| CHAPTER 7 | Pesta Pernikahan

0 0 0
                                    

Selama 5 tahun aku berdiri sendiri. Semua pekerjaan telah ku lakukan untuk hidup. Aku tidak lagi bermain, belajar bahkan sedikit istirahat. Bodohnya aku, tidak bisa mengurus adikku sendiri.

Angin yang dingin menerobos masuk melewati jendela yang terbuka. Rhea kedinginan tapi ia membiarkan tubuhnya bergelut angin. Rhea termangu menatap jalanan dari bingkai jendela.

"RHEA!"

Suara lantang itu membuat Rhea tersentak. "Ya Pak!" Segera mungkin menghadap.

"Rhea jangan bersantai mulu! Kita lagi sibuk! Cepat antarkan pizza ini di meja nomor 9."

"Baik Pak." Rhea mengikat celemeknya dari dapur lalu mengangkat beberapa piring berisi pesanan.

"Pesanannya Kak." Rhea menyajikan di meja rombongan pemuda.

"Terimakasih."

"Sama-sama." Rhea lalu pergi.

"Permisi! Tolong satu botol cola!"

"Saya juga! Tiga botol cola lagi!"

"Baik!" Jawab Rhea bergegas ke kulkas.

"Kak pesanan saya mana!"

"Sebentar! Saya ambilkan."

Seterusnya Rhea mengangkat lagi pesanan lainnya dan membersihkan meja yang kotor. Riuh suara pembeli membaut restoran pizza itu terasa ramai. Pukul 01.16 Rhea baru selesai mencuci semua piring dan gelas.

Hari sibuk seperti biasanya terulang. Sehabis pulang dari sekolah Rhea selalu menyempatkan untuk bekerja paruh waktu. Semua kesempatan untuk bekerja ia sanggupi.

"Sempai jumpa, Rhea," kata rekan kerja Rhea yang akan segera pulang.

"Iya, sampai jumpa juga."

Rhea berjalan kaki menuju halte bus. Tapi ketika melihat jam tangannya bus terakhir telah berangkat. Ia hanya dapat pulang dengan taxi. Lagi-lagi Rhea melamun di pinggir jalan. Beberapa taxi berlalu begitu saja, tanpa dicegat olehnya. Kesekian kalinya ia menghela nafas. Aku pengen kabur, siapapun bawa aku.

Dan benar saja.

Tin-tin!

Sebuah mobil berhenti. Rhea tersadar dari lamunannya. Ketika pengemudi itu menurunkan kaca jendela mobil Rhea langsung mengenalinya.

"Tuan?"

"Masuk," kata Ryu tanpa basa-basi.

"Aku?"

"Ya."

Rhea tak habis pikir lalu naik dengan ragu. "Tuan lagi apa di sini?"

"Menculikmu," ujarnya lalu menginjak gas.

Rhea mendelik. "Apa!"

Ryu tak menjawab dan hanya melesatkan mobil ke sebuah tempat. Rhea tiba-tiba gugup, ia menggenggam erat sabuk pengaman.

Aku mau dibawa kemana? Jangan-jangan ini bener diculik, trus dibunuh. Rhea menggigit jarinya

Aduh, gimana kalau Tuan Ryu sebenarnya mafia. Trus aku di paksa bergabung.

Mendadak Rhea berdebar. Ngapain Tuan Ryu nyulik cewek malam-malam gini? Jangan-jangan... Rhea tersenyum nakal.

"Rhea."

Suara Ryu mengejutkan Rhea. Ia bangun dari fantasi gilanya. "Ya?"

"Ayo turun."

"B-baik, Tuan." Ternyata mobil sudah terparkir, Rhea baru sadar. Ketika turun ia melihat gedung busana yang besar. "Kita ngapain di sini?"

Dear RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang