Sean nyaris disebut membanting sebuah koper keluar dari bagasi mobil dengan raut kesalnya. Menaruhnya dengan keras pada atas lantai yang ada di basement parkir bawah tanah di bandara California.Hari ini perjalanan Sean menuju ke Australia tidak dapat di cegah. Tentunya dengan sikap nekatnya, Sean berhasil menuju ke bandara. Tapi pemuda itu tidak tahu jika kakeknya lebih licik dari sikapnya yang seperti belut. Hal itu lah yang berhasil membuat Sean membanting koper dengan keras dan menghentikan pembicaraan yang tengah terdengar demi menatap Sean yang menendang kopernya dengan raut datar.
Mata tajam rubahnya menatap sang kakek yang hanya tersenyum padanya, "ini bukan sedang liburan, kek. "
"Oh, Sean. Aku juga tahu jika kau ingin kembali sekolah, maka dari itu di hari pertama mu sekolah di sana, calon tunangan mu akan membantu mu untuk menyelesaikan segala urusan yang menyangkut Winter. Itulah yang namanya kerjasama, " jelas Darwin dengan menatap sang pewaris itu dengan senyum khas seorang kakek pada cucunya.
Sean memutar bola matanya malas dengan berani, "ini juga namanya beban, kek. "
"Tidak masalah, Tuan Darwin, kami akan menjaga Sean dengan baik di sana, " sahut Ricky dan mengulas senyum pada Darwin. Mengabaikan raut masam dari Sean yang mendengar ucapan dari sang Calon tersebut.
"Anda gila? Saya tidak suka! Tempat asal kalian di sini, bukan? Tinggal saja di sini, saya tidak menerima tumpangan di kediaman saya, " ketus Sean. Mata rubahnya memincing penuh dendam pada Ricky yang mengatakan akan menjaganya.
Si gila ini sudah lebih gila, huh?
"Oh, terimakasih, Sean. Disana pasti ada hotel atau apartemen yang bisa kami pilih untuk menginap selama 3 hari, atau jika kamu berbaik hati, terimakasih untuk tempat tinggal di rumah mu, " ucap Stanley dengan senyum mengembang hingga gigi taringnya terlihat.
Sean mendelik. "Tinggal saja di jalan, saya tidak peduli, Kingston. "
Sean menyeret kopernya untuk menuju ke dalam bandara. Lebih cepat lebih baik. Dan lebih baik lagi dia tidak mendengarkan segala ucapan dari Calon Tunangannya ataupun dari Darwin yang pasti masih memaksanya untuk mengangkut pemuda itu dalam rumahnya.
Sean mana mau. Dia tidak mengijinkan sembarang orang memasuki area pribadinya, termasuk rumahnya. Entah rumah di mana pun itu, Sean tidak suka di usik. Dia tidak menyukai bila wilayahnya di usik, karena itulah hasil dari didikan Young yang selalu mengajarkan pada para adiknya untuk tidak terlalu berbaik hati pada semua orang.
Sean tahu jika Darwin tengah menggerutu dan marah akan sikapnya. Tapi ini juga karena Sean sudah besar. Dia berhak memutuskan apa yang baik baginya, dan apa yang tidak untuknya.
───✱*.。:。✱*.:。✧*.。✰*.:。✧*.。:。*.。✱ ───
Sean tiba di Australia pada pukul 10 pagi. Pemuda itu kemudian langsung menuju ke arah rumahnya dan menatap pada tangan kanannya yang sudah siaga mengambil kopernya, serta asistennya yang langsung memberi salam pada Calon tunangan Sean dan mengurus barang bawaan Sean yang hanya sebatas beberapa baju dan koper.
"Robert, Clath, apa pendaftarannya mengalami masalah? " tanya Sean. Pemuda itu melirik pada dua pria yang sudah bersamanya semenjak ia berusia 10 tahun tersebut.
Robert menggeleng menjawab, "tidak Tuan Muda. Semua berjalan lancar, saya mengatakan pada pihak sekolah bila ada masalah yang terjadi di London. Tentunya bukan mengenai pendidikan, saya mengatakan bahwa keluarga anda pindah tugaskan ke New South Wales, Sydney. "
"Masalah kelompok itu? "
Clath menatap Robert yang terlihat meneguk ludah kasar. Ketara sekali bila Robert juga belum siap jika melihat Sean malah marah nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVENGE (Kim Sunoo, Harem!)
RomanceTujuan utamanya kali ini bukanlah mengulang kembali masa-masa sekolah yang memusingkan. Sean datang dengan tekad kuat nan bulat. lelaki manis yang masih berusia 18 tahun itu rela terbang kembali ke Australia demi menemui kabar tak mengenakan yang te...