[3] Extra Chapter : Menua bersama

125 27 2
                                    

Liona terduduk di lantai setelah dia mengambil beberapa potong pakaian dari dalam lemari pakaiannya. Dia melempitnya dengan rapi baru kemudian mengepakkannya ke dalam kopernya. Berhubung ia akan menetap di hotel selama kurang lebih tiga hari, jadi Liona sengaja membawa koper berukuran sedang untuk mengepak pakaiannya dan suaminya.

Ah benar, sudah menjadi suaminya.

Sayangnya sejak kemarin suaminya itu sedang tidak enak badan, mungkin faktor kelelahan mengingat acara demi acara dilakukan di waktu yang berdekatan, persiapannya pun serba diburu-buru. Makannya saat tadi sore Ayah mengecek perkembangan renovasi rumah mereka pun, Angkasa tidak bisa ikut. Ayah hanya memberitahukan hasil kontrolnya itu lewat pesan saja. Katanya sih hasil renovasinya itu sudah 85%. Hanya perlu dilakukan pengecatan, dan juga penataan di area taman halaman depan. Sisanya Angkasa dan Liona harus membeli perabotan dan menata bagian dalam rumah.

Karena rumah tersebut adalah kado dari Sang Ayah begitupun dengan isinya, makannya Ayah langsung mengatakan pada Angkasa kalau kartu debit dan kreditnya bisa diambil kapanpun Angkasa mau membeli perabotan rumah.

Meskipun dilepaskan begitu, tentu saja Angkasa tidak akan menghamburkan uang Ayahnya. Dia hanya akan membeli perabotan rumah yang sifatnya paling umum saja, selebihnya seperti pajangan, alat elektronik, dan peralatan masak akan menggunakan uang Angkasa sendiri.

Ayahnya sudah terlalu banyak mengeluarkan biaya, Angkasa sebetulnya merasa tidak enak dengan segala hal yang Ayahnya berikan padanya. Tapi mau bagaimana lagi, Ayahnya yang memaksa. Ayah selalu bilang kalau uang yang ia hasilkan itu semuanya ia peroleh demi anak dan istrinya. Jadi kenapa pula Ayah harus pelit pada anak sendiri. Ya, memang sih selama ini Ayah itu mengajarkan pada anaknya untuk hidup sederhana, tapi bukan berarti selama ini ia pelit. Ia hanya akan memberikan apa yang paling dibutuhkan anaknya diwaktu yang tepat saja. Seperti Angkasa ini. Yah jadi nggap saja semua ini hasil dari tabungan Angkasa karena selama ini ia mau hidup sederhana bersama orangtuanya.

Selesai mengepak pakaiannya, Liona tampak menolehkan kepalanya, melihat suaminya yang masih berbaring di atas tempat tidurnya. Dia yang notabenenya duduk di dekat badan ranjang langsung mengguncang pelan kaki Angkasa yang mudah dijangkau olehnya.

"Mas, mau bawa baju yang mana aja?"

Angkasa membuka kelopak matanya lalu menolehkan kepalanya ke arah Liona, "Hem?" Balasnya dengan suara sengaunya. Tidak mendengar jelas ucapan Liona tadi.

Liona pun bangkit dari posisinya lalu ia mendudukkan dirinya di tepi ranjang. Dia menaruh dagunya ke atas lengan Angkasa yang memang berbaring miring ke kiri. Sementara tangannya sibuk mengusapi rambut hitam legam Angkasa, "mau bawa baju yang mana? Nanti Ona yang masukin ke koper"

Angkasa melemparkan senyuman tipisnya, "apa aja. Yang penting baju hangat. Di sana kan lumayan dingin"

Liona menganggukkan kepalanya beberapa kali sampai poni rambutnya bergerak ke atas dan ke bawah, menambah kadar keimutan Liona.

Namun alih-alih segera melanjutkan kegiatan packing-nya, Liona justru sibuk menatap wajah Angkasa yang hidungnya agak memerah, bukan pilek kok, hidungnya tersumbat katanya. Pertanda mau flu sih biasanya. Apalagi badannya sudah tidak enak sejak kemarin.

Liona pun mengusap lembut pipi Angkasa dengan ibu jarinya, "Pusing nggak kepalanya?"

Angkasa menggelengkan kepalanya dalam tempo pelan, "cuma susah nafas"

Liona tersenyum gemas mendengar jawaban Angkasa barusan. "Kacian suaminya Ona" katanya dengan nada suara imutnya. Liona pun kembali sibuk mengusapi pipi Angkasa dengan penuh sayang, "Cepet sembuh ya Mas"

Angkasa melemparkan senyuman manisnya lalu ia menganggukkan kepalanya sekali. Tidak bisa menanggapi lebih banyak karena memang pada dasarnya dia itu Angkasa, bukan Ankara yang diberi satu kata kemudian langsung membalasnya dengan dua puluh kata. Wajar juga rasanya kalau Ayahnya gatal mengganti namanya dengan Karin. Cerewetnya seperti perempuan pokoknya.

[4] Daily Love (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang