Typo bertebaran!
❁
Hari minggu sudah berlalu, tergantikan dengan hari senin. Waktu menunjukan pukul 05.23 pagi, yang mana orang-orang sedang sibuk dengan diri mereka masing-masing. Namun, tidak dengan ruman besar bercat biru itu, kebisingan yang di timbulkan dari dalam rumah itu terdengar sampai diluar rumah, suara yang saling saut menimbulkan kegaduhan yang amat memekak kan telinga yang mendengarkan.
Tetangga sekitar rumah itu berbondong-bondong keluar untuk melihat kejadian, Mereka sudah berada di depan gerbang sang pemilik rumah yang sedang berselisih. Nampak juga tetangga dari rumah bercat putih itu yang memperhatikan dari balkon rumahnya.
"BRENGSEK GA TAU DIRI!" umpat wanita berumur.
"Aku kaya gini juga karna kamu!"
"Heh! Sadar! Aku nemenin kamu dari enol...! Tapi apa? Kamu malah selingkuh sama wanita jalang itu?!"
Laki-laki yang sudah berumur itu terkekah, "JANGAN NGABISIN UANG TERUS!" gertaknya dengan amarah yang memuncak. "Muak aku, lihat kamu shoping tiap hari. Kamu pikir, cari uang itu gampang, hah!"
"Itu sudah kewajiban kamu,mas! Memangnya kamu jalan sama jalang itu, gak ngabisin duit?! Kamu pergi ke hotel sama dia, ga ngabisin duit?! JAWAB!"
"STOP!" teriak Sela begitu nyaring. Ya, yang saat ini sedang cekcok di pagi hari itu adalah kedua orang tua Sela.
"Kalian ga malu? Ga malu sama Anak-anak kalian? Ga malu sama tetangga kalian? Ini masih pagi ma, pa. Kalian kerjaan berantem terus, Sela capek!" emosinya meluap, rasanya dirinya ingin menjerit sejadi-jadinya. Bahunya bergetar dengan nafas memburu, namun dengan sekuat tenaga ia tahan, dirinya tidak boleh lemah.
"Lihat! Adek langsung berangkat sekolah tanpa sarapan. Kalian! Arghh. Sela kecewa sama kalian." setalah mengatakan itu, ia berlari keluar rumah dengan pikiran yang berantakan. Air mata yang sedari tadi ia tahan akhirnya menerobos keluar tanpa bisa ia menahannya lagi.
Saat dirinya membuka gerbang, Orang-orang yang tadinya melihat pertikaian pagi itu langsung pergi ke rumah mereka masing-masing, dimana saat melihat kedatangan Sela yang ingin keluar rumah.
Sela berlari dengan perasaan gunduh. Dirinya kecewa, dirinya sangat membenci rumah, membenci semuanya tentang keluarganya. Air mata terus membanjiri pipinya, sungguh dirinya ingin menyerah, dirinya tak sekuat itu Tuhan.
Sela berlali hingga sampai gang kompleknya, sesampainya di sana ia menetralkan dejak jantungnya. Merasa sudah stabil, ia langsung mengusap jejak air matanya. Sela mendongak, matanya menatap langit Sesekali memejamkan natanya, pancaran matahari mulai menerpa dirinya. Sela menghirup udara pagi dalam-dalam, merilekskan pikiran dan hatinya.
Sela mengambil handphone dari dalam saku roknya, lalu mendael nama Bastian.
"Halo, sayang. Kamu udah otw jemput aku kan?" tanyanya dengan bibir tersenyum senang.
"Iya sayang, aku ini udah mau otw, manasin montor nih."
"Yaudah cepetan ya, aku tunggu di gang rumahku, ok!"
"Tumben, kenapa?"
"Gada apa-apa, cuma pengen jalan aja si aku."
"Oh, yaudah aku otw tunggu situ ya cantuk, pangeran mu segera datang."
"Ahahah, siap pangeran."
Tut...
Sambungan sudah terputus, Sela manatap telfonnya dengan senyum tak pernah luntur sedari tadi. Wajah yang tadinya murung langsung tergantikan dengan wajah cerah yang menghiasi wajahnya, dia bersyukur mempunyai kekasih yang begitu baik, pengertian, penyayang, penghibur. Dia berharap dirinya dan Bastian bisa selalu bersama, hingga tua nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kakak Kelas
Teen Fiction⏺ DILARANG KERAS PLAGIAT / JIPLAK DALAM BENTUK APAPUN!!!⚠⚠ [Follow sebelum baca] "Antara aku dan dia, Yang mungkin sulit kugapai layaknya bintang-bintang diangkasa. Kau indah, tapi sulit kugapai, hanya bisa kukaguni keindahanmu dengan jarak yang beg...