07

53 11 0
                                    

Sore hari ini, Kota Sahdan begitu sepi. Memang sudah seperti ini jika mendekati malam sejak adanya kasus penculikan anak anak 9 bulan yang lalu.

Tetapi sayangnya ada satu orang anak laki laki yang sedang berjalan sendirian di tengah tengah gang kecil. Anak kecil itu begitu senang, sampai sampai dirinya bersenandung riang. Tak menyadari ada laki laki yang menggunakan penutup wajah sedang mengintainta.

Didalam sana, wajah laki laki itu tersenyum lebar, langkahnya pun ia percepat kala si bocah itu sedang menunduk. Sangat cepat laki laki itu pun berlari dan langsung membawa bocah itu kabur dari gang kecil itu.

BRAK!

“AAAA TOLONG! AKU TAKUT! JANGAN!” jeritan bocah itu berhasil membuat si laki laki tersenyum, ia melepas kain yang menutupi wajahnya lalu berjongkok dan tersenyum ramah pada bocah kecil

Bocah itu menatap si laki laki dengan ketakutan, dibuktikan dengan wajahnya yang selalu mundur kebelakang dan selalu melawan. Terapi apa daya bocah itu, tidak memiliki tenaga sebesar laki laki yang kini sedang menahan seluruh pergerakan bocah kecil dengan kedua tangannya.

“Apa kabarmu kawan? Kau tidak sedang sakit kan? Kau masih memiliki suara mu yang indah itu kan? Kau masih bisa menjerit dengan kencang bukan?” si laki laki itu menatap begitu senang ke arah bocah yang kini sudah menunduk karena merasa bahwa senyuman laki laki itu sangatlah seram

Lalu si laki laki itu pun berdiri, ia menggendong bocah kecil dan kembali berjalan masuk ke dalam sebuah ruangan bawah tanah yang tidak sama sekali orang lain ketahui.

Ceklek!

Laki laki itu membuka sebuah pintu kayu dan memencet saklar agar ruangan yang baru ia masuki bisa terlihat dengan terang.

Tap!

Saat saklar lampu itu menyala, langsung terlihat tiga kurungan besi yang di dalamnya terdapat puluhan anak kecil baik itu laki laki ataupun perempuan. Dan mereka pun langsung menjerit sekencang mungkin.

“Aakk! Jangan sakiti aku lagi! Aku mohon!”

“Itu sangat menyakitkan!”

“Kau tidak boleh memukuli aku lagi! Aku mohon padamu tuan!”

“A-aku tidak bisa berdiri karena kakiku sudah kau pukul dengan sangat kuat!”

“Tangan ku juga sangat sakit dan aku tidak bisa mengangkat tanganku lagi!”

“Aku mohon!”

“Tolong ampuni aku!”

“Jangan sakiti aku!”

Si laki laki terus tersenyum senang saat mendengar jeritan demi jeritan yang berasal dari puluhan anak kecil itu. Bocah yang baru saja ia culik, yang masih berada di gendongannya pun menatap puluhan anak kecil yang kondisinya sudah teramat mengerikan itu dengan takut.

Bocah kecil itu sangatlah takut, sampai kepalanya menunduk dan perlahan terdengar isak tangis dari mulut kecilnya. Lalu kedua tangannya pun mencengkram kuat pakaian yang dikenakqn oleh laki laki dewasa yang sedang menggendongnya.

Wajah laki laki itu pun menoleh pada bocah kecil lalu menunggunya dengan sabar dan cukup lama sampai akhirnya bocah kecil itu menangis dengan ketakutan “Mengapa membutuhkan waktu yang sangat lama untuk kau menangis? Hahaha" ucap si laki laki itu lalu ia pun menurunkan bocah kecil ke bawah

Dirinya berjalan membuka salah satu kuringan besi dan menyeret bocah kecil yang baru saja ia culik agar masuk ke dalam kurungan besi itu bersama 11 anak kecil lainnya.

Bruk!

“AW! S-ssakit~ “ rengek bocah kecil yang baru saja di dorong dengan sangat kiat oleh si laki laki sampai bocah itu tersungkur dan lututnya mengeluarkan darah segar

Love, Travel with Us. (Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang