BAB I

3.3K 183 17
                                    

Setiap pagi ketika Kaiser membuka kelopak matanya, ia sering kali melihat pria mungil di samping. Terlelap dengan tenang seperti tak ada beban. Kaiser terus menatap pria itu dengan seksama sudah enam bulan lamanya mereka tinggal bersama. Namun, Kaiser sama sekali tidak mengerti.

Yoichi Isagi, nama seseorang yang masih tidur satu ranjang dengan Kaiser. Asal usulnya tidak jelas, bahkan penjelasan dari orang sekitar Kaiser pun berbelit-belit. Yoichi sendiri mengatakan bahwa dirinya adalah teman satu rumahnya, sedangkan mereka sendiri mengatakan bahwa Yoichi adalah istrinya. Mana yang harus dipercaya?

" nngh.. Mihya? Kamu sudah bangun ya?" Yoichi terbangun dari tidurnya kemudian merenggangkan tubuh.

Kaiser hanya mengangguk pelan. Tatapan sedikit kosong terus tertempel di wajah, sembari menatap Yoichi yang tengah mempersiapkan sarapan sebelum dirinya bekerja. Meski mereka tidur satu ranjang, entah kenapa dia tidak menolak atau membantah satu kata pun. Namun sedikit was-was karena Yoichi adalah 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘴𝘪𝘯𝘨 dirumah.

Kaiser bekerja di salah satu perusahaan sebagai Manager Umum. Kinerja yang dihasilkan Kaiser begitu memuaskan, omset yang ia dapatkan per tahun sangat luar biasa. Itulah Ayah Kaiser begitu membanggakan anak sulung nya yang berbakat dan cerdas. Jika Ayah dan Ibu nya masih ada, mungkin mereka akan bangga dengan kinerjanya yang serius terkenal kejam.

Sedangkan Yoichi? Ah, pemuda itu hanya berada di rumah menjaga keamanan rumah milik Kaiser. Mulai dari kebersihan, kerapian, semua Yoichi lakukan. Jika bosan, Yoichi akan membantu pekerjaan bersama Kaiser tentunya berada di laundry, atau bagian lobi.

" Makan siangnya sudah aku siapkan di atas meja. Aku harap kamu makan dengan cukup hari ini." Ucap Yoichi dengan senang sembari membersihkan piring yang telah mereka gunakan.

"Siapa namamu?" Tanya Kaiser.

"Yoichi, Isagi Yoichi!" Jawabnya.

Sudah menjadi kebiasaan Kaiser menanyakan nama Yoichi setiap harinya. Yoichi sedikit bosan ketika Kaiser hanya menanyakan namanya saja. Untuk berbicara berdua saja sudah cukup susah, karena Kaiser selalu pulang larut malam.

Yoichi pemuda yang begitu kalem, bahkan kehidupan yang dijalani terbilang lancar dan tentram meskipun beberapa harus mendapat komplain dari kerabat karena Kaiser dan Yoichi belum ada kemajuan sama sekali.

Jemari manisnya terpasang jelas sebuah cincin, namun perlakuan Kaiser kepada Yoichi tidak sama seperti pasangan pada umumnya. Mereka bukanlah pasangan. Hanya dua insan manusia yang kebetulan ditakdirkan untuk tinggal bersama.

Kaiser sampai di tempat kerja dengan sapaan dari asisten yang katanya dipilih oleh Yoichi sendiri. Dia adalah Alexis Ness, pria yang tinggi badannya tidak jauh berbeda dengan Kaiser. Dia lah orang pertama yang akan Kaiser ubrak-abrik untuk kebutuhan kantornya.

"Selamat pagi, Michael. Aku harap rapat ini bisa berjalan dengan lancar. Pak Noa sudah menunggumu." Alexis menunjukkan jalan ke adah ruangan rapat yang menawarkan hubungan antar perusahaan.

"Terima kasih, Alex. Aku tahu kamu sangat bisa diandalkan." Kaiser memberikan sebuah kotak berlapis kain bermotif mawar biru kepada Alex.

"Oh? Yoichi membawakanmu makan siang ya? Apakah ini untukku?"

"Rasa kepercayaan dirimu memang harus diturunkan. Itu makan siang ku. Tolong bawakan ke ruanganku setelag rapat."

"Setelah rapat? Aku bisa meletakkannya sebelum rapat. Jangan-jangan kau hendak pamer ke mereka bahwa istrimu membawakan makan siang untukmu? Dasar malu-malu kucing."

Istri ya? Bahkan hampir semua orang disini mengatakan bahwa Yoichi adalah Istrinya. Tetapi kenapa Yoichi sendiri bilang mereka bukan siapa-siapa? Hanya sepasang manusia yang tidur berdampingan tanpa ada rasa cinta?

Rapat pun dimulai pukul 10 pagi. Noel Noa, seorang CEO di perusahaan pangan yang masih memiliki hubungan kerabat dengan Michael Kaiser, hanya Noel yang mengerti betul kondisi psikis dan fisik Kaiser. Bagaimana pun juga mereka tetaplah keluarga meski pun komunikasi sedikit kurang lancar akhir-ahir ini.

