16

219 29 0
                                    


Hinata memandang Obito yang sedang serius merakit kapal. Sekarang mereka sedang berada di tepi laut, Deidara bertugas mencari kayu meski awalnya enggan tapi dia tetap melaksanakanya.

"Kenapa kita harus merakit kapal sendiri, lebih baik kita pinjam milik monsuta pasir,"

"Tidak lebih baik membuat sendiri."

"Hah..hah apa ini sudah cukup aku sudah mencari banyak dari tadi."

"Sudah , bantu aku membuat dayungnya."

Hinata hanya mampu melihat dua pemuda yang sedang bekerja keras dia kembali mengingat saat malam itu. Sudah dua hari berlalu dan Hinata sangat malu, jangan coba bertanya tentang Deidara yang begitu ingin terus menempel jika tidak ada Obito, dan Obito begitu gigih menjauhkan dari Deidara.

Hinata tidak tahu, apakah Obito tahu tentang tubuhnya yang bersentuhan dengan Deidara dan apakah Obito tahu jika Deidara sudah birahi. Memikirkanya membuatnya pusing, dia memilih memandang laut di sore hari yang terlihat begitu indah dengan matahari terbenam.

Hinata merasa Obito sikapnya sudah mulai berubah. Tdak lagi kekanakan, meski sifat itu muncul kadang- kadang dan masih menjadi ingin yang pertama Obito.

Deidara selama bersamanya dia mulai terlihat kekanakan, dan selalu ingin mencoba yang Obito lakukan padanya meski terkadang dia masih malu.

Memikirkan itu membuatnya terkekah sendiri bagaimana bisa, dia hidup dengan kedua monster yang sudah menghabisi satu desanya. Juga orang tuanya mereka masih bagian monster.

Lehernya bergulir, pemandangan yang sangat lucu pertengkaran mereka terkadang merepotkan tapi juga dapat membuatnya tertawa.

"Bisakah, aku hidup dengan mereka." Gumaman lembut terhapus bersama angin yang melambaikan rambut panjangnya."aku takut kedepanya akan seperti apa."

"Kau takut apa?" Suara Obito mengejutkanya. Pemuda itu duduk disisi Hinata membiarkan Deidara yang sibuk meneruskanya.

"Kau sudah selesai?"

"Sedikit lagi biarkan dia yang melakukanya."

"Ini misi terakhir kita Obito, akankah, kita meninggalkan dia?"

"Kita akan membawanya, mencoba untuk memutusnya...sebut saja aku egois Hinata, berbagi akan menyakitkan." Ujarnya tenang. Namun matanya penuh ambisi.

Mata lavender itu memandang Deidara,"bagaimana? Jika dia juga merasa sakit."

Obito merangkum wajah Hinata agar pandangan itu tertuju padanya, mengecup bibir mungil itu cukup lama," aku juga sakit."

Memandang obsidan itu yang seakan mengatakan aku juga sakit? Begitu terasa baginya, bukankah dia jahat.

Hinata menghembuskan nafas dia juga bingung." Aku tidak tahu, akankah aku bisa adil."

"Tidak perlu adil, karena kau hanya untukku saja nantinya."

Hinata melepaskan rangkuman itu dia lebih memilih mengalihkan pandangan pada laut yang begitu luas.

Deidara tersenyum menuju Hinata dia duduk di sisi yang kosong. "Aahh, aku sudah selesai , melelahkan juga."

"Hinata aku haus.." suaranya sedikit manja membuat Obito menjitak kepala kuning itu.

"Dia istriku..!!"

"Hah..aku juga suami Hinata." Tidak mau kalah mereka berdebat dengan hal yang tidak penting. Membuatnya terkikik tanganya mengulurkan botol air pada Deidara.

Membuat sang empu hanya memandang uluran itu, " tanganku sakit jadi masih kaku bantu aku?"

Obito merebut botol air di tangan Hinata,"baik, aku bantu"

My Husband Is A Monster Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang