4. Curiga

88 6 4
                                    

Entah ada urusan apa di tempat ini, Sultan justru mendadak muncul di depan mereka berdua. Sashi tampak santai saja, tetapi wajah Aditya mendadak sangat pucat. Aditya berusaha menetralkan wajahnya di depan papa mertuanya dan gagal. Sashi justru heran melihat perubahan wajah sang suami.

"Kamu kenapa, Mas? Kamu baik-baik saja?" tanya Sashi yang merasa perubahan wajah sang suami tidak wajar.

"Oh, nggak apa-apa, hanya aku harus segera ke kantor. Sebentar lagi ada rapat," jawab Aditya yang merasa panik karena ada Sultan.

Sultan tersenyum tipis melihat gelagat menantu laki-lakinya itu. Ada masalah keuangan yang selama ini disembunyikan oleh Sultan. Aliran dana dari kantor Sultan masuk ke salah satu rekening seorang perempuan. Sultan bukan laki-laki yang bisa diremehkan saat ini.

"Oh, ya, udah. Nanti malah telat rapatnya," kata Sashi yang masih buta dengan kenyataan yang ada.

Fakta jika suami Sashi bukan orang baik tentu tidak mudah untuk mengungkapnya. Sashi bukan wanita yang mudah percaya dengan omomgan orang lain tentang pasangannya. Amelia pernah mendoktrin anak perempuannya agar menutup mata dan telinga ketika mendengar berita buruk tentang suaminya. Lebih baik bertanya langsung pada yang bersangkutan agar tidak menimbulkan masalah yang besar.

"Mas, aku izin ke rumah Mama, ya. Sampai sore nanti," kata Sashi sambil mencium takzim punggung tangan sang suami.

"Ya, nanti aku jemput saja pulangnya," kata Aditya agar tidak tampak mencurigakan di depan sang istri dan ayah mertuanya.

Sultan sama sekali tidak mengajak bicara Aditya meski sangat ingin memaki laki-laki muda itu. Tidak, ada cara lain yang lebih elegan untuk membuat Aditya jera. Bulan lalu, perusahaan Aditya tidak membagi keuntungan bisnis pada Sultan. Bukan tentang nominal uang, tetapi lebih pada tanggung jawab.

"Papa mau ke mana?" tanya Sashi setelah melihat sang suami masuk ke dalam mobil dan meninggalkan mereka berdua.

"Ayo, Papa antar kamu ke rumah. Papa juga mau pulang. Tidak ada yang harus dikerjakan di kantor." Sultan mengajak putri sambungnya agar masuk ke dalam mobilnya itu.

Seketika, Sashi lupa dengan tujuan utamanya. Ia hendak pergi ke pabrik dan mengecek semua pekerjaan. Melihat papa sambungnya ada di tempat ini ia justru ingin bertemu dengan Amelia. Sudah hampir satu bulan mereka tidak bertemu.

"Sash, Papa boleh bicara?" tanya Sultan saat mereka berdua sudah masuk mobil.

"Boleh, Pa. Ada apa?" tanya Sashi yang sama sekali tidak curiga dengan sang suami saat ini.

"Hmm ... Apa ada barang yang dibeli oleh Adit baru-baru ini?" Sultan bertanya dengan santai seolah tidak ada apa-apa sama sekali.

Sashi kemudian berusaha mengingat apa yang dibeli oleh sang suami. Tidak ada, hanya keperluan bulanan saja dan tidak banyak. Sultan jarang membeli barang mewah. Lantas apa yang dimaksud oleh sang papa.

"Enggak ada, Pa. Emang Mas Aditya ada hutang lagi sama Papa? Ck! Jadi ingat, kemarin Mamanya Mas Adit tuh punya rencana mau hutang ke Papa. Lima ratus juta buat beli barang baru. Buat ngisi toko emasnya itu." Sashi mengadukan apa yang dilakukan sang mama mertua. "Tapi, aku bilang aja, perusahaan Papa lagi goncang biar mereka nggak ngutang," lanjut Sashi dengan sambil tersenyum.

"Hahaha, kamu nggak bohong pun, Papa nggak akan kasih. Hmm ... sudah banyak dana yang Papa gelontorkan tapi tidak sesuai ekspetasi." Sultan tidak mau menjelaskan secara gamblang masalah yang ada.

Sultan sengaja memberikan waktu pada anak sambungnya untuk mencari tahu sendiri. Ia tidak mau dituduh sebagai laki-laki biang gosip. Padahal, bahaya yang dihadapi Sashi sudah di depan mata. Akan tetapi, Sultan percaya Sashi bisa mengatasinya dengan baik.

Anak Rahasia Suamiku(Sekuel Silakan Ambil Suamiku, Pelakor!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang