Sashi tidak peduli dengan jeritan orang itu. Ia terus memukul hingga Santika menyalakan lampu. Mama mertua Sashi sangat terkejut melihat keadaan orang yang terbaring di lantai. Astaga! Luar biasa ulah Sashi.
"Ya, ampun, Mas Adit? Kenapa nggak ngomong dari tadi. Aku pikir maling masuk rumah," kata Sashi sambil membantu sang suami untuk bangun dari lantai.
"Astaga, Saahi! Gimana ini anak Mama? Kamu itu udah kaya preman pasar aja. Babak belur 'kan jadinya," kata Santika dengan wajah menahan amarah.
Sashi tidak bisa berbuat banyak saat ini. Salah siapa tidak bersuara dan hanya berbisik-bisik? Wajar jika dianggap pencuri yang masuk ke rumah. Ponsel Aditya tergeletak di lantai dan masih dalam keadaan ada interaksi panggilan.
"Mas, ini ponsel kamu masih nyala. Mau ditutup atau bagaimana?" tanya Sashi dan membuat Aditya langsung menyambar benda pipih itu.
Salah sendiri masuk ke dalam rumah mengendap-endap dan berbisik. Bukan salah Sashi jika menyelamatkan diri. Ada banyak kemungkinan di dalam otak Sashi ketika mendengar suara berbisik itu. Rupanya, Aditya justru yang kena getahnya.
"Kamu itu bisa nggak, ya, nggak grusa-grusu. Main pukul orang aja. Aku bisa aja bikin laporan ke kepolisian dengan tuduhan kekerasan dalam rumah tangga." Aditya menghempas kasar tangan sang istri. "Nyeri semua badan dan mukaku," keluh Aditya dan langsung masuk ke dalam kamar mereka.
"Ya, mana tahu kalo itu kamu, Mas. Lagian ngapain pulang sampai larut seperti ini? Ada pekerjaan apa memangnya sampai larut malam baru pulang?" tanya Sashi dengan nada penuh kecurigaan pada sang suami.
"Kamu itu, udah salah malah nyerang aku. Asal kamu tahu, aku datang ke rumah orang tua kamu buat jemput kamu. Nggak tahunya malah sama Kartika dan nggak ngomong sama aku. Aku kena ceramah Papa kamu!" Sultan marah besar saat ini karena tidak mau dicurigai oleh Sashi.
Sashi melongo dan baru ingat kalau siang tadi berpamitan hendak ke rumah orang tuanya. Ia pun hanya bisa diam. Percuma melawan Aditya saat ini. Mereka hanya akan bertengkar seperti biasanya.
"Ini, kompres suami kamu. Ada-ada saja masalah, ini udah mau pagi. Kamu itu memang bener-bener, Sash!" Santika mendadak masuk ke dalam kamar mereka berdua sambil menyerahkan baskom berisi air panas untuk mengompres tubuh Aditya yang terkena pukulan Sashi.
Sashi langsung menerima baskom berisi air panas itu. Aditya memang lebih suka dikompres pakai air hangat daripada pakai es batu. Entahlah, Sashi tidak mau memikirkan hal itu. Perlahan, Sashi memeras handuk dan menempelkan pada wajah Aditya.
"Nggak usah, aku bisa sendiri." Aditya menepis tangan Sashi saat ini dengan kasar.
"Baguslah, aku jadi bisa lanjut tidur dengan nyenyak kalo Mas Adit nggak mau dibantu," kata Sashi langsung meletakkan baskom di atas meja riasnya.
Aditya semakin kesal dengan ulah sang istri. Jika ia mengguyur Sashi dengan air panas, bukan tidak mungkin akan mengadukan pada Sultan. Papa sambung Sashi pasti akan marah besar dan membuat ancaman yang lebih mengerikan lagi. Kepala Aditya mendadak sakit luar biasa saat ini.
Pukul delapan pagi dan sarapan sudah siap di meja makan. Hanya Aditya yang belum tampak saat ini. Entah tidur terlalu pulas atau memang sudah pindah alam saat ini. Santika menatap tajam ke arah sang menantu yang justru sibuk dengan ponselnya.
"Suami kamu belum datang untuk sarapan dan kamu biasa saja?" Santika menyindir Sashi dengan tajam. "Istri macam apa, kamu itu?" tanyanya sambil menatap tajam ke arah sang menantu.
Sashi langsung menyimpan ponsel ke dalam saku bajunya. Ia tidak mau menanggapi ocehan Ratna saat ini. Bisa-bisa mood pagi ini hancur berantakan. Sashi pun menuju ke kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Rahasia Suamiku(Sekuel Silakan Ambil Suamiku, Pelakor!)
RomanceBerawal hanya ingin mengetahui tentang masalah keuangan pabrik yang dirintis diam-diam, Sashi justru dihadapkan dengan kenyataan pahit. Sang suami bermain affair dengan wanita lain.