4

313 39 2
                                    


Layar monitor itu terbuka lebar dengan cahaya yang hampir maksimal. Di layar tersebut, jelas terlihat aktivitas seorang pemuda yang baru saja keluar dari arena balap tadi malam. Entah mengapa dirinya tidak menyukai saat pemuda yang berstatus sebagai calon tunangannya itu keluar dari arena balap. Apa yang dia lakukan?

Oh, balapan jelas.

Tapi, bukan itu yang membuat ia marah. Tapi beberapa potret yang di kirim oleh tangan kanannya itulah yang membuat dirinya marah.

Sean terlihat tertarik pada seorang pemuda dengan rambut merah tersebut.

Bibir pria itu tertarik membentuk seringai, tangannya yang tadi berada di dagu kini mengambil satu potert yang nampak jelas Sean tengah menatap lekat pemuda asal cina tersebut. Zhanghao.

Tanpa kata, pria tersebut kemudian bangkit dan menyambar kunci mobilnya. Dalam balutan kemeja satin berwarna hitam dan celana kain yang memiliki warna yang sama dengan kemejanya, pria itu berjalan menuju mobilnya yang terparkir pada area basement hotel yang sengaja ia pesan untuk 3 hari ke depan. Tujuan kali ini adalah menghampiri kediaman calon tunangannya dan kemudian mengantarkan pemuda itu untuk ke sekolah pada hari pertamanya.

Seperti bocah? Biarkan saja. Ia suka melihat pemuda itu marah padanya.

Sampai di kediaman sederhana namun mewah milik Sean, mobil berwarna putih itu sampai tepat waktu saat Sean menutup pintu kediaman miliknya. Sean yang melihat mobil asing terparkir di depan gerbang masuk segera mungkin berjalan mendekat dan membuka gerbang berwarna hitam klasik tersebut. Mata rubahnya lantas menatap malas melihat surai hitam legam yang tengah menyembul dan kemudian pintu mobil terbuka. Pria itu berjalan mendekat dengan tersenyum menatap calon tunangannya.

"Pagi yang indah bukan, Sean? "

Sean memutar bola matanya malas, "apa yang anda lakukan di sini, Ferdinad? Kita tidak sedang memiliki urusan apapun. "

Ricky, pria dengan rambut hitam itu mengangkat bahunya dan bersandar di pintu mobilnya. Dengan tangan yang ia lipat di depan dada, menatap Sean dengan alis terangkat. Demi apapun, pria itu terlihat mengesankan tapi menyebalkan dalam satu waktu! Dan Sean rasanya ingin mengacak-acak rambut itu lalu membanting Ricky masuk ke mobil dan dirinya meninggalkan pria itu.

"Memang. Tapi hari ini, aku akan mulai mengantarkan mu ke sekolah, mau tidak mau, Sean. Sebagai calon pasangan, bukankah aku cukup cepat tanggap? " tanya Ricky dengan tersenyum menatap raut kesal Sean.

"Apa saya terlihat berkesan? "

Ricky tertawa. Dia menggeleng lalu kemudian bangkit dan berjalan menuju Sean. Tanpa aba-aba, dirinya memeluk pinggang ramping Sean lalu menarik pemuda itu mendekat dengan keras. Sean sampai harus membolakan mata rubahnya. Jika seragamnya kusut, memang pria ini mau tanggung jawab?

"Ferdinad! "

Ricky menunduk. Meniup pelan telinga Sean hingga pemuda cantik itu merintih geli. Ini pertama kalinya hingga membuat tubuh Sean merinding di sekujur tubuhnya.

"Aku selalu mengawasi mu, dan perlu kamu tahu, Sean. Aku tidak pernah suka milik ku menatap seseorang dengan ketertarikan yang ambigu, selamanya aku tidak suka, " bisik Ricky

Sean mengigil. Dia merasakan bulu kuduknya seakan berdiri mendengar suara berat Ricky yang berbisik pada samping telinga miliknya. Sean akui dia cukup terkejut akan semua yang terjadi hari ini, tapi Sean juga akan mengakui bila di satu sisi, perasaan Sean seakan-akan mulai terisi dengan suatu hal baru yang dia coba tampik jauh-jauh.

"Anda gila? Mengawasi saya sama saja melanggar area privasi, dan sa-... Shhh. " mata Sean terpejam reflek dengan tangan mencengkram erat kemeja yang di gunakan Ricky.

REVENGE (Kim Sunoo, Harem!) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang