sempoyongan karena masih mengantuk. Dengan sigap Luna segera memegang lengan kiri Rose karena dirinya hampir terjatuh. Hal itu membuat posisi mereka seperti sedang berpelukan dan saling memandang ke wajah masing masing dengan jarak yang dekat.

Itu terjadi beberapa menit sampai Luna tersadar bahwa airnya sudah mendidih “Ah- maafkan aku. Tadi kau hampir saja terjatuh, aku hanya ingin menolongmu. Apa kau-" perkataan Luna itu terputus karena Rose tiba tiba langsung berlari kecil meninggalkannya di dapur

Dengan wajah bingungnya, Luna pun hanya mengedikan kedua bahunya dan tidak terlalu memikirkannya. Dirinya lalu beranjak dari duduknya dan menghampiri kedua panci yang air nya sudah mendidih itu.

Sedangkan di dalam kamar tidur nya, Rose sedang menetralkan degup jantungnya yang memuncak secara tiba tiba saat dirinya melihat wajah Luna dari jarak yang dekat “Mengapa wajahnya begitu mempesona? Dan mengapa aku baru mengetahui nya?” gerutu Luna dengan suara yang kecil

“Rose! Air untuk kau mandi sudah aku siapkan! Kau dulu atau aku dulu yang masuk ke dalam kamar mandi?!” teriakan Luna yang membuat Rose terperanjat, lalu dirinya tidak menjawab melainkan langsung keluar dari kamarnya dan datang menghampiri Luna

“Biarkan aku dulu. Aku harus segera memeriksa kebun" jawab Rose tanpa melihat wajah Luna, hei, dirinya masih merasa gugup




















*
*
*



















Dirumah yang megah, rumah sebesar ini hanya ada satu di Kota Sahdan. Itu adalah tempat tinggal yang diberikan oleh pemerintah untuk setiap pimpinan Kota. Rumah besar ini adalah milik pimpinan Kota Sahdan, Tuan Osric.

Disalah satu ruangan dari rumah itu, keluarlah seorang pemuda, dengan pakaian kelas atas itu berhasil membuat para pelayan menunduk hormat padanya.

“YUDA!” teriakan itu berhasil menggemakan ruangan yang besar ini, lalu yang memanggil namanya pun berjalan dengan cepat mendekatinya

PLAK!

Saat Yuda baru saja membalikan badannya agar bisa melihat siapa yang memanggilnya, sayangnya sebuah tamparan keras yang ia dapat.

Pria tua yang baru saja menamparnya tepat di pipi kanannya itu pun sekarang mencengkram kerah kemeja mahal milik Yuda. Dengan tatapan marahnya ia pun berteriak lagi “Sudah ayah peringatkan bahwa janganlah kau berurusan dengan musik lagi! Kau juga selalu kabur saat kelas pemerintah! Lalu apakah kau kabur karena musik yang bodoh itu! Jangan sentuh musik! Fokuslah pada ilmu pemerintah! Paham!”

Seluruh pelayan yang ada pun menunduk ketakutan, lain halnya dengan Yuda. Laki laki itu tetap mengangkat kepalanya menatap nyalang pada wajah ayahnya “Aku tidak mau!” jawabnya penuh dengan keberanian

Set!

Walau kerah kemejanya sekarang lebih ditarik lagi oleh Osric “Apa katamu?!”

“Aku bilang aku tidak mau! Dan tidak akan sudi!”

Love, Travel with Us. (Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang