| CHAPTER 5 |

1 0 0
                                    

"hallo?"

"Hallo, ini saya Edwin."

"Ohh iya, ada apa nelpon malam-malam begini?"

"Datanglah ke rumah tuan Ryu, ambil rapor dan identitas barumu disana."

"Tapi-"

"Saya sedang ada urusan, sampai jumpa."

Tutt..tutt..

Setelah itu sambungan telepon langsung terputus. Rhea mengernyit, apakah ia harus berangkat sekarang?

"Apa harus malam ini?" Gumam Rhea.

"Ah tapi jika itu perkataan Edwin, maka juga perintah tuan Ryu. Sudahlah aku harus bergegas."

***

Yang sebenarnya terjadi.

"Ah sial!" Edwin mengacak rambutnya nampak frustasi.

Di pinggir jalan ia harus bergelut dengan mesin mobil yang mati. Ditambah asap yang keluar dari bagian depan mobil.

Edwin menghela nafas panjang sambil meneliti jam di pergelangan tangannya. "Berapa lama lagi montir datang."

Ia berusaha tenang dengan duduk di kursi pengemudi. Lalu meraih beberapa kertas. "Aku harus memberikan berkas Rhea besok pagi."

"Ku harap dia tidak berpikir datang secepat itu."

***

Di malam yang dingin Rhea mengenakan pakaian tebal menuju rumah Ryu. Pukul 22.50 tertera di jam tangannya. Rhea mengindari jalanan sepi dengan memutar arah ke jalan raya, agar tidak terjadi hal buruk. 

Tibalah ia di rumah Ryu seperti yang dikatakan Edwin. Namun anehnya pagar tinggi rumah itu terbuka tanpa ada yang menjaga.

"Apa tidak masalah membiarkan pagar terbuka? Kemana satpamnya?" Gumam Rhea.

Rhea tidak berpikir panjang dan langsung masuk. Perjalan panjang, dimana ia harus datang dengan berjalan kaki dan sekarang harus melewati halaman rumah yang luas.

Tuk..tuk..tuk

Rhea mengetuk pintu rumah, namun tidak ada yang membuka.

"Permisi! Saya datang tuan!" Rhea mengeraskan suaranya sambil mengetuk pintu.

Berulang kali Rhea memanggil tapi tetap tidak ada suara sedikitpun yang menyahuti.

Krek..

Pintu itu nampaknya juga tidak terkunci sehingga terbuka sedikit karena ketukan Rhea.

"Kok gak di kunci? Apa aku masuk aja?"

Rhea pun masuk perlahan sambil celingak-celinguk. "Permisi! Apa orang di dalam?"

Susana rumah yang sepi namun tetap menenangkan karena disinari lampu-lampu.

"Hahh sudahlah, aku harus cepat mengambil berkas dan kembali."

Dear RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang