Prolog

909 50 0
                                    


Derap langkah itu begitu cepat. Tanpa memperdulikan bagaimana tatapan semua orang menandang seorang pemuda yang memakai jas kantor dengan wajah khas anak sekolah itu kini memasang raut datar, membuat semua orang akan menyingkir memberi jalan bagi pemuda itu.

"Tuan Muda Sean, lewat sini, " arah sang tangan kanan.

Sean melirik dan kemudian berbelok. Matanya menajam melihat ruangan yang telah di jaga beberapa orang berbadan besar dengan jas hitam mereka. Tidak lupa bahwa Sean tahu, di balik tubuh mereka ada beberapa senjata yang siap di luncurkan bila terjadi suatu hal yang tak mengenakan.

Setelah mengetahui bahwa salah satu Tuan mereka datang, mereka lantas menunduk memberi hormat sebelum salah satunya membukakan pintu bagi pemuda cantik itu. Sean masuk dan langsung di suguhi para saudaranya yang diam dengan tab di tangan mereka, laptop yang terbuka, dan raut wajah serius mereka.

"Apa yang sebenarnya terjadi, huh? " tanya Sean. Pemuda itu lantas menaruh tasnya di salah satu meja dengan asal sebelum memilih untuk duduk di samping saudaranya yang tengah menatap serius pada layar di hadapannya. "Aku kesini bukan untuk di beri kejutan, bukan? "

"Tentu tidak, bodoh. " Jack kemudian melempar tab yang dia bawa di atas meja yang mengarah pada Sean. "Hentikan masa kenakalan mu di London, fokus pada ini. "

Sean hanya menghela nafas dan kemudian mengambil tab tersebut. Menatapnya dalam kurun waktu 2 menit, menunjukkan atraksi di dalamnya yang berhasil membuatnya mengeraskan rahang dan melirik pada salah satu bangkar ranjang rumah sakit dan menatap video itu lagi.

Di ranjang itu, jelas Sean tidak bodoh menebak siapakah yang tengah tertidur nyenyak di atasnya. Winter saudarinya. Sean tahu itu. Tapi dia tidak tahu bahwa apa yang menyebabkan saudarinya itu terbaring di atas kasur adalah perlakuan bodoh yang tengah ia lihat di tab itu.

"Bajingan kotor! Apa yang mereka lakukan pada adik ku! " bentak Sean. Tab itu dia cengkram erat. Membantingnya di meja dalam kesekian kali melampiaskan kemarahannya. Berani sekali mereka mengusiknya. Berani sekali mereka membuat adiknya terbaring di bangkar.

Siapapun itu, Sean akan menemukannya dan membuatnya sujud di bawah kaki Winter.

"Meski kau membanting apapun, tanpa bertindak kau tidak akan pernah menemukan jalan keluarnya, " ketus Ben. Pemuda manis itu melirik Sean yang kini bersandar penuh marah pada sofa rumah sakit. "Kita tidak bisa gegabah. Jaringan keluarganya luas, salah langkah kita yang terbunuh. "

"Ben benar, " sahut William. Pemuda itu kemudian meminum kaleng sodanya dengan mata tajam tetap awas memperhatikan pada laptop di hadapannya. "Dia bisa menghancurkan kita bila dia mau. "

"Siapa dia? "

"Aku menemukannya. Dia adalah anak menteri di negara Jerman, namun dia sekolah di sini dengan alasan merantau. Tapi aku tidak tahu motifnya, ah, belum, " sahut Justin, "dan sialnya, dia memiliki hubungan lumayan baik dengan kakek. "

"Jelas keluarga Allvender tak dapat di depak dengan mudah, " kini, Felix menyahut. Pemuda itu menyilangkan kakinya dan menatap langit-langit rumah sakit dengan tatapan sedih. Dia tak dapat membayangkan bila situasi ini akan menimpa keluarganya.

Sean kemudian berdehem menarik perhatian para saudaranya. "Biar aku yang mengatasi di sekolah. Sekalian aku akan melanjutkan studi ku di sini, untuk urusan keluarganya, kalian urus. "

"Hei! Seharusnya aku yang memberi perintah! " ujar tak terima dari Ben selaku ketua. Pemuda itu menggeleng dramatis dan memegang dadanya dengan memasang wajah sok tersakiti. "Jahat."

"Jangan lebay, Ben. Untuk saat ini, kita bisa mengikuti hal ini dulu jangan haus hormat, " ketua Young dan melempar bantal pada adiknya itu. Hal yang membuat Ben mendelik pada pemuda yang fokus memainkan kukunya.

REVENGE (Kim Sunoo, Harem!) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang