08

58 11 1
                                    

Saat ini Rose sedang menatap heran kekasihnya, di depan sana Luna sedang melamun sudah beberapa menit terakhir ini wajah dari Luna terlihat sangat cemas. Semenjak kepulangannya kemarin malam, seperti inilah Luna. Rose sampai terheran heran dengan sikap cuek dan enggan bicara nya itu.

Rose pun menghela nafasnya dan memutuskan untuk membuat sebuah minuman hangat untuk Luna di dapur. Barangkali minuman itu bisa membuat Luna sedikit tenang. Lalu langkah kaki Rose pun sampai di depan Luna dan dengan perlahan ia letakan minuman hangat itu di atas meja yang berada di depan Luna.

Tak!

Suara pertemuan bawah cangkir dan atas meja pun membuat lamunan Luna buyar dan segera menatap Rose yang sedang tersenyum hangat menatapnya. Sontak senyuman Rose itu langsung membuat Luna tersenyum dengan otomatis juga.

“Kau minumlah, agar fikiranmu jauh lebih baik" ucap Rose lembut setelah berhasil mendudukan diri di samping Luna

Luna mengangguk, lalu menyeruput minuman itu sedikit dan meletakan cangkir yang masih ada sisa minumannya kembali di atas meja depan “Terimakasih, sayang"

Rose mengerut, setelah mendengar kata asing yang Luna ucapkan di kalimat terakhir “Sayang? Apa arti dari bahasa anehmu kali ini, Luna?”

Luna terkekeh, dengan gemas ia mencubit pipi kanan Rose dan langsung mengecup bibir Rose dengan kilat “Maksud dari kata Sayang adalah kau orang yang paling aku sayangi untuk saat ini dan seterusnya"

Blush.

Rose langsung menunduk malu dengan pipi tomatnya “Apakah aku bisa memanggilmu dengan kata itu?” tanya Luna lagi

Rose mendongakan kepalanya lalu menatap Luna dengan malu malu dan mengangguk “Tentu. Aku juga menyayangimu, S-sayang" balas Rose

Grep~

Luna tak tahan dengan kegemasan itu, langsung ia peluk Rose dengan hangat dan Luna usap punggung kekasihnya itu dengan pelan dan lembut “Kau sangat lucu” ungkap Luna dengan lirih

Arah pandang Luna melihat ke arah jam dinding dimana sudah waktunya. Waktu dimana dirinya dan Theo memiliki janji untuk bertemu di rumah Prof. Peter untuk melakukan penangkapan seseorang pelaku atas hilangnya puluhan anak kecil di Kota Sahdan ini.

Set~

Maka Luna pun menarik tubuhnya dari pelukan Rose dan memandang Rose untuk meminta sebuah izin “Aku harus pergi untuk bertemu dengan teman ku" ujarnya

Rose mengerutkan keningnya “Temanmu? Seorang laki laki saat kemarin itu?” tanya Rose dan Luna langsung mengangguk

“Apakah akan membutuhkan waktu yang lama?” tanya nya, terlihat jelas wajah kecewa di sana

Luna menangkup kedua sisi wajah rose dan berucap lembut “Mungkin? Karena ini sebuah urusan penting"

Tangan kanan Rose pun terangkat untuk menyentuh pipi kanan Luna, mengusap nya dengan lembut di sana dan berkata “Kau dan teman mu itu- apa yang sedang kalian lakukan? Apakah sebuah urusan penting itu tentang perjalanan waktu? Kau dan teman mu sedang membuat sebuah rencana untuk kembali ke masa depan ya?” tanya Rose sepenuhnya khawatir pada kepergian Luna nantinya, tatapan mata Rose juga sendu

Luna tersenyum tipis lalu menggeleng “Tidak. Ada hal yang lain. Kau mungkin akan tau di kemudian hari. Tapi tidak untuk sekarang"

“Apa kau yakin? Aku- aku selalu berfikir tentang kepergian mu dan itu- sepertinya hatiku sangat sakit saat membayangkannya. Aku tidak bisa melepaskanmu, Luna" kerutan cemas di kedua alis Rose semakin terlihat

Luna menghela nafasnya perlahan “Untuk kepergian diriku ke masa depan. Aku dan temanku masih belum memikirkannya. Kau tidak boleh terlalu khawatir, ya?”

Love, Travel with Us. (Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang