SEVENTEEN

339 41 1
                                    

Jane dan Alec selalu melakukan pekerjaan dengan telaten, rapi dan bersih. Seperti halnya guard Volturi tingkat atas lainnya. Namun berbeda dalam hal ini, Alec sedikit teralih. Dia menemukan salah satu bayi baru lahir yang membuatnya merasa aneh. Dia nampak berusia lebih muda dibandingkan vampir lain nya, seusia dia dan Jane ketika berubah. Wajah pucat, mata hitam serta rambut panjangnya mengalir di hingga ke pinggang nya. Sayangnya wajah pucat kotor beberapa bekas tanah, pakaiannya jelas lama tidak terganti. Alec tidak bisa fokus dengan tugas seharusnya.

"Perhatianmu teralihkan saudara?" Jane bertanya sambil menaikkan alis menatap saudaranya.

"Aku bisa saja salah, tapi mungkin dia adalah pasangan jiwaku?" Alec berucap menatap vampire yang berada di antara bayi baru lahir dengan heran.

Mengapa sekarang? Ratusan tahun?

"Vampir itu? Hmm... Mungkin kita bisa menyelamatkan nya."

"Dia bersama pria itu." Alec menatap salah satu vampir yang seperti nya memiliki kemampuan menjauhkan perhatian dari dirinya sendiri.

"Selamatkan keduanya kalau begitu, jika mereka bersama bunuh pria itu." Lanjut Jane dengan perhatian penuh ke arah sekelompok bayi baru lahir itu.

"Siap Brother?" Jane bertanya.

"Tentu saja." Alec mengeluarkan asap dari tangannya sebelum jeritan terdengar sana sini.

.....

Izzy terbangun ketika alarm nya berbunyi. Dia menatap dengan lelah alarm miliknya. Sekolah, dia harus mencari cara agar lulus lebih cepat. Bukan karena Caius tapi karena dia jelas akan dilanda rumor sampai batas waktu yang tidak di tentukan. Cukup mudah menjadi pusat perhatian setelah menghilang kurang lebih tiga hari dari peradaban sekolah setelah berbulan-bulan sebelumnya menjadi zombie. Rumor kawin lari dan lain-lain dapat menyebar dengan mudah di kota kecil ini.

Lalu ada masalah baru,  bad Edward yang bisa dengan mudah menculiknya ketika dia ke sekolah.

Terkadang Izzy bertanya-tanya sejauh mana hidup Edward berubah setelah dia merasuki Bella.

"Pagi, Izzy." Caius menyapanya dari sisi kamar. Izzy menatapnya dengan tatapan mengantuk sebelum mengangguk sebagai balasan.

Dia bangun dari tempat tidur mengambil handuk dan pakaian ganti. "Jane dan Alec menyelamatkan dua vampir dari pasukan Victoria." Caius memberitahukan nya.

Izzy menguap sebelum menatap Caius. Dia menggunakan kemeja putih yang tidak di kancing kan di bagian atas dengan celana hitam panjang. Izzy akan mengakui dia memiliki tubuh yang bagus seandainya pria itu bukan pria yang menjengkelkan nya di Italia beberapa saat lalu. "Bree dan Diego mungkin." Ucap Izzy padanya.

'almost right but it's Bree and Fred.'

"Isa." Izzy tidak sengaja bergumam kesal.

"Isa?" Caius bertanya penasaran.

"Suara di kepalaku, dia yang memberitahukan ku banyak hal dan di saat bersamaan menyembunyikan segalanya! Dia sepertinya tahu bagaimana hidupku kedepannya tapi terus menyembunyikan nya dan menghilang ketika aku mulai bertanya tentang sesuatu."

"Aku seperti akan gila." Ucap izzy pada akhirnya Sebelum membanting pintu lemarinya dengan keras.

"Suruh mereka menemui ku setelah aku pulang sekolah. Eh satu hal lagi, awasi sekitar sekolah. Edward bisa saja kau tahu? Muncul dan melakukan sesuatu."

Caius mengangguk. "Dia tidak akan menyentuhmu selama aku ada." dia berjalan akan mendekat ke arah Izzy yang langsung di tanggapi wanita itu dengan berjalan cepat keluar dari kamarnya.

