9. Aditya Keluar Rumah Sakit Diam-Diam

106 5 3
                                    

"Kamu tahu ini jam berapa?!"

Aditya tidak mampu lagi menahan amarahnya saat ini. Sashi benar-benar meninggalkannya. Salah sendiri telah berbuat kasar pada sang istri. Baru pertama kali Aditya sampai menampar sang istri.

"Ma-maaf, Mas. Sejak semalam aku menghubungimu. Nggak ada respons sama sekali. Rumah kamu kosong, kata satpam kompleks, semua anggota keluargamu sedang pergi."

"Bukan urusan kamu! Aku akan menghubungi kamu kalo aku butuh!"

Aditya langsung mematikan sambungan telepon itu. Ia tidak mau bertambah emosi. Aditya baru menyadari jika tangannya berdarah dan nyeri. Jarum infus itu tercabut dengan paksa.

"Sus, tolong jarum infus saya terlepas."

Aditya terpaksa menghubungi perawat dengan menekan tombol darurat yang ada di kamar. Rasa nyeri pada tangannya membuat tidak nyaman. Tak lama perawat itu datang.

"Kok bisa terlepas sampai seperti ini, Pak?" tanya perawat yang kali ini mengambil perlengkapan infus baru untuk dipasang di tangan Aditya.

"Saya mengingau, lalu nggak tahu gimana lagi." Aditya berbohong pada perawat itu.

Aditya sudah berbaring di brankar agar perawat tidak curiga. Tentu ia sangat lihai dengan banyak kebohongan. Bermain api di belakang banyak orang saja tidak ada yang tahu, apalagi masalah sepele seperti ini. Permainan yang bias dimainkan dengan baik oleh suami Sashi itu pun selalu sukses.

"Sudah, Pak. Mohon hati-hati agar tidak terlepas kembali. Infus ini mengandung obat dengan dosis dari Dokter agar Anda segera sembuh," kata perawat tersebut lantas keluar dari kamar rawat inap Aditya.

Sementara itu, Sashi baru saja sampai di rumah. Rumah ini sangat sepi, tidak ada tanda-tanda kehidupan sama sekali. Sashi mengembuskan napas lalu segera masuk ke kamar. Ia masih kesal dengan apa yang dilakukan oleh sang suami.

Sashi memilih tidur saja pagi ini. Tidak ada pekerjaan mendesak yang harus dikerjakan saat ini. Santika tidak ada tanda-tanda pulang ke rumah ini. Sashi memilih hidup tenang sesaat saat tidak ada mama mertuanya.

Entah pukul berapa dan terdengar keributan di rumah. Sashi mendadak terbangun dan mengerjab beberapa kali. Suara Santika dan Tami, entah mereka meributkan apa siang ini. Ternyata hari sudah siang atau bahkan hampir sore.

Gegas, Sashi segera mandi dan seolah baru saja datang dari rumah sakit. Ia tidak mau mendadak sakit kepala karena mendapatkan omelan dari Santika. Pasti wanita itu akan mengomel sesuka hati nantinya. Selesai mandi, Sashi pun keluar dari kamar.

"Dengar, ya, aset toko emas itu nggak sampai puluhan milyar. Mama nggak mau tahu soal masalah kamu. Lebih baik kamu masuk penjara saja. Merepotkan!" Santika berdiri sambil berkacak pinggang di depan Tami yang terduduk dengan lemah. "Kalo mau ngatain orang lain atau perusahaan besar itu mikir dulu. Jangan hanya demi konten kami yang harus repot!" teriak Santika karena tidak dapat menahan amarahnya.

Tami sama sekali tidak berkutik sekarang dan memilih diam sambil sesekali mengusap air matanya. Wajah adik Aditya itu tampak sangat pucat. Santika saat ini menyadari keberadaan Sashi. Ia menatap tajam ke arah sang menantu.

"Mau ke mana kamu?!" Santika membentak Sashi dengan kasar karena merasa tidak suka saat melihat Sashi hendak ke dapur.

"Ke dapur, setelah ini kembali ke rumah sakit," jawab Sashi berusaha terpancing emosi.

Entah apa yang terjadi pada Aditya saat ini. Suami Sashi itu belum juga pulang. Padahal, menurut Dokter, pagi ini seharusnya sudah bisa keluar dari rumah sakit. Sashi pun mengembuskan napas kasar.

"Kamu itu, suami sakit malah ditinggal pulang! Gimana sih?!" Santika masih saja terbawa emosi. "Coba kamu pikir, kalo ada apa-apa sama Aditya gimana?' tanyanua masih dengan nada penuh amarah.

Anak Rahasia Suamiku(Sekuel Silakan Ambil Suamiku, Pelakor!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang