3. Coincidental Meeting

313 38 6
                                    







"Kenapa gyu? Senyum-senyum sendiri ih, kek orang gila."
Ejek temannya, tapi berhubung mood beomgyu sedang naik jadi ia tetap tersenyum menanggapi.

"Kemarin ada kakak cantik di rumahku, ya ampun... Harusnya aku lahir duluan dari kak soobin."

"Ngga ada untungnya mau lahir duluan, mau lahir akhiran. Namanya juga hidup gyu, mau kaya, mau miskin, mau cakep, mau jelek, mau tua, mau muda ya sama-sama susah. Jangan ngira jadi tua bakal seneng gyu, mungkin dalam bayanganmu gini ya, udah tua kerja, dapet penghasilan sendiri, tinggal nyuruh-nyuruh gitu ya?"

Beomgyu mengangguk semangat, penjelasan heesung mendadak jadi religius. Padahal yang beomgyu tau, temannya ini berotak udang. Kalo ngga mikir besok makan apa, tidur kapan, main kemana pasti tanya kapan kelasnya bubar. Tidak pernah sama sekali membahas tugas, materi dan PR harian.

Temannya memang spesies kupu-kupu terbang bebas, sangat santai.
Bilangnya selalu begini, jalan hidup biar Tuhan yang nentuin, heesung tinggal napas aja udah dapat pahala katanya. Tubuhnya gerak juga atas kehendak Tuhan.

"Kakak gue aja yang udah nikah malah pengin balik muda lagi, kesel katanya punya anak. Punya anak 3 nakal semua."

"Eh, biasanya kalo kecilnya nakal gedenya beda lho."

"Ya beda lah, kan tambah gede badannya."

Beomgyu menjitak dahi temannya, gemas. "Gedenya jadi kalem heesung temanku yang pintar."

"Pintar makan, pintar tidur, pintar main, pintar jajan."
Lanjutnya sambil menyubit kedua pipi heesung.

"Iya dong, tata cara bertahan hidup gyu."

"Tapi bodohnya jangan dipertahanin ya sayang."
Nasehat beomgyu sambil berpindah ke bangkunya, gurunya baru saja masuk.










***

Yeonjun baru selesai mandi, ia berniat membakar barang-barang peninggalan mantannya yang menumpuk banyak dibawah ranjang.
Memasukkan ke dalam kardus sambil menangis tidak rela, perlakuan mantannya benar-benar manis, sering memberi yeonjun baju baru, sepatu baru, barang-barang lucu pun selalu ia dapatkan saat masih menjadi kekasih huening.
Huening sangat mengistimewakannya dulu, berlagak seperti pria setia yang humoris. Mungkin yeonjun memang sudah bucin akut saat itu, bahkan lelucon garing huening pun tidak pernah absen membuatnya tertawa.

"Memang aku membosankan ya?"
Tanyanya pada diri sendiri, menatap wajahnya pada cermin berbentuk love berwarna pink.

"Astaga, rambut merah. Pasti huening tidak suka rambut merahku."
Serunya menerka-nerka, kasian sekali.

"Ah sepertinya aku harus ganti warna rambut."
Tegasnya sambil membawa beberapa lembar uang untuk mengganti warna rambut merahnya di salon.














"Kakak beneran mau di bleaching aja? Sayang lho kak, padahal kakak cocok dengan warna rambut merah."
Nasehat wanita pemilik salon, kemarin ia juga yang mengganti warna rambut yeonjun saat di salon. Merasa aneh karena yeonjun mendadak ingin ganti lagi karena usia rambut merahnya baru terhitung 3 hari ini.

"Kekasihku tidak suka warna rambutku sepertinya kak."
Sungut yeonjun sambil menunduk, matanya berkaca-kaca mengingat ia sudah putus hubungan dengan huening.

"Mungkin kakak bisa minta rekomendasi warna rambut sama pacarnya."

"Kita putus kak, dia memutuskanku."

My Cute Boyfriend||Soobjun|| Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang