Prolog

200 12 0
                                    

Hari ini adalah hari dimana pernikahanku berlangsung. Aku sebenarnya ingin menolak pernikahan ini, tapi mengingat kondisi ekonomi orang tuaku aku harus merelakan masa mudaku aku harus menerima bahwa aku di jodohkan dengan pria yang bahkan aku tak mengetahui namanya.

Di sini aku sedang berjalan menuju altar, aku hanya bisa menunduk karna perasaanku bercampur aduk. Aku merasakan perasaan takut dan gugup yang luar biasa, bagaimana tidak? Aku tidak pernah membayangkan akan menikah di usia semuda ini. Aku melirik ke samping melihat beberapa orang dari keluargaku maupun yang tak ku ketahui.

Pernikahanku sederhana karna orang tuaku dan orang tua mempelai pria setuju ingin menyembunyikan pernikahan kami karna urusan politik. Saat aku mulai menginjakan kaki ke atas altar jantungku berdebar, aku memberanikan diri melihat ke depan lalu aku melihat seorang pria dengan surai panjang berwarna hitam dengan gradasi mint di ujung surainya mengenakan pakaian pengantin berwarna putih senada dengan gaun milikku.

Orang orang penggiring yang di sampingku mulai melepaskan tangan ku dan pergi, aku kembali menunduk. Aku merasakan tangan ku mulai bergetar, lalu tak lama setelah itu seseorang menghampiri kami dan berdiri di antara kami.

"Apakah keduanya siap?" tanyanya.

Aku hanya diam mendengarnya, lalu aku mendengar seseorang berdehem.

"Baiklah, mari kita mulai"

Aku semakin gugup dan takut tapi tiba tiba dua tangan memegang tanganku, aku sontak melihat ke depan lalu dengan tak sengaja tatapan ku dengan tatapannya bertemu. Mata mint yang indah menatapku datar, tangannya yang menggenggam tanganku terasa dingin tetapi lembut.

"Teruntuk mempelai pria Tokito Muichiro, apakah anda menerima mempelai wanita (First name) (last name) sebagai istri anda dan apakah anda bersedia melindunginya, membuatnya bahagia serta mencintainya sampai maut memisahkan? " ucapnya memulai janji suci

Aku masih menatap sepasang mata mint itu,

"Saya menerima (first name) (last name) sebagai istri saya dan saya bersedia melindunginya, membuatnya bahagia serta mencintainya sampai maut memisahkan kami"

Aku merasakan wajahku mulai memanas, sepertinya wajahku sudah memerah saat ini. Tunggu-- kenapa aku tak bisa mengontrol ekspresiku?

"Teruntuk mempelai wanita, apakah anda menerima Tokito Muichiro sebagai suami anda dan bersedia melayani, membuatnya bahagia, berbagi suka dan duka anda serta mencintainya sampai maut memisahkan kalian? "

Mulutku tak bisa bergerak seakan terkunci, aku masih gugup sehingga tak tahu harus memberikan jawaban apa lalu tak lama kemudian aku merasakan genggaman di tanganku tiba tiba mengerat yang membuatku terperanjat dan memberanikan diri untuk menjawab

"y-ya.. Saya.. Bersedia" ucapku pelan, setelah itu banyak sorakan bahagia terdengar aku sejujurnya merasa lega.

"Selamat untuk kalian berdua, mempelai pria silakan.. "

Aku menatap heran pada pria di hadapanku yang sekarang sudah menjadi 'suami' ku secara resmi, setelah itu dia menarik tanganku yang membuat aku dan dia menjadi sangat dekat

A-apa yang ingin dia lakukan?!

aku sejujurnya sangat terkejut apalagi sekarang dia mulai mendekatkan wajahnya padaku, wajah kami hanya berjarak beberapa centi

A-apa dia akan--

Aku tak sempat bereaksi saat dia mengecup pipi kanan ku, saat ini wajahku benar benar memerah padam. Setelah itu dia pergi meninggalkanku tanpa mengucapkan sepatah kata pun

Aku masih membeku di tempat mengingat wajahnya yang tiba tiba mendekat, aku mengira dia akan menci-- (name)? Apa kau baru saja berharap? Ya ampun lupakan pemikiran kotormu itu

Ngomong-ngomong..

Bukankah itu tidak sopan?! Setelah mencium pipi seorang gadis lalu pergi begitu saja, dasar..

