11. Mendadak Demam

1K 129 26
                                    

Sopan sedang melakukan pendinginan bersama teman-teman perempuannya. Mengingat di ekstrakurikuler kesenian bidang tari, anak laki-laki hanya dirinya saja. Jadi mau tidak mau, Sopan harus berinteraksi dengan perempuan. Tapi tak mengapa.


"Sopan, nanti pulangnya sama siapa?" tanya ketua bidang tari. "Kalau sendiri, sama aku saja yuk, takut-takut kamu diculik sama bidang sebelah."

"Sama Gentar kok, Kak," balas Sopan dengan senyuman tanggung. Dia merasa tersanjung selalu dikhawatirkan oleh teman-temannya.

Mereka berbincang sembari membersihkan ruang kesenian dan tak lupa menyeting alarm sebagai pengingat, bahwa mereka harus pulang sekitar setengah lima sore.

"Jaga kesehatan, karena dua minggu ini aku bakal perketat latihan kita. Kita targetin juara pertama." ucap ketua bidang tari menatap penuh yakin kepada teman satu bidangnya.

"Jangan lupa beli korset untuk perempuan."

"Oke Kak!"

Latihan tari yang dilakukan berjam-jam itu sudah selesai, tepat pukul setengah lima.

Sopan berjalan ditemani angin yang hampa menerpa wajah mulusnya. Seolah tak ingin pulang, Sopan sengaja memperlambat jalannya. Pasalnya suasana sore ini begitu membuatnya nyaman. Langkah kakinya terus menyusuri lorong menuju tangga yang menghubungkan ke lantai dua dan satu. Teman-temannya yang lain pamit ke toilet lebih dulu, jadi Sopan disuruh pulang lebih dulu.

BRAK! Langkahnya terhenti tepat di depan pintu dengan penanda jika tidak ada kepentingan, dilarang masuk. Sopan yakin ada yang aneh dari dalam ruang organisasi.

Dengan rasa penuh penasaran, Sopan perlahan mendekat pada jendela ruang organisasi yang ternyata ada sedikit celah untuk melihat. Mata sipit dengan bulu mata cantik nan lentik itu berusaha melihat apa yang ada di dalam ruang organisasi.

Tiba-tiba indra penciumannya dapat menghirup bau kemenyan dupa dan melati yang sangat menyengat. Sopan lantas menutup hidungnya, pemandangan di dalam lumayan gelap membuatnya tak bisa melihat dengan jelas.

Sopan bisa mendengar sayup-sayup suara aneh. Bahkan suara geraman yang sangat berat membuat bulu kuduknya berdiri.


Sopan meneguk ludahnya sendiri. Dia dapat melihat dengan jelas sekarang karena sebuah angin menerpa gorden. Sopan sekilas melihat sosok bertubuh tinggi dan besar, rambutnya yang panjang menutupi wajah. Namun, dia masih bisa melihat dua mata yang merah itu menatapnya penuh tajam.

Napas Sopan terasa berat sekarang. Dia melangkahkan kakinya pergi dari sana.

Sopan menuruni anak tangga dengan cepat, tak peduli napas dan dadanya yang sudah berat. Ia hanya memiliki satu tujuan, yaitu temannya.

Bruk! Sopan meringis ketika ia jatuh ke belakang setelah menabrak punggung seseorang.

"Kalau jalan lihat-lihat anj- Sopan!"

Suara itu yang ia cari. Lantas Sopan menatap wajah Gentar dengan cepat. Napasnya masih tersengal-sengal, dan dadanya terus naik turun.

"Lo... Kambuh ya!" Gentar panik setelah diteliti lebih jelas lagi, Sopan memiliki ciri-ciri dimana asmanya kambuh.

Sopan menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia meraih lengan Gentar dan berusaha berdiri. Namun badannya sempoyongan, sontak Gentar langsung menangkap tubuh temannya.

"Kan! Ah, gue bilang jangan lari-larian." omel Gentar dengan galaknya.

Gentar merogoh ranselnya Sopan dan mengeluarkan sebuah alat pernapasan, disebut inhaler. Gentar membina Sopan untuk duduk di pilar pos.

"Pelan-pelan."

"Gen... Dingin..." lirih Sopan yang memeluk dirinya sendiri. Ia tak tahu kenapa tiba-tiba merasa kedinginan.

"Dingin apa sih, aneh lu." Gentar melepaskan jaket hitamnya dan memasangkannya pada tubuh Sopan, tak lupa tudungnya itu dipasang juga.

Gentar ini aneh, mulutnya berkata apa, tubuhnya melakukan apa.

Tangan Gentar menyentuh kening Sopan. Dahinya mengerut, mengapa suhu tubuh temannya tiba-tiba panas.

"Ayo pulang, gue rasa kalau lama-lama di sini makin bahaya." Gentar memberikan helmnya pada Sopan.

>>>

MAU NGASIH TAU DENAH SEKOLAH

MAU NGASIH TAU DENAH SEKOLAH

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lobby sebelahan sama R

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lobby sebelahan sama R. guru dan R. BK juga ada toilet

Di gedung 4 lantai:

Lantai 1 itu lorong kelas 10 IPA-IPS + Lab Komputer dan toilet

Lantai 2 itu lorong kelas 11 IPA-IPS + Lab kimia + perpustakaan + toilet, maaf sebelumnya ada kesalahan dari awal chapter. Aku suka lupa penempatan untuk denahnya😔

Lantai 3 itu ada ruang organisasi (RO), sanggar ekstrakurikuler dari PMR, Paskibra, Pramuka, Pecinta Alam/tumbuhan, Kesenian ada 3 ruang khusus untuk bidang tari, bidang vokal dan bidang lukis. Terus ada sanggar eskul Olahraga, Kelompok Remaja Ilmiah Robotik. Tidak ada toilet, mengharuskan turun ke lantai 2

Lantai 4 itu lorong kelas 12 IPA-IPS, lalu aula dan toilet.

VOTE, KOMEN, DAN SHARE YA SAYANGGG MUAH😘

VOTE, KOMEN, DAN SHARE YA SAYANGGG MUAH😘

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
TEROR ORGANISASI [Publish Ulang]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang