Jam yang terpasang di dinding dengan cat berwarna abu-abu itu kini memperlihatkan jarum panjang nya yang mengarah ke angka enam sedangkan jarum pendek nya tepat berada di antara angka sebelas dan dua belas, yang berarti saat ini sudah hampir tengah malam. Renzo pun perlahan membuka sepasang netra nya, ia lalu menundukkan kepala nya untuk melihat adik laki-laki nya, Caidan Wang yang masih terlelap di pangkuan nya. Dan ia baru teringat jika beberapa jam yang lalu, Caidan telah memasuki kamar nya lalu meminta nya untuk menemani tidur nya sebab sang adik sedang merasa kesulitan untuk tidur.
Caidan lalu merebahkan dirinya di atas tempat tidur milik kakak laki-laki nya, namun ia masih susah untuk tidur dan hal itu lah yang membuat nya memilih untuk tidur di pangkuan kakak laki-laki nya. Renzo pun dengan senang hati mempersilahkan Caidan untuk tidur di pangkuan nya, dan bahkan ia malah mengelus-elus surai hitam sang adik agar adik laki-laki nya itu merasakan kenyamanan saat berada di pangkuan nya. Tetapi tenggorokan nya kini terasa kering yang mengharuskannya untuk mengambil segelas air di dapur dengan tujuan untuk menghilangkan dahaga. Ia lalu perlahan memindahkan tubuh mungil sang adik tepat di sebelah nya, dan tak lupa untuk menyelimuti tubuh mungil adik laki-laki nya menggunakan selimut tebal milik nya agar sang adik tak merasa kedinginan.
Renzo lalu bangkit dari tempat tidur nya dan mulai berjalan ke luar dari kamar nya, ia perlahan melangkahkan kaki nya untuk mendekat ke arah dispenser yang terletak di dapur, ia kemudian mengambil gelas kaca yang nanti nya akan ia gunakan untuk minum. Setelah mengambil gelas kaca itu, ia kemudian menekan keran dispenser tersebut sampai gelas kaca itu terisi penuh oleh air. Ia lalu meneguk air putih itu sedikit demi sedikit, sampai ia samar-samar melihat siluet pria dewasa yang sedang berjalan sempoyongan di depan dapur, tetapi kini sepasang netra nya terfokus ke seorang wanita yang pinggang nya sedang dirangkul oleh pria yang saat ini sedang menggenggam botol tequila di tangan kanan nya, yang tak lain tak bukan adalah papa nya.
Renzo kemudian menarik nafas nya dalam-dalam lalu menghembuskan nya secara perlahan, memang nya wanita mana lagi yang saat ini sedang dibawa pulang oleh papa nya? Ia sampai hafal dengan kelakuan papa nya yang sering pulang malam itu apalagi papa nya yang suka berperilaku seenaknya terhadap sang mama berhasil membuatnya merasa malas jika papa nya sedang berada di rumah. Kini, tenggorokan nya sudah tak terasa kering lagi, ia lalu meletakkan gelas kaca itu di wastafel karena ingin mencuci nya namun saat ia hendak menuangkan sabun ke gelas itu secara tiba-tiba ia mendengar suara teriakan yang memecah kesunyian malam ini, yang tentu nya berasal dari kamar orang tua nya. Dan jika didengarkan lebih seksama, sepertinya sedang terjadi sebuah keributan di sana. Lantas ia pun segera berlari ke kamar kedua orang tua nya untuk melihat apa yang sebenarnya sedang terjadi.
Betapa terkejut nya ia sekarang saat melihat papa nya yang sedang melingkarkan tangan nya di pinggang seorang wanita yang tak ia kenali sama sekali. Tentu saja ia tak bisa tinggal diam sekarang, bagaimana bisa sang papa dengan berani nya membawa pulang seorang wanita yang bahkan terlihat tak memiliki harga diri itu? Dengan mengenakan pakaian yang kekurangan bahan itu bahkan memperlihatkan sedikit belahan dada nya saja sudah membuat gaya nya setinggi langit padahal nyata nya semakin memperjelas betapa rendah harga diri nya. Renzo lantas mulai melangkahkan kaki nya untuk memasuki kamar tersebut, dan tentu nya dengan berani ia menatap tajam ke arah sepasang netra milik papa nya tanpa ada rasa takut sedikit pun.
"Papa kok mau seh sama cewek yang baju e kurang bahan kayak gitu? Padahal muka e ae ndak ada cantik cantik e sama sekali tuh. " ucap Renzo sembari memutar mata nya dengan malas.
"Jangan sembarangan kamu kalau ngomong Renzo! "
"Udah sayang gak usah didengerin! Padahal aku cantik gini loh.. Anak mu ae paling yang bermasalah sama mata e! "
"Loh? Ndak kebalik ta? Mata mu iku loh bermasalah! Liat en lah papa ku, kebanyakan gaya orang e, kok kamu mau seh? Oh iya lupa aku, kan ndak mungkin ada yang mau sama kalian. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't be with me || Chenle Jisung ||
Fanfiction"Kebahagiaan tidak bisa dibeli dengan uang, kan? Kalau saja aku diberi kesempatan untuk memilih bagaimana kehidupan ku nanti nya, aku akan memilih lahir di keluarga sederhana yang dapat memberikan kasih sayang dengan tulus untukku. " "Aku paham apa...