Setelah rapat, Kaiser kembali ke ruangannya dan membuka bekal yang selalu membuat lidahnya bergoyang merasakan pulennya nasi ciptaan Yoichi. Telur dadar dengan warna yang sempurna juga menggoda perut yang sudah meraung-raung.

"Selamat makan!"

Sesuap nasi dengan telur dadar sangat nikmat, suapan kedua nasi dengan naget. Paduan bekal yang penuh bergizi, Kaiser begitu bahagia bisa merasakan bekal bintang lima milik Yoichi. Ketika makan, tidak sengaja Kaiser terus menatap jemarinya yang terpasang jelas sebuah cincin.

Kaiser risau jika cincin ini ia lepas begitu saja namun terasa tidak mengetahui kenapa cincin ini terpasang. Bahkan Yoichi pun menggunakan cincin yang sama. Apakah Yoichi tunangannya? Tapi ditolak mentah oleh Yochi.

"Kenapa aku tidak bisa melepaskan benda ini di jemariku? Apakah aku terikat olehmu? Atau kamu yang mengikatku, Isagi Yoichi?"

Ketika malam datang, Kaiser disambut hangat oleh Yoichi dengan sebuah senyuman lembut. Kaiser sendiri tidak tahu senyuman Yoichi membuat hatinya legah, merasa tenang.

"Selamat datang, Mihya. Mau aku panaskan makan malamnya? Atau mau istirahat saja malam ini?" Tanya Yoichi.

"Tolong panaskan makan malam untukku. Hari ini porsi makan siang yang kamu berikan kurang cukup. Bisakah kamu menambahnya dua sendok makan untuk besok?"

"Apakah nasinya juga ditambah jika lauknya banyak? Aku sedikit kurang yakin kamu bisa menghabiskan semua." Sudah dua kali Kaiser komplain tentang bekal makanan yang kurang. Biasanya nafsu makan Kaiser tidak sebesar ini.

"Jika tidak habis akan aku maksn lagi di sore hari. Pekerjaan begitu banyak, berjalan ke kantin sungguh merepotkan. Aku ingin memakan yang berada di sekitarku saja."

"Kalau begitu mau aku bawakan camilan sore saja? Supaya tidak bosan memakan makanan dua kali dalam sehari."

Kaiser membulatkan bola matanya. Yoichi begitulah cerdas langsung mengatakan saran yang bahkan Kaiser sendiri tidak terpikirkan itu.

"Tentu saja. Bawakan aku camilan sore besok."

Lagi-lagi Yoichi hanya membalasnya dengan senyuman. Detak jantung Kaiser berdetak begitu cepat. Rasa apa yang saat ini berada di dalam pikirannya?

Setelah makan malam, Kaiser rutin menggunakan skincare untuk mencegah kulit kusam dan penuaan dini. Sesekali ia melirik Yoichi yang membersihkan ranjang untik mereka tempati nanti malam. Memang boleh sebersih itu? Kaiser tidak pernah merasa rumah yang mereka tempati kotor.

Rumah mereka tidak memiliki ART. Yoichi sendirian yang melakukan tugas rumah sampai tidak ada debu setitik pun. Waktu itu, Kaiser ingin menawarkan memperkerjakan ART untuk membanti Yoichi. Tetapi Yoichi menolak dan bersikukuh akan merawat kebersihannya sendiri.

Mereka berdua membaringkan tubuh lelahnya di atas ranjang yang empuk dengan sprei berwarna pink. Kaiser sebenarnya sedikit bingung, kenapa kali ini berwarna pink? Hal yang begitu canggung adalah ketika tidur. Dimana mereka berdua berada di posisi sangat dekat satu sama lain.

Kaiser membatin apakah Yoichi memiliki perasaan canggung yang sama? Yoichi tidur terlentang setelah beberapa menit berbaring. Kaiser mengecek Yoichi apakah dia sudah terlelap dengan tenang?

"Isagi Yoichi.. Kenapa kamu membuatku bertanya-tanya? Kamu siapa dan kita ini apa?" Ucap Kaiser dengan pelan takut membangunkan tidur Yoichi.

Perlahan, Kaiser menggenggam tangan kanan Isagi, mengecupnya dengan pelan. Rasa rindu yang tidak bisa diartikan dan dimengeri. Perasaan macam apa yang menyerang lubuk pikiran Kaiser malam ini.

"Selamat malam, Yoichi."






──────────────────

Hallo guiss??
Ini cerita Tirex yang kedua. Kali ini kapalnya KaiSagi yahh //gantian dungss ÒwÓ
Gimana hari kalian?? Semoga baik yaa karena Tirex ingin teman-teman membaca cerita Tirex dengan adem ayem. Kapal kesukaan kalian di Blue Lock siapa aja nihh?? Komen yahh siapa tau kalau banyak voting nanti Tirex tulis

Kalau suka dengan semua Bab cerita Tirex di like aja gak papa, Tires suka di spam ❤

[ 𝐁𝐋 𝐊𝐀𝐈𝐒𝐄𝐑 𝐗 𝐈𝐒𝐀𝐆𝐈 ] Detik IniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang