O2. Meet again

42 27 11
                                    

Terdengar suara nyanyian dari burung murai yang sangat merdu sekali, membuat Caidan dan Renzo merasa bersemangat untuk mengawali hari ini. Mereka berhenti melangkah sejenak, hanya untuk mendengarkan suara nyanyian itu dengan lebih jelas. Mereka merasa kagum dengan apa yang saat ini sedang mereka lihat, bagaimana bisa seekor burung bisa bernyanyi dengan merdu sekali seperti ini?

Kalau boleh jujur, sebelumnya mereka tak pernah mendengar betapa merdunya nyanyian dari seekor burung murai. Mereka mengamati burung itu dari kejauhan, tentu saja karena kandang burung murai ini digantungkan di langit-langit teras rumah tetangga nya. Terlebih lagi, pagar rumah tetangga nya sedang tertutup jadi sangat tak sopan bukan jika tetap menerobos masuk ke dalam? Apalagi, kalau diingat-ingat mereka juga masih baru dan masih membiasakan diri di lingkungan ini.

Tetapi, sudah jelas mereka paham tentang kapan waktu nya sekolah dan kapan waktu nya untuk bermain. Itulah sebabnya mereka hanya berhenti sejenak hanya untuk mendengar nyanyian dari seekor burung murai, terlebih lagi karena hari ini adalah hari pertama mereka untuk bersekolah di Surabaya. Suasana sekolah nya sepertinya akan sangat berbeda dengan tempat tinggal nya dulu.

Lalu, mereka pun mulai melangkahkan kaki nya lagi. Menyusuri setiap seluk-beluk dari komplek perumahan, tempat di mana mereka menetap di sini mulai dari sekarang sampai seterusnya. Renzo berjalan kaki sembari menggenggam tangan mungil adik nya agar adik kesayangannya itu tak hilang. Tentu adik nya merasa senang sekali karena ada kakak nya yang menemaninya untuk berangkat sekolah bersama.

Sudah sepuluh menit mereka berjalan, namun secara tiba-tiba Renzo menghentikan langkah nya dan itu membuat Caidan yang tengah asyik berkhayal tentang seberapa keren nya ia mengenakan seragam lengan pendek berwarna putih lengkap dengan rompi berwarna biru muda nya itupun seketika ikut menghentikan langkah nya. Ia langsung kebingungan bagaikan anak kucing yang tersesat, ia sontak berpikir ada apa gerangan kakaknya tiba-tiba menghentikan langkah nya?

Pertanyaan di benak nya kini terjawab sudah. Ternyata dari jarak 3 meter di depan nya, ia melihat ada dua bocah laki-laki seusia kakak nya sedang menghajar habis-habisan seorang anak laki-laki yang ukuran tubuhnya jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan mereka. Kakak laki-laki nya yang menyaksikan kejadian yang tak sepantasnya itu dengan mata kepala nya sendiri pun tak bisa tinggal diam.

Renzo juga menyadari bahwa dua bocah laki-laki di depan nya saat ini sedang mengenakan seragam putih merah lengkap dengan bet sekolah yang terpasang di lengan sebelah kiri seragam itu, yang mana artinya dua remaja laki-laki itu satu sekolah dengan nya. Ia segera berlari menghampiri ketiga nya, dan tak lupa ia tetap menggenggam tangan adik nya itu agar adik nya selalu berada disisinya.

"Hei! Apa maksud kalian berdua mengganggu anak laki-laki ini?! Ini masih pagi loh tapi kalian sudah mengganggu kenyamanan warga! "

"Arek iki! Teko teko ngomong basa Indo, gak usah sok Indo koen iku! "
(Anak ini! Datang-datang ngomong bahasa Indo, gak usah sok Indo lo tuh!)

"Lah yo, sadar o iki iku Suroboyo. Sing ngomong gawe basa Indo gak dijak! "
(Lah ya, sadar ini tuh Surabaya. Yang ngomong pake bahasa Indo ga diajak!)

"Heh, aku ya bisa ngomong Jowo! "
(Heh, aku juga bisa ngomong Jawa!)

"Loh! Heh, Sa Aksa! Isok ngomong Jowo ternyata arek iki! "
(Loh! Heh, Sa Aksa! Bisa ngomong Jawa ternyata nih anak!)

"Koen ae isok ngomong Jowo, lapo sok-sok an gawe basa Indo iku? "
(Lo aja bisa ngomong Jawa, kenapa sok-sok an pake bahasa Indo tuh?)

"Biarin seh! Kalo gak suka ya sumpelen ae telinga mu. "
(Biarin sih! Kalo gak suka ya sumpal aja telinga mu.)

"Yo lambe mu iku sumpelen! Cek gak nyocot ae lambe mu. "
(Ya mulut lo itu yang disumpal! Biar gak bacot terus mulut lo.)

"Kenapa seh? Gak suka a? Oh ya wes seh, kayak e aku bakal lebih nyocot lagi kedepan e. "
(Kenapa sih? Gak suka kah? Oh ya udah sih, kayak nya aku bakal lebih bacot lagi kedepannya.)

Don't be with me  || Chenle Jisung ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang