Bagian 3

18 5 0
                                    

Pangeran Hezward memperhatikan dengan seksama wajah serius putri Yurianne yang saat ini sedang mengobati beberapa luka cakaran Sapphire di lengan sang pangeran. Sunggih putri Yurianne merasa bersalah atas cakaran cinta yang diberikan oleh Sapphire di lengan sang pangeran.

"Sungguh, maafkan aku ah dan maafkan Sapphire." Ucap sang putri.

Pangeran Hezward tersenyum hingga kedua matanya membentuk bulan sabit. "Kau telah mengucapkan kata-kata itu lebih dari lima kali, putri."

Putri Yurianne mengalihkan fokusnya dari lengan sang pangeran menuju wajah tampan pangeran Hezward yang saat ini tengah tersenyum menatapnya. Hal tersebut berhasil membuat sang putri gugup dan kehilangan kata-kata yang telah tersusun rapi di benaknya beberapa detik yang lalu.

Pangeran Hezward menaikkan kedua alisnya seolah mempersilahkan sang putri untuk melontarkan kata-kata yang ingin ia ucapkan. Namun, hal tersebut justru membuat putri Yurianne semakin gugup karena ia tidak pernah berdekatan sedekat ini dengan pria lain selain dengan ayah dan kakaknya.

"A-aku sungguh merasa bersalah atas ketidaksopanan Sapphire, pangeran." Ucap sang putri sembari mengalihkan pandangannya.

"Tidak apa. Lagi pula ini tidak begitu sakit." Jawab pangeran Hezward.

"Kau sering terkena pedang-pedang yang tajam itu ya? sehingga kau tidak merasa sakit saat tercakar Sapphire." Ucap putri Yurianne yang saat ini menatap sang pangeran.

"Mungkin saja."

"Kau berlatih pedang sejak usia berapa, pangeran?"

"Seingatku saat itu usiaku delapan tahun. Aku sering melihat ayahku dan para pasukan berlatih pedang, dan aku merasa tertarik untuk mencobanya." Ucap sang pangeran sembari mengingat memori masa kecilnya.

Putri Yurianne sedikit terkejut setelah mendengar penuturan pangeran Hezward. Ia dapat membayangkan betapa mahirnya sang pangeran dengan pedangnya jika ia mempelajarinya sedini itu. Bahkan pangeran Arthur yang seusia dengan pangeran Hezward seingatnya mulai berlatih pedang saat menginjak usia 11 tahun.

"Ah aku menyadari mengapa kau dipilih sebagai pelatih. Seandainya aku diperbolehkan oleh ayah untuk berlatih pedang." Ucap putri Yurianne dengan raut wajah yang sedikit murung.

Pangeran Hezward memperhatikannya dengan seksama, "Aku bersedia menemanimu jika kau mau."

Sang putri menoleh dan berkata, "Ayahku tidak akan memberikan izin."

"Aku akan berbicara dengan ayahmu untuk perihal izin." Jawab sang pangeran dengan penuh keyakinan.

"Kau tidak takut?" Ucap sang putri dengan raut wajah ragu.

"Takut. Tapi aku akan mencobanya."

Putri Yurianne tersenyum dan mengangguk. Namun ia sedikit khawatir apabila pelatih pedangnya adalah pangeran Hezward. Itu tidak akan baik untuk kesehatan jantungnya. Langit di taman belakang Istana mulai berubah warna menjadi jingga kemerahan yang menandakan bahwa matahari tengah tenggelam.

"Langitnya indah. Matahari terbenam di Dallesiane jauh lebih indah dari ini kan, pangeran?"

Pangeran Hezward mengangguk, "Aku sangat menyukai matahari terbenam Dallesiane dari pantai Voldera."

Putri Yurianne Kembali memfokuskan pandangannya ke arah pangeran Hezward, menatap keindahan wajah sang pangeran yang jauh lebih indah dari matahari terbenam.

"Aku ingin melihatnya suatu saat nanti." ucap sang putri.

Pangeran Hezward menoleh dan menatap balik sang putri. Mata mereka bertemu, terdapat sorot kekaguman pada kedua mata mereka. Pangeran Hezward menatap dengan seksama wajah cantik dan mempesona sang putri. Ia kehilangan kata-katanya.

"Tentu. Suatu saat nanti aku akan membawamu ke sana." Ucap sang pangeran yang dihiasi dengan senyuman manisnya.

Sang putri membalas senyuman itu dan mengangguk. Ia enggan untuk memalingkan wajahnya dari hadapan pangeran Hezward. Keduanya masih saling memperhatikan satu sama lain dan berusaha keras mencari alasan untuk saling mengalihkan pandangan.

---
Ruangan yang cukup luas dengan meja persegi panjang dan beberapa kursi di hadapannya itu dipenuhi oleh para petinggi kerajaan termasuk raja Arthur III, pangeran Arthur, putri Yurianne, dan juga perwakilan dari Dallesiane yaitu pangeran Hezward dan perdana menteri Charles.

"Apakah kita perlu memblokir hubungan perdagangan dengan kerajaan Ardante yang tengah terlibat konflik dengan kerajaan Mesotamia?" Ucap perdana menteri Arnold.

"Sebelum memutuskan keputusan yang berisiko tersebut, perlu untuk memikirkan berbagai pertimbangan. " ucap pangeran Arthur.

"Pertimbangan apa saja itu, pangeran?" Ucap raja Arthur III.

"Ardante adalah salah satu mitra dagang terbesar Walsew dan juga Dallesiane untuk berbagai komoditas yang menunjang perekonomian kita, tentu dengan adanya blokade tersebut, akan berdampak pada kondisi perekonomian kita, Yang Mulia." Jawab pangeran Arthur dengan yakin.

"Tidak, Arthur. Risiko yang kita hadapi akan lebih tinggi jika kita tetap menjalin hubungan perdagangan dengan Ardante." Sanggah putri Yurianne.

Pangeran Hezward yang sejak tadi bergelut dengan opininya menoleh ke arah sang putri. Senyuman kecil muncul di sudut bibir sang pangeran. Entah kenapa ia merasa bangga dengan sanggahan sang putri.

"Kenapa begitu, Putri?" Ucap raja Arthur III.

"Ardante mencoba untuk melakukan agresi militer secara besar-besaran ke Mesotamia. Hal tersebut tidak hanya membangun konflik berkelanjutan dengan Mesotamia, tetapi juga membangunkan para sekutu Mesotamia yang tentu saja tidak akan tinggal diam atas serangan itu." Ucap sang putri.

"Sekutu Mesotamia merupakan kerajaan-kerajaan tersohor dari Barat. Apabila kita tetap menjalin hubungan dagang dengan Ardante, tentunya akan berimbas pada hubungan diplomatik kita dengan Mesotamia dan sekutu-sekutunya." Tambah sang putri.

"Lalu, bagaimana solusi untuk kemerosotan perekonomian yang akan kita hadapi setelah pemutusan hubungan dagang dengan Ardante?" Tanya sang raja.

Putri Yurianne terdiam sejenak, ia belum memikirkan mengenai solusi tersebut. Ia menoleh ke arah pangeran Hezward seolah meminta bantuan. Tentu saja pangeran Hezward memahami arti tatapan sang putri.

"Ada banyak kerajaan-kerajaan lain yang dapat menjadi mitra dagang kita untuk komoditas-komoditas tersebut, Yang Mulia." Ucap pangeran Hezward.

"Kerajaan apa saja, pangeran?"

"Lezondea, georolia, divanne, dan spanes merupakan mitra strategis untuk komoditas emas dan permata kita, Yang Mulia. Kerajaan yang telah saya sebutkan, merupakan kerajaan dengan tingkat perekonomian yang tidak kalah tinggi dari Ardante, sehingga gaya hidup rakyatnya juga tinggi. Keempat kerajaan tersebut tadinya melakukan hubungan kemitraan atas komoditas emas dan permata dengan kerajaan Corasia. Namun, konflik antara Corasia dengan Savennia menyebabkan Corasia tidak dapat lagi mengekspor emas dan permata sesuai dengan kuantitas yang dibutuhkan. Sehingga mereka mencari kerajaan lain yang dapat menjadi mitra dagang mereka untuk komoditas emas dan permata." Jelas pangeran Hezward.

Putri Yurianne tersenyum dengan penuh kebanggaan atas jawaban pangeran Hezward. Ia menatap dengan seksama wajah tegas sang pangeran dan juga kerutan di kedua alisnya yang menandakan keseriusan sang pangeran dalam pembicaraan ini. Sungguh, pangeran Hezward telah jauh melampaui kata sempurna.

"Bagus. Saat ini kita perlu memikirkan strategi untuk membangun hubungan perdagangan dengan keempat kerajaan tersebut. Sebelum itu, kita harus mengirim pesan kepada keempat kerajaan tersebut mengenai ajakan kerja sama. Kita tidak lagi mengekspor emas dan permata ke Ardante untuk beberapa saat ini." Ucap sang raja.

Pangeran Hezward tersenyum dan menoleh ke arah putri Yurianne. Sang putri membalas senyuman sang pangeran. Hati keduanya begitu menghangat akibat keputusan sang raja. Semua orang di ruangan itu menyadari interaksi antara keduanya dan tersenyum kecil.

To be continued.

Greatest Love of The DynastyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang