7. Teka-Teki Arsyila

71 6 5
                                    

Kejutan luar biasa bagi Sashi saat bertemu dengan sosok wanita paruh baya di depannya itu. Arsyila--sosok wanita kakak kandung mendiang sang papa ada di depan Sashi saat ini. Sudah sangat lama mereka tidak bertemu meski dalam kota yang sama.

"Ta-Tante? Eh? Itu Mas Adit dadakan demam tinggi dan lemas." Sashi gugup menjelaskan pada kakak kandung mendiang sang papa.

"Ck! Alasan aja dia. Jangan sampai pura-pura sakit untuk mengelabuhi kamu. Kalo umpama sakit, semoga sakitnya parah. Jadi, biar sesuai dengan kebohongannya," kata Arsyila yang saat ini menjanda.

Sashi mengerutkan dahi karena heran dengan ucapan sang tante yang sangat ketus. Seingatnya, mereka tidak pernah ada masalah sama sekali sebelumnya. Jangankan ada masalah, mereka bahkan hampir tidak pernah bertemu. Entah sedang ada masalah apa saat ini dengan wanita yang kini menggunakan gamis berwarna ungu itu.

"Nyonya Sashi Aditya," panggil perawat untuk yang kedua kalinya.

Sashi pun langsung meninggalkan Arsyila. Ia belum sempat bertanya siapa yang sakit saat ini. Arsyila sudah beberapa waktu yang lalu bercerai dari Agung. Hubungan mereka dikabarkan memburuk saat ini.

"Saya, Sus, gimana keadaan suami saya?" tanya Sashi yang tampak biasa saja.

"Suami, Anda hanya kelelahan biasa saja. Tidak ada tanda-tanda sakit berbahaya seperti gejala typus atau demam berdarah. Sore nanti jika sudah membaik bisa pulang," kata perawat tersebut menjelaskan dengan cepat pada Sashi.

"Terima kasih, Sus," kata Sashi tidak bertanya lebih lanjut lagi saat ini.

Sashi segera mengurus semua biaya Aditya. Nanti semua bukti pembayaran akan diberikan pada sang suami. Perlu digaris bawahi, Santika juga harus tahu tentang biaya itu. Agar wanita paruh baya itu tidak seenaknya mengatakan Sashi adalah istri yang boros.

Tiga juta empat ratus lima puluh ribu rupiah, nominal yang harus dibayarkan oleh Sashi pada salah satu rumah sakit swasta ini. Nominal yang sangat kecil dan biasa saja buat Sashi saat ini. Akan tetapi, ia akan berpura-pura jika uang itu nilainya sangat besar. Butuh drama yang apik untuk meyakinkan sang suami dan Santika.

"Sash, aku kapan boleh pulang?" tanya Aditya yang tidak betah berada di ruang rawat inap kelas satu ini.

"Kata Dokter kalo keadaan Mas Adit membaik, sore ini sudah boleh pulang kok. Makanya obat dan makanannya dimakan agar punya tenaga." Sashi membaca beberapa obat dan vitamin milik sang suami. "Obat ini nggak murah. Total biaya kamu di sini hampir tiga setengah juta rupiah," kata Sashi sengaja mengatakan nominal itu.

"Ck! Pakai uang kamu dululah," kata Aditya enteng seolah menjadi donatur tetap untuk Sashi.

"Uangku? Uang dari mana emamg? Uang belanja? Nggak ada. Udah menipis hanya tinggal seratus lima puluh ribu rupiah. Aku mau minta ke Mama kamu nanti," kata Sashi yang tidak mau kalah dengan sang suami.

"Emang ini uang siapa yang kamu pakai? Nggak usah bohong kamu!" Aditya menaikkan satu oktaf nada bicaranya pada sang istri.

"Tante Arsyila. Beliau ada di sini," kata Sashi tanpa wajah dosa sama sekali.

Wajah Aditya seketika pucat pasi. Ia seperti baru saja melihat hantu. Astaga! Sashi langsung tersenyum lebar. Sejak dahulu, Santika dan ketiga anaknya tidak berkutik di depan Arsyila Subianto.

"Nggak percaya aku." Aditya mengingkari kebenaran agar hatinya tenang.

"Apa yang membuat kamu tidak percaya?" Arsyila berada di depan pintu ruang rawat inap Aditya saat ini. "Bagaimana, masih mual dan muntah? Ck! Kenapa nggak sakit parah saja sih kamu?" sindir Arsyila yang saat ini berdiri di samping kanan Aditya.

Anak Rahasia Suamiku(Sekuel Silakan Ambil Suamiku, Pelakor!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang