Daily 28

216 29 2
                                    

Angkasa berjalan menyusuri jalanan yang diapit oleh rerumputan hijau dan juga aneka jenis bunga tersebut bersama dengan Liona yang berjalan di sisinya seraya memeluk tas ranselnya. Selepas Angkasa menjemput Liona di RCH, mereka memang memutuskan untuk berkunjung ke sebuah taman yang terletak tidak jauh dari RCH. Taman tersebut adalah taman publik yang menjadi destinasi favorit bagi warga sekitar. Selain didesain sebagai area hijau nan cantik yang memberikan kesegaran ditengah hiruk pikuk kota Cirebon yang cenderung panas, di sana juga tersedia area yang dikhususkan untuk para penjual jajanan receh yang selalu menjadi buruan masyarakat.

Sore dan pagi hari adalah jam-jam di mana masyarakat sekitar memenuhi taman tersebut. Entah untuk sekedar menghabiskan waktu bersama orang tersayang , berolahraga, menikmati suasana taman atau sekedar membeli jajanan favorit yang dijual di sana. Seperti halnya yang dilakukan Angkasa dan juga Liona saat ini di mana mereka datang ke taman tersebut hanya lantaran ingin menghabiskan waktu berdua mereka, mengingat sebelum-sebelumnya mereka berdua sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Entah itu Liona yang sibuk dengan acara pengajian di rumah mendiang Omanya, atau Angkasa yang sibuk dengan berbagai masalah di dalam keluarganya.

Tentu saja pertemuan mereka kali ini menjadi salah satu kesempatan bagi Angkasa untuk menceritakan permasalahan di dalam keluarganya, lebih tepatnya masalah antara Ayah Mada dan Ankara. Di mana semuanya bermula dari seorang perempuan asing yang tiba-tiba datang menemui Ankara dan mengaku-ngaku sebagai kekasih Ayahnya, lalu mengirimkan deretan foto kepada Ankara, sampai kemudian Ankara harus mendapatkan masalah setelahnya karena pertemuannya dengan wanita tersebut berhasil mengusik dirinya bahkan mentalnya.

Angkasa juga sudah bercerita pada Liona bahwa akhir-akhir ini Ankara lebih suka menghindari Ayah dan cenderung lebih banyak diam. Sifat Ankara benar-benar tidak seperti biasanya di mana Ankara terkenal sebagai anak yang petakilan dan gemar bercanda. Sifat Ankara sekarang ini mirip sekali dengan Angkasa ketika ia masih memiliki trauma. Padahal Bunda sudah menjelaskan dengan caranya yang sudah pasti lembut dan penuh perhatian pada Ankara agar Ankara mau lebih mempercayai Ayahnya ketimbang perkataan perempuan itu. Ankara juga sebenarnya tidak pernah menyanggah sedikitpun perkataan Bundanya, seolah dia menerima segala asumsi Bundanya, tapi entahlah kenapa Ankara masih terlihat murung seperti itu.

"Apa Karanya masih ragu ya Mas?" Gumam Liona sembari menatap lurus ke depan sana, kemudian Liona menoleh ke arah Angkasa, "...Ayah pernah jelasin langsung ke Kara, Mas?"

Angkasa menggelengkan kepalanya dalam tempo lambat, "belum pernah. Soalnya Kara menghindar terus"

Liona menghela napasnya dengan panjang. Dia tampak berbelok ke sisi kanan jalan, ia memilih mendudukkan dirinya di atas bangku besi di sisi jalan sementara Angkasa hanya berdiri di hadapannya. "Ona jadi nggak tega deh sama Ayah, sama Kara juga. Di lain sisi Ona paham perasaan Kara, tapi di lain sisi Ona juga tau perasaan Ayah kaya gimana. Lagian Ona nggak ngerti deh, kok ada sih orang asing yang tega buat gitu gituan ke keluarganya Mas"

Liona menghela napasnya panjang. Lalu perlahan Liona menggapai tangan Angkasa dengan kedua tangannya lalu dia mendongakkan kepalanya ke atas, menatap Angkasa yang hanya terdiam di sana sembari menatap lurus ke arahnya. Angkasa terlihat seperti baik-baik saja memang, tapi entah hanya sekedar firasatnya saja atau bagaimana, yang jelas Liona yakin sekali yang terluka karena masalah ini bukan hanya Ankara atau Ayahnya saja, tapi Angkasa pun begitu. "...jujur deh sama Ona, sekarang perasaan Mas juga lagi nggak enak kan karena masalah ini?"

Angkasa menundukkan kepalanya ke bawah, menatap tangan kanannya yang digenggam lembut oleh kedua tangan Liona, "iya. Tapi Mas nggak bisa terang-terangan bilang kaya gitu, Na. Ayah lagi fokus urus masalah itu. Bunda juga lagi fokus perhatiin Kara. Mas nggak mungkin nambah beban mereka"

"Kalau gitu Ona yang fokus semangatin Mas" ucapnya sembari melemparkan senyuman manisnya. Liona mengusap punggung tangan Angkasa dengan ibu jarinya, "... pokoknya Mas kalau ada apa-apa telepon aja Ona ya. Kemarin pas Ona nangis banget karena kehilangan Oma kan Mas juga hibur Ona. Jadi Ona juga harus hibur Mas kalau Mas lagi sedih atau perasaan  Mas lagi nggak enak. Ona bener-bener nggak keberatan kok Mas. Ona justru seneng kalau bisa bantu orang yang Ona sayang"

[4] Daily Love (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang