| CHAPTER 4 |

1 0 0
                                    

Rhea
Selamat pagi, Edwin.

Rhea
Misi pertama selesai.

Pagi ini Rhea langsung mengabarkan Edwin melalu pesan teks. Pasalnya, Rhea tidak bisa menghubungi Ryu dan rumahnya terkunci.

"Hahh sudah, saatnya masuk kelas." Rhea berjalan menuju kelas melalui halaman belakang sekolah agar tidak ketahuan guru piket jika ia masih bermain handphone.

Bruk..

Rhea mendelik ketika sebuah benda jatuh ke tanah. "Tas siapa itu?" Mata Rhea berkeliling lalu tepat di atas tembok, seseorang memanjat lalu turun dengan lompatan sempurna.

"Ku kira kamu bakal nangkap," ujar Reydan sambil mengebas tas yang turun lebih dulu. "Oh kamu." Ia terpengarah.

"Hm?"

"Kamu Arhea Rilea kan?" Reydan menunjuk wajah Rhea tepat di depan matanya.

"Tau dari mana?" Rhea memutar bola matanya ke atas seakan tak peduli.

"Dari suaramu." Reydan tersenyum kuda. "Kamu sekolah disini juga? Yahh, dunia ternyata kecil."

Rhea menyela. "Apa sebelumnya kita pernah bertemu?"

"Maybe, tanyakan itu pada dirimu." Reydan beranjak pergi. "Sebenarnya aku pengen lebih lama ngobrol, tapi aku harus pergi."

Reydan berbalik. "Oh ya, jika kita bertemu lagi! Tolong ingat aku di ketidaksengajaan berikutnya." Ia lalu berjalan maju sambil melambai.

"Aneh. Dia terlalu yakin," gumam Rhea.

"Namanya siapa ya?" Rhea mengingat kembali tanda pengenal di seragam Reydan. "Milan Alreasta Zeryn, iya bener itu namanya, kan?"

***

"Hey bro, pada ngumpul nih pagi-pagi." Reydan datang ke ruang musik.

Milan ketika melihat sosok Reydan langsung berlari menahan kerah bajunya."Aishhh! Sini lo brengsek!"

"Eh-eh apaan nih." Reydan mendelik.

"Jangan pura-pura gak tau deh. Kamu buat masalah apa lagi sekarang, hah!"

"Masalah apa? Aku baru datang." Reydan berusaha melepaskan cengkraman Milan yang terasa mencekik.

"Rey, kemarin ada tiga orang datang nyari kamu." Viza menatap tajam.

"Siapa?" Tanya Reydan.

"Mereka SMA sebelah."

Reydan menghempaskan dengan kasar cengkraman Milan. "Guys, sorry. Aku kepepet banget."

"Sebenernya apa yang kamu lakuin!" Milan membuka suara lagi.

"Kamu ngerusak motor mereka kan," ujar Hugo sambil berbaring santai.

"Gak sampai rusak, cuma lecet dikit," kata Reydan tanpa bersalah.

"SAMA AJA REY!" seru Milan dan Viza bersamaan.

"Kamu tau? Mereka nyerang aku karna bajumu!" Eskpresi wajah Milan mengeras.

"Maaf." Reydan menggigit ujung lidahnya. "Akan aku selesaikan nanti, jangan marah dong. Aku traktir makan sepuasnya deh."

"Enteng benget ngomong, selesaiin dulu masalah ini!" Milan mengernyit.

"Oke, aku pergi." Reydan beranjak keluar.

Dear RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang