🍂01🍂

195 29 1
                                    


🍂 Selamat membaca🍂

Semuanya berawal dari mimpi aneh itu, yang pikir hanya mimpi semata. Percaya tak percaya, aku mengalami hal yang ajaib luar biasa.

"Keadaannya sudah lebih baik dari sebelumnya. Nyonya hanya perlu istirahat sampai kondisinya pulih sepenuhnya,"

Setua apa aku sampai di panggil nyonya oleh seorang dokter? Jelas jelas aku masih 21 tahun, dan wajahku tidak seboros itu kok. Di panggil begitu, aku lantas mendelik.

Memang aku sudah menikah apa, dengan pengusaha terkenal atau seorang yang berkuasa seperti mafia contohnya. Wah, pagi begini sudah menghalu.

Dan lagi, aku yang tinggal sendiri di kost-an kecil, kenapa bisa punya art?

Wanita paruh baya di depan dokter yang memeriksaku, mengaku sebagai art di rumah. Usianya kisaran 45 tahunan, dia cukup ramah.

Yang menjadi pertanyaan besar di benakku, kenapa aku bisa berakhir di rumah sakit ini? Di ruangan khusus pula, mana punya uang banyak aku.

Namun saat kutanya tagihannya pada suster, dia bilang sudah ada yang bayar. Aku tentu heran, apa mungkin ayah dan ibuku dari kampung datang? Tapi kenapa mereka tak kunjung masuk untuk melihatku.

"Jaga kesehatan ya, jangan sampai kelelahan dan melakukan aktifitas berat terlebih dahulu. Pola makannya tolong di jaga, jangan makan yang berat dulu. Kemudian minum obat yang saya siapkan dengan tepat waktu."

"Anda dengar saya, nyonya?"

Aku mengangguk asal, dokter wanita itu hanya tersenyum tipis. Dia berbincang-bincang serius dengan Bi Cici-yang mengaku-ngaku jadi artku- tentang seputar kesehatanku.

Padahal aku sudah merasa sehat. Tiba tiba aku ingin mengeluarkan hajat.

"Bu, boleh bantu aku turun? Aku ingin ke kamar kecil."

"Baik, nyonya." Meski sedikit kesal mendengarnya memanggilku dengan sebutan nyonya lagi, aku menerima uluran tangannya yang hendak membantuku.

"Mau saya temani?"

"Tidak perlu, aku bisa sendiri." Tolakku. Bi Cici mengangguk, dia mengamati aku yang berjalan perlahan menuju kamar mandi.

Cukup sulit untuk sampai di tempat sana karena selang infusan yang menyusahkan. Hah, melelahkan juga.

Begitu masuk aku langsung menyentuh keran, ingin cuci muka. Wajahku sangat kucel, bukan hanya itu, tubuhku juga sama. Seperti sudah berhari hari tidak mandi.

Membasuhnya berulang aku lantas mengeringkannya, dan menatap cermin.

Dan dari sana lah, aku sadar akan hal yang tidak masuk di akal. Yang ku alami pula.

Jeritan keluar dari mulut, mewakilkan rasa terkejutku. Siapa yang tidak terkejut melihat wajah sendiri hilang dan di gantikan wajah yang asing?

"S-siapa itu?"

Aku sangat shock. Sampai tak sadar aku sudah membuat keributan yang membuat orang lain juga ribut.

"Nyonya! Apa yang terjadi??"

🍂Meraih Akhir Bahagia🍂

Ini di luar pemikiran orang biasa. Ah, bukan. Tapi ini sangat sangat luar biasa. Ku pikir aku meninggal dan mengalami reinkarnasi dengan ingatan masa lalu. Tapi ternyata bukan, setelah menanyakan identitas wajah baruku ini pada Bi Cici. Yah, memang sih, kalau reinkarnasi masa dari umur yang udah sebesar ini.

Tebak apa yang terjadi padaku saat ini?

Yups, benar! Aku bertransformasi- maksudnya bertransmigrasi. Hebat sekali bukan? Di saat orang orang selalu berhalusinasi sampai membuat cerita tentang seputar itu, kini aku mengalaminya sendiri.

Meraih Akhir BahagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang