O3. Berteman?

44 27 3
                                    

Jalanan kota Surabaya siang ini masih ramai seperti biasa nya, banyak kendaraan yang berlalu lalang melintasi jalan raya, mulai dari kendaraan roda dua sampai kendaraan roda empat sekalipun. Di antara keramaian itu tampak dua anak laki-laki yang sedang berjalan kaki di trotoar yang cukup lebar itu, lengkap dengan pepohonan rindang yang terdapat di sepanjang trotoar itu seakan menjadi payung bagi para pejalan kaki yang melintas, sebab membuat mereka tak langsung terpapar terik nya sinar matahari.

Dua anak laki-laki itu terlihat sedang melangkahkan kaki nya dengan santai, bukan karena mereka ingin menikmati perjalanan mereka, tetapi sepertinya karena kedua nya sudah merasa lelah. Itu semua, sudah bisa terlihat dari muka mereka yang tertekuk seakan tak memiliki energi sama sekali untuk melakukan aktivitas apapun.

Tetapi penampilan dari dua anak laki-laki ini tampak berbeda, yang satu memiliki wajah sinis, apalagi dengan rambut nya yang agak berantakan lengkap dengan seragam sekolah nya yang dikeluarkan, jelas membuat penampilan nya terlihat acak-acakan saat ini. Sementara anak laki-laki yang berada tepat di sebelah nya itu terlihat sedikit lebih pendek jika dibandingkan dengan tinggi badan nya, bagaimana tidak? Ia memiliki tinggi badan yang hanya se telinga teman nya saja, tetapi anak laki-laki itu memiliki wajah yang ramah. Apalagi dengan rambut nya yang masih tertata rapih ditambah dengan seragam sekolah nya yang juga masih terlihat rapih itu sudah jelas membuat penampilan dari dua anak laki-laki ini nampak berbeda.

"Rio, kamu kok bisa seh temenan sama Aksa sama Aka? Padahal mereka iku loh suka bully. "
(Rio, kamu kok bisa sih temenan sama Aksa sama Aka? Padahal mereka itu loh suka bully.)

"Ancen, tapi mek arek loro iku seng gelem ngancani aku. Pas aku di elek-elekno karo ayah ku dewe, mek arek loro iku seng ngancani aku. Pas koen pindah nang Bandung, konco ku yo mek Aksa ambek Aka. "
(Emang, tapi cuman dua anak itu yang mau nemenin gua. Pas gua di jelek-jelekin sama ayah gua sendiri, cuman dua anak itu yang nemenin gua. Pas lo pindah ke Bandung, teman gua ya cuman Aksa sama Aka.)

"Tapi Rio, kamu harus e ngingetin mereka kalau seng mereka lakuin iku salah, jangan malah dibiarin ae. "
(Tapi Rio, kamu harus nya ngingetin mereka kalau yang mereka lakuin itu salah, jangan malah dibiarin aja.)

"Gawe opo aku ngelingno arek loro iku? Sementara aku e dewe saiki dadi seneng ganggu arek sisan? "
(Buat apa gua ngingetin dua anak itu? Sementara gua nya sendiri sekarang jadi suka gangguin orang juga?)

"Kamu? Kamu ikut-ikutan mereka? Asal kamu tau ae ya, aku tadi pagi habis ketemu mereka. Dan kamu tau? Mereka lagi ngehajar anak kecil sampe de'e megangi perut e karena nahan rasa sakit e. Dan kamu masih mau temenan sama arek urakan kayak gitu? "
(Kamu? Kamu ikut-ikutan mereka? Asal kamu tau aja ya, aku tadi pagi habis ketemu mereka. Dan kamu tau? Mereka lagi ngehajar anak kecil sampai dia nya megangin perut nya karena nahan rasa sakit nya. Dan kamu masih mau temenan sama anak yang ga punya aturan kayak gitu?)

"Terus lapo o nek aku sek tetep koncoan ambek arek loro iku, koen kate ngadohi aku ta? "
(Terus kenapa kalo gua masih tetep temenan sama dua anak itu, lo mau jauhin gua kah?)

"Ya ampun, bukan e gitu. Aku kan cuman ngingetin kamu seh, kalau kayak gitu itu salah, Rio. "
(Ya ampun, bukan nya gitu. Aku kan cuman ngingetin kamu sih, kalau kayak gitu itu salah, Rio.)

"Yo wes lah karepmu Zo. "
(Ya sudah lah suka suka lo Zo.)

"Kamu iku ya, diingetin malah kayak gitu. "
(Kamu itu ya, diingetin malah kayak gitu.)

Perbincangan tersebut berakhir dengan keheningan, sebab kedua nya tahu jika perbincangan itu dilanjutkan maka akan berakhir menjadi perdebatan. Mereka hanya melanjutkan perjalanan nya tanpa berbicara sepatah kata pun, bahkan di saat ada hal menarik yang terdapat di jalanan pun mereka lebih memilih untuk tidak membicarakan nya.

Don't be with me  || Chenle Jisung ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang