"Sa, terima kasih, ya."
Dan sampai detik ini, Raya masih menyesal.
Menyesal sebab ia tak bisa membalas cinta Aksa. Begitu pula sebaliknya.
Tak ada jawaban sama sekali dari sosok di depannya ini. Raya tersenyum, lantas ia meletakkan bunga di sana.
Memang, di sini sangat rindang. Sejuk sekali suasananya. Sangat sepi, tak ada orang pun selain Raya.
Ya. Tak ada orang pun selain Raya.
Raya tengah duduk tepat di samping sebuah batu nisan bertuliskan nama laki-laki yang sangat ia sayangi. Ini bukan kali pertama, Raya sering sekali mengunjungi makam Aksa sendirian hanya untuk bercerita tentang kehidupannya.
Tak ada yang pernah menyangka, bahwa saat Raya duduk tepat di samping makam ini, ia benar-benar merasakan sosok Aksa yang tengah duduk di hadapannya dan tersenyum mendengar segala cerita Raya yang begitu tidak penting.
Surat yang Aksa tulis berkata bahwa Raya harus menghubungi Aksa setelah ia membacanya, maka dengan cara inilah Raya menghubungi malaikat yang telah berada di sisi Tuhan itu.
Ia ingin melepas rindu, tapi sekarang justru ia makin rindu.
Semesta begitu pahit. Hidup begitu pahit. Secercah kebahagiaan yang Raya harapkan justru telah dipetik dan dirawat oleh Tuhan di atas sana. Menyisakan beribu luka sejuta rasa yang bersemayam dengan tenang di hati Raya.
Pikirannya terlalu luas. Raya terlalu buta untuk memahami bagaimana cara menghadapi semua lika-liku kehidupan. Rumitnya hidup Raya justru disebabkan oleh dirinya sendiri.
Raya sudah berusaha berdamai. Ia selalu tersenyum, apalagi saat ia melewati tempat-tempat di Smansa yang menjadi saksi bisu kenangannya bersama Aksa.
Di depan aula, di lorong kelas sebelas, di kursi taman, di lapangan belakang, dan lain-lain.
Gadis itu hanya bisa berdoa, semoga tak ada lagi orang yang merasakan apa yang dirasakannya. Cukup Raya seorang. Jangan ada lagi yang dibutakan oleh pemikirannya sendiri.
Selamat jalan, Aksa. Semesta Raya-mu akan selalu merayakan sejuta kenangan yang telah kalian buat.
~{}•{}~
aksa dan teman-temannya.
di kursi taman.
di depan 12 MIPA 2.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita dan Takdir Semesta
Short StorySMA Negeri 1 Surakarta adalah saksi bisu bagaimana Raya menutupi perasaannya pada Aksa yang selalu menanyakannya tentang proposal kegiatan. Raya menyukai Aksa, Aksa menyukai Prajna. Kisah yang dianggap Raya sangat klise ini ternyata justru menusukn...