Sean menatap bingung pada depan pagarnya. Lagi dan lagi. Kemarin dia menjumpai Ricky yang berada di depan pagarnya pagi-pagi sekali, dengan sopan santunya pria itu menunggu dirinya. Tapi berbeda dengan sosok di hadapannya yang menenteng tas totebag kecil berwarna biru apokadot dengan senyum terlebar yang dia punya, Sean bahkan yakin jika bisa saja itu akan merobek pipinya."Saya tahu anda punya lesung pipi, tidak perlu di tunjukan juga, " sinis Sean dengan memutar bola matanya malas, "lagipula, sangat tidak sopan sekali anda berada di sini dan kemudian membuat keributan di kediaman saya. "
Jasper yang mendengarnya malah lebih tersenyum lebar, memberikan totebag pada Sean dan malah membuat pemuda dengan pakaian seragam rapi itu menatap bingung pada 2 totebag yang berbeda warna, satu berwarna biru dan satunya merah bergaris.
"Sean, totebag berwarna biru ini adalah bekal untuk kamu, makan pada saat makan siang. Lalu yang berwarna merah, kamu bisa membukanya sendiri, " ucapnya dan menatap lekat pada pemuda manis itu.
Sean berkerut dan kemudian membuka totebag berwarna merah. Matanya mengerjap menatap beberapa kotak berwarna putih polos yang terbungkus plastik dan satunya cukup indah dan berbentuk lebih besar dari kotak satunya.
"Ap... Saya bisa membelinya sendiri! " sentak Sean tanpa sengaja. Melotot pada Jasper usai mengetahui apa yang ada dalam totebag tersebut.
Handphone dan juga MacBook
Jasper malah tertawa pelan melihat keterkejutan Sean. Mata rubah tajam yang membulat lucu, belum lagi bibirnya yang membentuk O kecil, raut kesal yang nampak tidak terima, padahal matanya berkata lain.
"Aku tahu, " jedanya. Jasper mendekat dan mengulurkan tangannya mengelus pipi gembul Sean, "tapi aku ingin memberikannya untuk mu. Ku pikir itu akan sangat kamu butuhkan, jika mau yang lain, kamu bisa mengatakan pada ku. "
"Saya masih punya uang, dan saya tidak memerlukannya, " katanya. Hampir saja Sean memberikan pada Jasper bila saja pria berambut coklat itu tidak mencegahnya.
"Aku tahu, Sean. Tapi kamu bisa menggunakannya, katakan apapun padaku, aku akan berusaha untuk mendapatkan hal tersebut. " Jasper tersenyum lembut pada Sean yang membeku terkejut mendengar ucapan Jasper.
Pemuda itu membuka tutup mulutnya. Perihal dirinya masih terkejut, jarak antara dirinya dan Jasper bisa di hitung dengan penggaris 10 cm. Terlalu dekat hingga membuat Sean merasa kurang nyaman, dan juga di satu sisi dia berdebar akan posisi ini. Terlalu dekat, tapi Sean menyukai.
"Ayo ku antar sekolah, " ucapnya dan menjauhkan diri. Menggandeng tangan Sean dan berniat mengajak pemuda itu naik ke mobilnya.
Tanpa sadar, Sean menghela nafas kecewa melihat Jasper yang menjauh darinya. Tapi kemudian dirinya tersadar akan apa yang ia lakukan, apalagi melihat Jasper yang berbalik menatapnya dengan senyum kecil yang nampak menyebalkan.
"Aha, aku baru saja mendengar ada yang menghela nafas kecewa saat aku menjauh, apa kamu ingin aku dekat dengan mu? " tanya Jasper dan membuat Sean terkejut bukan main.
Sean menyentak tangan Jasper dan menatap tajam pemuda berambut coklat tersebut dengan garang, "siapa? Saya? Jangan terlalu berekspektasi, Gregson! "
Jasper tertawa cukup keras melihat Sean yang meninggalkan dirinya dengan pipi sedikit merona dan juga bibir mengerucut. Ketara sekali bila pemuda itu tengah kesal dengannya. Lalu, Jasper berlari kecil dan memberikan kecupan di rambut Sean yang sontak membuat pemuda itu berhenti lalu menatap Jasper yang kini masuk ke dalam mobilnya dengan senyum lebar yang dia punya. Sean sendiri memegang rambut yang di cium oleh Jasper sebelum mendengus dan kemudian masuk ke dalam mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVENGE (Kim Sunoo, Harem!)
RomanceTujuan utamanya kali ini bukanlah mengulang kembali masa-masa sekolah yang memusingkan. Sean datang dengan tekad kuat nan bulat. lelaki manis yang masih berusia 18 tahun itu rela terbang kembali ke Australia demi menemui kabar tak mengenakan yang te...