Aku hanya menatap punggungnya yang mulai menjauh dan hilang.











***

'Huh.. Melelahkan sekali..'

Aku duduk di tepi ranjang sembari melihat ke arah jendela yang memperlihatkan suasana di luar yang sudah sore, aku berjalan ke arah jendela itu dan membukanya

angin sepoi sepoi langsung menyentuhku, surai hitam pekat yang aku gerai terterpa angin membuat wajahku tertampang jelas, aku menatap langit yang berwarna jingga.

"Tokito Muichiro.. Ya?" aku mulai mengingat lagi kejadian di atas altar tadi, rasanya aku belum percaya bahwa aku sudah menikah.

"Hm, ya sudahlah, aku mau mandi dulu"

aku pun mengambil handuk lalu berjalan ke arah kamar mandi.

**

Aku melilitkan handuk untuk menutupi tubuhku, rasanya segar sekali, air di sini langsung dari gunung jadi rasanya berbeda dari air yang ada di kota, aku berdiri di depan kaca kamar mandi yang memperlihatkan seluruh badanku ya.. Aku cukup tinggi, tinggiku 173 cm tapi ya aku kan masih 15 tahun jadi masih dalam tahap pertumbuhan tapi jika di lihat lagi tinggi ku ideal menurutku, lagi pula aku tidak mempermasalahkan nya, toh tokito juga lebih tinggi dari ku.

Err.. Tapi, ada yang tidak ideal di tubuhku ini, dadaku.. Bagaimana ya menjelaskannya? Mungkin bagi semua orang jika dada wanita rata itu normal ya untuk umur 15 tahun seperti ku, tapi bagaimana jika sebaliknya? Ya.. Dadaku tidak normal karna besar.. Sejujurnya aku sangat malu.. Tapi yah aku bisa menyembunyikan nya. Aku menggunakan korset sebagai penahan dadaku, yah aku harus segera memakainya!

Aku pun berjalan ke luar dari kamar mandi lalu menuju lemari penyimpanan bajuku, aku sedikit mengernyit melihat banyak baju yang asing bagiku yah itu pasti milik tokito, aku pun memilih yukata yang sedikit tipis dan haori yang nyaman untuk tidur

"hei"

aku terperanjat kaget mendengar suara seseorang memanggilku

"apa yang sedang kau lakukan? "

aku menoleh kecil dari balik pintu lemari dan aku melihat sosok Tokito

"Eh, a-aku sedang memilih baju" ucapku sembari tersenyum kikuk

"Cepatlah, aku ingin membawa baju juga"

aku sontak langsung membawa yukata dan haori yang aku pilih "aku.. Sudah selesai, tapi bisakah kau melihat ke arah lain terlebih dahulu? Aku ingin lewat"

Tokito sedikit memiringkan kepalanya "kenapa?" tanya nya

"A-aku..baru selesai mandi" Tokito hanya mengerinyit lalu membalikkan badan. Aku langsung berlari menuju ruang ganti, setelah itu aku langsung memakai yukata ku yang berwarna biru langit dengan corak ombak dan haori berwarna hitam polos.

Tunggu.. Sepertinya ada yang salah..

Dimana korset ku?? Aduh, dasar ceroboh.. Dadaku sedikit terekspos.. BAGAIMANA INI?! YA AMPUNNN.

Aku merutuki diriku yang ceroboh, lalu aku membuka pintu sedikit dan celingukan melihat kamar

'Apakah Tokito ada di sini?' pikir ku melihat sekitar

"apa yang kau cari? " aku kembali terkejut dan melihat ke sisi kanan ku, Tokito menatapku datar

"T-tidak.. Sebenarnya.. Ada yang tertinggal.. " jawabku, aku hendak berjalan ke luar dari ruang ganti tapi aku melihat Tokito berjalan ke arahku

"Tunggu sebentar" ucapnya yang membuatku membeku di tempat

"y-ya..? "

aku menatapnya panik, semakin dekat aku semakin panik hingga Tokito membuatku terjebak antara tubuhnya dan pintu di belakangku

"A-apa yang kau inginkan?!"

aku menatapnya was was
hingga Tokito mengkabedonku dan berbisik di telingaku





"gunakan bajumu dengan benar"



Mine (Sequel From 'Moon') Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang