Chap 13.

3 1 0
                                    

-Bahasa tidak baku-
-Gaje-
-Yowes gitu pokok e-

.
.
.

Happy Reading

.
.
.

Di rumah Aileen.

"Ayo, masuk aja kak."

"Sepi banget kek nya lin," ujar Yaya seraya berjalan dengan langkah pelan tepat di samping sang pemilik rumah.

"Iya juga, eh? pintunya dikunci?" monolog Aileen yang tentu saja didengar oleh Reba dkk.

--//di dalam rumah//--

Ibu Aileen pov.

Seperti yang kalian ketahui hari ini adalah ulang tahun anak semata wayangku, putriku Aileen. Rasanya tidak percaya aku berhasil membesarkannya sendiri dengan jerih payahku.

Yah... Ia menjadi sosok gadis yang manis dan penurut disamping hilangnya sosok pelindung aslinya, tak lain adalah sang ayah kandung.

Suamiku? tidak! dia sudah lama pergi.

"Bi, Alin udah di depan ama temen-temennya," ucap nak Raka dengan nafas yang tidak teratur.

Raka, dia sosok laki-laki yang menjadi sahabat sekaligus kakak bagi putriku. Aku tahu mereka berdua tidak ada hubungan darah sekalipun, tapi menurutku itu bukanlah masalah.

Mendengar ucapan nak Raka tersebut, aku pun langsung bergegas menyalakan lilin yang tadi sudah dibelikannya.

Nak Raka membuka pintu rumah yang sebelumnya memang sengaja dikunci tadi.

Cklek..

"Happy Birthday Aileen!!!!" sorak kami bersama setelah beberapa langkah masuk ke dalam rumah.

Tidak enak kan kalau melakukannya di luar yang ada malah jadi tontonan para tetangga julid.

Dapat kulihat putriku sangat terkejut juga bahagia, hingga Ia menitikkan air matanya haru.

"Hey... kok nangis sih anak Ibuk? kenapa, hmm?"

"E-engga kok, Aileen cuman terharu aja," balasnya seraya mengusap air matanya, kemudian Ia tersenyum cantik.

"Ayo! make a wish Lin, terus tiup lilinnya kasian Ibu Lo capek tau!" seru nak Raka yang kini masih setia berdiri di sisiku.

Setelah acara tiup lilin, kami langsung saja duduk dan makan-makan dengan makanan yang seadanya saja.

Sebenarnya aku sendiri khawatir...
jika teman-teman putriku akan merasa tidak nyaman atau apapun itu. Tapi--

Ternyata tidak, mereka ber-lima terlihat baik-baik saja dengan itu bahkan teman-teman Aileen sangat friendly, tak nampak kecanggungan sedikit pun diantaranya.

Ibu Aileen pov end.

***

Lama Ibu Aileen memandang sang putri tercintanya, hingga suatu suara memecah lamunannya tersebut.

KASTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang