Banyak orang yang berlalu-lalang melewati jalanan di kota Surabaya malam ini, tetapi tak ada satu pun dari mereka yang menyadari bahwa ada seorang anak laki-laki di sudut taman bermain yang tampak begitu luas tersebut. Anak laki-laki itu memang sengaja untuk duduk di salah satu sudut taman bermain yang cahaya nya pun sudah mulai redup, karena ia cukup malu jika ada yang menyadari keberadaannya. Terlebih lagi saat ini ia sedang mendongakkan kepala nya, menatap langit malam yang disinari oleh sang purnama serta bintang-bintang di sekelilingnya yang menambah keindahan langit pada malam ini.
Tetapi sebenarnya ia tak benar-benar memerhatikan betapa indah nya langit pada malam ini, karena itu semua hanyalah sebuah tatapan kosong. Sepasang netra nya memang menatap ke arah langit, tetapi isi kepala nya begitu berisik. Ia sungguh sudah tak tahan lagi dengan semua permasalahan yang terus berlarian di kepala nya, tanpa sadar bulir-bulir air mata mulai menetes membasahi pipi mulus nya. Dada nya kini terasa sesak sekali, hati kecil nya masih tak bisa menerima kenyataan pahit ini. Sementara bulir-bulir air mata terus-menerus membasahi pipi nya, sungguh sakit rasanya sampai-sampai tangisan nya tak lagi mengeluarkan suara.
Anak laki-laki itu sungguh terlarut dalam kesedihan nya, hingga tak menyadari bahwa ada suara langkah kaki yang mulai menghampirinya. Walaupun suara langkah kaki itu kian mendekat, ia masih tak menyadari hal tersebut. Hingga lamunan nya pun dibuat buyar seketika, sesaat setelah suara langkah kaki itu berhenti tepat di hadapan nya. Ia reflek menoleh ke depan untuk melihat siapa yang sedang menghampiri nya, terlihat seorang anak laki-laki yang sedikit lebih tinggi dari nya itu sedang berjongkok di hadapan nya.
"Halo? Kamu kenapa kok sendirian disini? "
"Aku tadi kebetulan habis bermain di taman ini, jadi sekalian saja aku duduk duduk disini sebentar hehehe. "
"Oh begitu ya.. Tapi aku lihat lihat, kamu seperti habis menangis..? Apa kamu sedang ada masalah? "
"Eum.. Tidak kok, kebetulan aku tadi habis beli es krim dan es krimnya jatuh ke tanah, makanya aku jadi menangis.. "
"Tidak usah bohong, aku sudah melihatmu dari awal tadi dan kamu ga ada beli es krim. Ayo jujur saja. "
"Baiklah.. Aku sedih karena mama dan papa sedang bertengkar. Papa tadi juga habis pukul aku, sakit... "
"Aku ikut sedih mendengarnya.. Oh iya kalau boleh tahu, kamu dipukul di sebelah mana sama papa kamu? "
"Kaki aku habis dipukul dengan penggaris kayu.. "
Anak laki-laki itu kemudian memperlihatkan bekas pukulan yang ada di kaki nya. Sayang sekali, ia harus menanggung lebam di kakinya karena sebuah pukulan dari papa nya.
"Sini biar aku yang obatin lukanya. "
"Tidak perlu repot repot, aku akan obati sendiri nanti.. "
"Tapi kamu sendiri juga masih menahan sakit, jadi biar aku obatin saja biar kamu tidak sakit lagi. "
"Maaf, tapi aku tidak ingin merepotkan orang lain. Jadi akan ku obati sendiri nanti. "
"Baiklah kalau begitu, tapi nanti kamu serius bakalan obatin kan? "
"Iyaa, aku serius. "
"Baiklah.. Oh iya kita belum saling mengenal, jadi siapa nama kamu? "
"Nama aku Caidan Wang, kalau nama kamu siapa? "
"Kalau namaku Rajevan Giandra, oh iya apa boleh kalau aku memanggilmu Idan? "
"Tentu saja boleh! Kalau begitu aku akan memanggilmu Jevan! "
"Mulai sekarang kita berteman ya! Senang bisa mengenalmu Idan! "
"Aku juga senang bisa mengenalmu Jevan! Oh iya Jevan, kamu umur berapa? "
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't be with me || Chenle Jisung ||
Fanfiction"Kebahagiaan tidak bisa dibeli dengan uang, kan? Kalau saja aku diberi kesempatan untuk memilih bagaimana kehidupan ku nanti nya, aku akan memilih lahir di keluarga sederhana yang dapat memberikan kasih sayang dengan tulus untukku. " "Aku paham apa...