15

247 32 0
                                    


Perjalanan berlanjut menuju laut barat, Obito bilang ini memakan waktu cukup lama, jadi mereka pasti akan berhenti di tengah jalan untuk istirahat. Jika untuk Obito dan Deidara mampu tanpa istirahat. Tapi mengingat Hinata, dia harus menjaga Hinata agar tidak lelah yang notabenya manusia.

"Kau lelah..?" Hinata menggeleng ringan." Jika lelah kau bisa ku gendong."

"Umnh aku ingin makan buah." Obito melirik Deidara yang dibalas dengan lirikan." Ambil buah Dei.."

"Baiklah." Setelah kepergian Deidara, Hinata memilih duduk di bawah pohon yang besar.

"Obito sepertinya dia sudah tahu." Ucap Hinata pelan.

"Aku tahu, dan aku membenci itu dia belum birahi. Mungkin kita bisa memutusnya segera." Tegasnya.

"Begitu.." kedatangan Deidara membuat Hinata tidak melanjutkan cerita. Deidara tersenyum manis padanya memberikan 4 buah apel yang segar. Hinata segera memakanya dia merasa canggung karena di pandang oleh kedua netra berbeda.

"Ah, mari lanjutkan perjalanan." ucapnya setelah selesai makan.

Perjalanan ini cukup menyenangkan untuk Hinata melihat pemandangan indah. Hingga berbagai hewan- hewan dia belajar cukup banyak di alam liar.

Hingga tidak terasa petang sudah tiba Hinata meminta istirahat, dengan membuat api unggun juga makanan yang dibawanya ikan asap juga air mereka memakanya dengan tenang.

Rasa lelah menghampiri memilih tidur di rumput yang lembut. Hinata merasa aneh rumput ini begitu lembut.

"Pakai jubah Hinata, agar tidak kedinginan." Memberikan jubah ungu milik si gadis, Hinata mengangguk dengan usulan pemuda pirang.

Obito segera memeluk tubuh Hinata, rasa hangat dia salurkan
Deidara merasa cemburu. dia juga bisa menghangatkan Hinata membuatnya manyun memunggungi pasangan itu.

Karena Hinata berada di tengah. Pemuda pirang itu memilih membalik badan melihat punggung sang gadis yang masih nyaman di rengkuhan Obito.

Obito membuka mata dia tersenyum smirk." Sudah kubilang, kau akan kalah dan menjadi yang kedua." Ejeknya pelan.

Gumaman Obito membuat Deidara menatap tajam." Kau menutupi semua dariku, Obito. Agar aku terlihat bodoh dan tidak tahu tentang ikatan darah itu." Balasnya dengan kesal.

Obito mengeratkan pelukan dia terkekeh pelan." Hinata mililku. Aku akan segera kembali dari misi ini dan memutus kalian."

"Ck,.." dia mendengus mendengar ocehan Obito, Deidara tidak akan membiarkanya.

...

Pagi harinya mereka kembali melanjutkan perjalan. Mereka memasuki wilayah monster pasir.

"Ini tempat yang gersang." Ujar Hinata pelan.

"Aku akan bicara dengan tetua disini untuk mengizinkan kita disini." Ujar Obito.

"Baik, kami tunggu disini." Balas sang empu Obito mengangguk, dia mengecup sekilas bibir plum Hinata.

"Aku juga ingin, kau menempelkan bibirmu pada bibirku juga!" Sungut Deidara kesal Hinata terkejut mendengarnya.

"A-apa..." Dia bergerak gelisah, lagipun yang selalu memulai itu Obito dia seenaknya sendiri mengambil ciuman. menyentuh bagian tubuhnya, Obito nakal!

"Aku juga ingin Hinata..!!" Astaga kenapa dia seperti menghadapi anak kecil yang tidak dituruti keinginanya.

"Ada apa ini?" Obito kembali dengan orang suku disini dia berambut merah panjang.

"Ah bukan apa- apa maaf" sesal Hinata.

" Kami disini, agar anda mengizinkan dapat tinggal disini sementara karena kami ada misi." Ujar Obito sopan.

My Husband Is A Monster Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang