"Hubungi saya begitu kelas sudah selesai." Kepalaku di tepuk, tak lupa keningku mendapatkan sapuan lembut bibirnya.
Aku bengong.
Mimpi apa semalam sampai aku dapat suami seperti ini? Udah ganteng, kaya, perhatian pula. Emang boleh sehoki ini?
Kesadaranku kembali saat mobil Rafka sudah mulai meninggalkan wilayah fakultas. Oh iya, Olivia gini gini tuh anak model tau. Dia masuk jurusan tata busana atau fashion design di universitas ini.
Dia bercita cita menjadi seorang desainer terkenal dan melanjutkan bisnis yang almarhum ibunya tinggalkan.
Mataku bergerak mengamati sekitar yang dipenuhi banyak orang. Mereka sibuk dengan aktivitasnya masing-masing, namun rata rata mereka berjalan cepat masuk kedalam.
Seraya menggaruk belakang kepala, aku berjalan. "Berasa jadi anak hilang."
Ya, memang. Aku nggak tahu di mana tempat Olivia selalu belajar. Hiks, dia bahkan tidak memberikan informasi apa apa lewat jalur mana pun.
Yang penting jalan saja lah. Kemanapun sampainya, aku gak peduli.
Tapi sudah 10 menit berjalan aku tidak berhenti dan mulai kebingungan. Pasalnya banyak sekali ruang kelas yang ku lalui, dan sejauh ini aku belum menemukan kelas pak Bandro yang di maksud.
"Loh, kak Oliv?"
Kepalaku sontak berputar, kala seseorang menyerukan nama Olivia. Seorang perempuan berambut cokelat yang diikat tinggi, dengan kacamata yang bertengger di hidungnya menarik perhatianku. Sejenak aku sibuk mengamati penampilannya hingga ia risih, terlihat jelas di wajahnya.
"Kenapa kakak di sini? Kakak ada perlu?"
Aku mengerjap, membalikkan tubuh sepenuhnya. "Memang harusnya aku di mana?"
Bodoh.
Kenapa perkataan itu yang keluar dari mulutku. Aku tertawa garing.
"Tidak tidak, maksudku aku sedang ada perlu."
Raut yang tadinya bingung kini di penuhi senyum dan mengangguk-angguk. Tapi selang beberapa detik ia langsung murung.
Aku bingung dengan perubahan ekspresi nya itu.
"Anu kak, aku minta maaf untuk kejadian tempo hari. Itu sepenuhnya kecelakaan, bukan yang perti kakak bayangkan." ucapnya.
"Tunggu! Maksud kamu?" Aku memicing, seketika tersadar sesuatu.
Jangan bilang...
Dia tokoh utamanya, Juliet?!
"Juli!!" Aku berteriak tanpa sadar, sampai dia terkejut. Memeganginya erat dan menatapnya dengan memelas.
"I-iya, kak?"
Hehe, aku tinggal permudah saja bukan?
Ini adalah kesempatan.
"Aku sungguh akan memaafkanmu. Sungguh!"
Maafkan aku Juli yang polos, aku akan mengelabui mu untuk kepentinganku ini. Tapi kamu juga akan diuntungkan di sini.
"Sungguh kak?" matanya bersinar menatapku. Aku mengangguk asal, "Iya, aku tidak peduli lagi dengan insiden kemarin."
"Tapi aku butuh bantuanmu, kau mau membantuku kan?"
Dia mengerjap polos, sangat polos sampai aku merasa bersalah karenanya.
"Apa yang bisa ku bantu kak?"
Aku tersenyum jahat dalam hati, berkebalikan dengan kenyataannya yang tersenyum menyedihkan menatapnya dengan tatapan memelas.
"Tolong, bantu aku bercerai dengan Rafka." ujarku seraya terisak pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meraih Akhir Bahagia
FantasíaElzira Catlana adalah seorang penulis novel di sebuah platform aplikasi novel online yang tengah banyak di perbincangkan. Sudah ada beberapa novel hasil buatannya yang melonjak tinggi di kalangan masyarakat terutama kalangan remaja. Selain karena a...