Sepertinya Sean sudah terbiasa dengan pagi harinya yang selalu kedatangan tamu. Biasanya kebanyakan dari mereka akan duduk di kap mobil, atau bahkan hanya menunggu di luar. Bukan seperti Stanley yang kurang ajar seperti ini.Bagaimana bisa pria berusia 27 tahun itu menerobos masuk dengan menggenggam pergelangan tangan Sean memasuki kediaman pemuda manis itu. Jelas Sean mengerutkan keningnya marah. Ingat, Sean tidak suka area privasi miliknya di hinggapi oleh orang asing.
"Dasar tidak tahu diri! Kenapa anda memaksa masuk ke kediaman saya sedangkan anda adalah orang asing dan saya adalah pemilik rumah ini? " sentak Sean dan menatap tajam pada Calon tunangannya yang malah duduk santai di sofa empuk berwarna putih milik Sean.
Stanley yang di maksud malah menatap ke arah semua penjuru rumah Calon tunangannya itu. "Rumah mu bagus, sayang. Juga luas, mungkin 4 atau 5 anak cukup. "
"Dasar gila! Keluar!! " pekik Sean. Matanya melotot kesal ke arah Stanley yang malah mengambil majalah di depannya. Posturnya yang santai dan seakan menikmati suasana di kediaman Sean yang terlihat tenang itu malah membuat Sean semakin meradang.
Ya bagaimana tidak semakin marah. Di pagi hari ini, Sean berencana untuk membuat suasana hatinya membaik karena dia mendapatkan informasi bila hari ini ada ulangan, belum lagi dia harus mendapatkan atensi dari Karina. Memikirkan semua hal itu membuat Sean kurang tidur tadi malam, dan pagi hari yang dia nanti malah di rusak dengan mudah oleh pria berambut Grey tersebut.
Stanley sendiri malah bersandar di sofa lembut tersebut dengan menyilangkan kaki dan berpostur arogan, tangannya membuka setiap lembar majalah mengenai pembangunan besar beberapa perhotelan maupun tempat makan. Stanley tersenyum kecil melihat bahwa Sean tertarik akan hal-hal seperti bisnis. Jika menjadi Nyonya Kingston, Stanley akan membelikan bangunan tersebut atau meminta pada Jason untuk membangunkan bangunan seperti yang si cantik inginkan.
"Tuan Kingston, segera berdiri dan keluar dari rumah saya, " bentak Sean. Pemuda manis itu geram melihat bagaimana Stanley yang malah membalikan majalah tersebut dan menunjukan pada Sean dengan tampang tanpa dosa.
"Sean, kamu tertarik dengan ini? Mau di bangunkan casino? " tawar Stanley dengan senyum manis yang dia lempar pada Sean. Sean melongo mendengarnya.
Jadi, dari tadi dia marah dan Stanley tidak mendengarkan ucapannya?
"Kingston! Angkat kaki dari rumah saya, " ucap Sean dengan tegas.
Stanley berdecak. Pria itu bangkit dan kemudian meletakkan majalah tersebut di meja dengan posisi mengasal. Pria itu berjalan ke arah Sean yang harus mendongak menatap mata Stanley yang menatapnya lekat.
Tanpa di duga, Sean memekik saat Stanley malah mendorongnya dan jatuh pada sofa panjang yang luas milik Sean. Mata rubahnya semakin membulat melihat Stanley yang mengurungnya tersebut. Mata tajam nan gelap itu menatap Sean lebih dalam. Tangan yang mengelus pipi kesayangannya dengan penuh kelembutan.
"Aku dengar, kamu mengalami penyerangan bukan di restoran G'Key di tengah kota dengan Jacob. Apa kamu terluka? " tanya Stanley.
Tubuh Sean terasa membeku mendengar ucapan Stanley yang begitu lemah dan penuh kasih sayang. Hal yang mengetarkan hati Sean. Dia tidak pernah di tanya bagaimana kondisinya saat terjadi penyerangan, tapi Stanley melakukannya. Rasanya seperti Sean di pedulikan, rasanya dia di perlakukan seperti manusia pada umumnya. Orang yang bisa merasakan sakit dan harus di lihat dan di obati. Bukan sekedar harus di beri kencaman agar lebih menjadi waspada lagi.
Sean tanpa sadar berharap pada takdir bila Stanley akan menemaninya lebih lama di Sydney. Namun, sisi lain pemuda itu lebih cepat mengambil alih dan membuat Sean mengangguk kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVENGE (Kim Sunoo, Harem!)
RomanceTujuan utamanya kali ini bukanlah mengulang kembali masa-masa sekolah yang memusingkan. Sean datang dengan tekad kuat nan bulat. lelaki manis yang masih berusia 18 tahun itu rela terbang kembali ke Australia demi menemui kabar tak mengenakan yang te...