Izzy membanting pintu kamarnya sebelum berjalan cepat menuju kamar mandi. Tidak butuh omong kosong romantis Caius pagi ini. Dia butuh mandi air panas nikmat sebelum mentalnya terguncang di sekolah. Juga dia nampak nya harus khawatir Paul, Lizzy, Jacob mendatangi rumahnya entah apa yang akan mereka katakan jika tahu bahwa dia harus menjadi vampir.

Dia bisa memilih mati tapi Izzy yakin Caius tidak akan menjadi kan itu pilihan milik Izzy.

"Isn't it lovely, all alone?
Heart made of glass, my mind of stone
Tear me to pieces, skin to bone
Hello, welcome home......"

Izzy bersenandung, lagu Billie Eilish yang bahkan akan keluar di tahun 2021, sekarang tahun 2005, jadi lagu itu akan di rilis 16 tahun lagi. Itu adalah waktu yang sangat lama. Dia mungkin telah menjadi vampir hidup bersama Volturi, entah berhasil melarikan diri dari Caius atau tidak.

Selesai dengan rutinitas pagi harinya. Izzy kembali memasuki kamar dengan celana yang pas di kakinya dan tank top dengan Jacket kuliat tebal di atasnya, dia menemukan Caius telah memeriksa beberapa buku novel peninggalan Bella. "Itu bukan favorit ku." Ucap Izzy ketika Caius memandang buku Romeo dan Juliet milik Bella yang memiliki banyak coretan.

"Milik Bella?" Izzy mengangguk dia mengambil tasnya memasukkan beberapa buku

"Ayahmu meninggalkan rumah dengan terburu-buru." Ucap Caius. Izzy menghela nafas. "Pasti karena kasus Seattle." Ucapnya memandang sendu luar jendela kamarnya.

Tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar. "Shifter." Gumam Caius. Izzy kembali bersemangat dia dengan cepat memakai sepatunya dan memperbaiki rambutnya mengambil beberapa paper bag sebelum turun.

"Paul!" Izzy memeluk pria besar itu dengan erat. "Astaga aku merindukanmu." Ucap Izzy.

Paul membalas pelukan nya namun mendengus mencium aroma vampir di tubuh Izzy. "Kau bau." Izzy tertawa kecil sebelum melepaskan pelukan dari Paul.

"Yah, katakan itu pada Caius." Mata Izzy teralih pada Lizzie dan Jacob. Dua pasangan favoritnya untuk sementara waktu.

"Astaga Lizzie, rasanya sudah sangat lama."

"Damn, kau benar-benar gila." Lizzie berucap sebelum memeluk sahabatnya itu.

"Maafkan aku teman-teman. Tapi aku membelikan kalian banyak oleh-oleh ini ambil. Baunya agak seperti vampir tapi hei ini ATM Caius." Pria yang di sebut namanya memutar matanya.

Pandangan ketiga tamu itu teralih menatap vampir pucat berambut pirang yang bersandar di tangga. Izzy memanggil nya seolah dia adalah hewan peliharaan yang enggan.

"Ini Caius teman-teman. Dia, ya kalian tahu." Izzy berkata dengan canggung namun segera melupakan nya. "Ini Paul, serigala Favoritku." Izzy mengabaikan tatapan bermusuhan mereka berdua. "Ini Jacob dan Lizzie. Mereka berdua teman-teman Favoritku." Izzy menatap Caius yang tetap diam.

Izzy memberikan nya tatapan tajam. "senang bertemu kalian." Ucap Caius pada akhirnya dengan tidak ikhlas. Bagus. Caius bagus. Apapun demi pasangannya.

"Aku akan ke sekolah hari ini, beberapa vampir mungil akan mengawasiku. Edward menjadi sedikit tidak terkendali." Izzy menjelaskan pada mereka.

"Aku akan pergi Caius. Jangan lakukan masalah apapun. Kalian bertiga jangan ada perkelahian." Ucap Izzy untuk terakhir kalinya sebelum menyerahkan helm pada Lizzie dan mengambil untuk dirinya sendiri.

Dia merindukan motornya dan suasana dingin ini, ya sedikit. Kehidupan normal yang dia harap bisa dia miliki sekarang semata-mata hanya ilusi. Mungkin dia bisa mengejar gelar dokternya lagi sebelum atau sesudah menjadi vampir, seperti yang dilakukan Carlisle.

.....

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
 𝐈'𝐌 𝐍𝐎𝐓 𝐁𝐄𝐋𝐋𝐀 𝐒𝐖𝐀𝐍 - CAIUS VOLTURITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang